Peranan Ginjal Dalam Regulasi Volume dan Osmolalitas Cairan

Peranan Ginjal Dalam Regulasi Volume Dan Osmolalitas Cairan. Ginjal mempunyai fungsi yang amat penting dalam mengatur volume dan osmollalitas cairan tubuh. Perubahan pada volume cairan tubuh akan diikuti oleh perubahan osmolalitas. Misalnya bila tubuh kehilangan sejumlah air, maka osmolalitas cairan tubuh akan meningkat. Ginjal akan mengatasi hal ini dengan cara mengekskresi urine dengan kadar solut yang tinggi (hiperosmotik) yaitu dengan mengekskresikan lebih banyak solut dari pada air. Sebaliknya bila intake air berlebihan maka osmolalitas akan menurun dan ginjal akan mengeluarkan urine yang hiposmotik yaitu mengandung lebih banyak air dari pada solut. Dengan demikian osmotik cairan tubuh dapat dikembalikan ke normal. Demikian pula dengan cairan tubuh yang diatur dengan regulasi ekskresi air melalui urine. Selain itu, perubahan osmolalitas cairan tubuh dapat pula terjadi akibat kelebihan atau kekurangan solut.

Anti Diuretik Hormon (ADH)

Hormon dihasilkan oleh kelenjar hipofise posterior dan mempunyai efek meningkatkan reabsorpsi air pada tubulus distalis dan duktus kolektivus. Pelepasan ADH dipengaruhi oleh impuls yang datang dari osmoreseptor yang terletak pada nukleus supraoptik dari hipotalamus anterior, bila osmolalitas cairan aksrtasel (CES) menurun maka osmoreseptor menurun. Sebaliknya bila osmolalitas (CES) meningkat maka osmoreseptor akan mengerut sehingga pelepasan implus akan meningkat dengan akibat menigkatnya pelepasan ADH.

Faktor-faktor yang meningkatkan pelepasan ADH adalah:

  1. Menurunnya volume CES atau volume darah. Hal ini menyebabkan tegangan pada atrium kiri dan sinus karotis berkurang dimana terdapat suatu “volume-receptors”. Berkurangnya rangsangan pada volume receptors akan menyebabkan meningkatnya ADH.
  2. Meningkatnya kadar K diluar sel-sel nuklei supraoptik
  3. Angiotensin II yang dilepaskan atas pengaruh enzim renin menyebabkan pelepasan ADH
  4. Perasaan nyeri dan takut

Aldosteron

Aldosteron yang dihasilkan oleh korteks adrenal dan mempunyai efek langsung pada ginjal yaitu menyebabkan retensi natrium, klorida dan air. Dengan demikian aldosteron mempunyai efek meningkatkan volume CES. Selain itu aldosteron merangsang ekskresi kalium.

            Faktor-faktor yang meningkatkan aldosteron adalah:

  1. Angiotensin II
  2. Menurunnya regangan pada atrium kanan
  3. Meningkatnya pelepasan ADH
  4. Meningkatnya kadar kalium CES
  5. Meningkatnya kadar natrium CES

Kelebihan Air

Ini dapat terjadi akibat pemberian/intake air yang berlebihan, misalnya dengan infus larutan hipotonis atau minum air atau jumlah yang sangat besar. Hal ini mengakibatkan peningkatan volume CES yang diikuti dengan peningkatan volume  CIS. Dilain pihak osmolalitas CES akan menurun.

Ginjal mengatasi hal ini dengan cara:

1. Meningkatkan ekskresi natrium

  1. Meningkatkan GFR akibat peningkatan volume CES akan menyebabkan peningkatan ekskresi natrium.
  2. Mengurangi reabsorbsi natrium pada tubulus proksimalis dan distalis.
  3. Sekresi natrium kedalam duktus kolectivus.

2. Meningkatkan ekskresi air

Menurut ADH menyebabkan turunnya permeabilitas dari tubulus dan duktus kolektivus terhadap air. Akibatnya reabsorbsi air berkurang sehingga ekskresinya meningkat. Akibat berkurangnya reabsorbsi natrium pada tubulus proksimalis maka fitrat yang mencapai macula densa mempunyai kadar Na sangat tinggi, sehingga menghambat pelepasan renin. Hal ini mengakibatkan pembentukan angiotensin II sangat kurang sehingga peleoasan ADH dan aldosteron berkurang. Menurutnya ekskresi natrium dan air akan meningkat. Dengan demikian volume CES akan kembali menurun kearah normal, sedang osmolalitas akan kembali meningkat pula.

Kehilangan Air

Hal ini terjadi akibat diare maupun hilangnya air melalui keringat yang sangat berlebihan. Akibat volume CES menurun berlebihan. Akibatnya volume CES menurun dan osmolalitanya meninkat. Peningkatan osmolalitas CES ini akan menimbulkan perasaan haus (pusat haus terletak pada hipotalamus), di mana hal ini disebabkan oleh menurunnya volume CIS pada pusat haus tersebut.

Meningkatnya osmolalitas CES akan menyebabkan pelepasan ADH akibat mengerutnya sel-sel osmoreseptor pada hipotalamus anterior. Meningkatnya pelepasan ADH akan menyebabkan peningkatan reabsorbsi air pada tubulus dan duktus kolektivus sehingga volume CES dapat dikembalikan kearah normal. Disamping itu terjadi pula pelepasan aldosteron yang akan menghambat ekskresi natrium dan air.

Berkurangnya volume CES akan mengurangi regangan pada sinus karotis sehingga aktivitas simpatis akan meningkat. Akibatnya terjadi vasokonkontriksiafferent arteriol sehingga GFR akan menurun. Dengan demikian ekskresi natrium akan menurun pila sehinnga kadarnya meningkat dalam CES, akibatnya volume CES dikembalikan kearah normal.

Keseimbangan Asam Basa

Mekanisme yang mengatur komposisi cairan ekstrasel adalah sangat penting terutama yang menyangkut konsentrasi ion H+ ekstrasel oleh karena fungsi dan kerja sel-sel adalah sangat sensitif terhadap perubahan konsentrasi ion H+. Konsentrasi ion H+ intrasel yang mengatur beberapa proses intrasel juga sensitif terhadap perubahan konsentrasi ion H+ cairan ekstrasel.

Konsentrasi asam basa cairan tubuh berasal dalam suatu keseimbangan sehingga pH cairan tubuh terletak pada suatu batas normal yaitu 7,38 – 7,42. Tredapat 3 (tiga) sistem tubuh yang berperan dalam mengatur kadar ion H+ ekstrasel yaitu sistim buffer, sistim respirasi, dan sistim renal. Sistim buffer tubuh berbeda dengan sistim respirasi dan sistim renal memberikan pertahanan yang segera terhadap perubahan pH.

Transport CO2 mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keseimbangan asam basa darah dan tubuh secara keseluruhannya. Paru-paru mengekskresikan lebih dari 10.000 mEg asam karbonat perhari dibandingkan dengan ginjal yang mengekskresikan kurang dari 100 mEg asam yang terikat. Oleh sebab itu ventilasi alveolar yang menentukan eliminasi CO2 mempunyai peranan yang besar terhadap keseimbangan asam basa. Dilain pihak peranan ginjal dalam keseimbangan asam basa adalah penting dalam hal sekresi ion H+ dan reabsorbsi bicarbonat.