Motor Yamaha V-ixion Terbaru 2009

Dulu awalnya pusing mau milih jenis tunggangan apa, setelah dapat saran dari kakak, akhirnya milih ini. Yamaha V-ixion 150, motor sport dari Yamaha yang dikeluarkan sejak beberapa tahun kemarin. Setelah nunggu sejak Juni 2009, ternyata Yamaha V-ixion Terbaru yang diberitakan oleh beberapa netter gak terbukti. Halah, akhirnya cuma ngambil yang lama. Awalnya agak ragu milih V-ixion, pasalnya selain sering inden, di daerah saya masih sulit mendapatkan yang cash, harus kredit. Kalo bawa orang gede baru boleh cash, apalah daya! Orang-orang daerah saya sih senengnya pake motor bebek. Bisa digunakan pria dan wanita, kalo punya motor hanya untuk tunggangan sendiri tanpa bisa dipake anak istri kan repot juga. Sayangnya, setelah beberapa bulan minjem shogun 125 punya kakak, akhirnya ngaku cocoknya pake motor lelaki, postur tubuh yang agak tinggi bikin punggung pegel kalo mesti nae’ motor bebek. Tangannya kepanjangan. Diluruskan posisinya kurang pas, dibengkokkan akan terasa sangat lelah waktu perjalanan jauh. Tinggi yang 168 bikin posisi kalo nae’ bebek serba bengkok. Aiyyah!

Akhirnya, sejak Agustus 2009 kemarin pake’ Yamaha V-ixion ini. Setelah beberapa pekan sebelumnya nyari di net tentang kelebihan dan kekurangannya. Banyak yang menyarankan untuk ambil Yamaha Scorpio, tapi pikirku terlalu gede. Apalagi ukuran silindernya 225 cc. Untuk perjalanan dalam kota mungkin terlalu mubadzir. Mesin besar identik dengan pemakaian bahan bakar yang lebih boros. Kelebihan Yamaha V-ixion ada di konsumsi bahan bakar. Konsumsi V-ixion cukup irit. Satu liter bensin bisa nyampe’ 38 – 42an kilometer, mungkin karena penggunaan injeksi, bukan karburator. Saya mencoba mengukurnya sejak awal, setelah beberapa kali percobaan, akhirnya menyimpulkan begitu. Pernah nyoba boncengan dengan kakak dalam perjalanan Bone-Bone  – Palopo (sekitar 100 km), kecepatan rata-rata 100 km/jam, konsumsi bahan bakarnya masih bisa nyampe 40 km/ liter. Meski sebelumnya pernah baca bahwa konsumsi bahan bakar V-ixion bisa lebih irit, 50 km/liter, tapi menggunakan pertamax. Kalo masalah kecepatan, memang gak terlalu hebat sih. Bawaannya V-ixion itu kalem, gak bisa maen gas spontan. Makanya, untuk sampe di speed 120an km/jam saja rasanya agak lambat, sangat jauh kalo dibandingkan Scorpio, raja jalanan.

Kalo pake Scorpio, bahan bakarnya mungkin lebih boros sedikit, sekitar 27 – 35an kilometer per liter. Sebenarnya tidak apa, tapi juga mikir, motor gede kalo cuma dijalankan dengan kecepatan standar malah rugi. Nae’ V-ixion saja sudah ngeri. Kecepatan 120km/ jam aja perasaan nyawa sudah ada di tenggorokan. Salah dikit pegang kendali, remuk. Apalagi nae’ Scorpio yang katanya bisa sampe 190 km/jam. Kayak apa ya rasanya?! Pasalnya juga, untuk mendapat speed secepat itu di tempat saya tidak banyak jalanan yang mendukung. Jalanannya sempit, plus rata-rata masih jalan propinsi yang dua arah. Rawan kalo mau balap-balap.
Teknologi yang diterapkan di Yamaha V-ixion memang agak lebih rumit. Katanya teknologi tinggi, itu yang saya baca di beberapa komentar pembaca tentang Vixi. Delta box yang bikin tampilannya lebih gaya. Awalnya ada yang ngira bahwa delta box itu hanya sebagai hiasan seperti pada beberapa motor Thunder milik teman. Gak tau juga apa gunanya, katanya sih bisa melindungi mesin, sekaligus bikin bodi lebih ringan tapi beratnya mantap. Gak goyang kalo dijalankan pada speed tinggi.

Perawatan yang perlu dilakukan pada Yamaha V-ixion hanya pada penggantian oli rutin tiap 1500 km, ganti busi tiap 5000 km, tambah (ganti) air radiator tiap 9000 km. Untuk beberapa hal lain hanya perlu perawatan biasa, sama sekali gak neko-neko. Itu yang bikin juga akhirnya milih V-ixion, saya sama sekali tak suka berlama-lama dengan utak-atik mesin.
Untuk membersihkan rantai, saya menggunakan oli rantai yang ada di pasaran. Rantai Yamaha V-ixion memang agak rame, gak kalah rame dengan suara mesinnya. Utamanya kalo habis kena hujan terus kepanasan, halah!! Krek … krek .. krek … Pada saat dijalankan dengan kecepatan tinggi, suara yang terdengar hanya perpaduan antara rantai dan mesin, tapi tak lebih ramai dari Tiger. Rantai original punya V-ixion katanya seharga 700an ribu. Aiyyah! Kalo sampe cepat ganti hanya gara-gara kurang ngasi oli kan rugi.

Kelemahan Yamaha V-ixion yang bikin saya agak sebel adalah suara mesin yang memang rame. Mungkin karena kenalpotnya sangat kalem, akhirnya suara mesinnya sangat kentara kasar. Sejak awal itu terasa, apalagi kalo dipake hanya perjalanan yang dekat-dekat melulu. Mungkin jika sesekali digunakan untuk perjalanan jauh mesinnya akan lebih halus. Ato memang mesin motor agak gede memang begitu? Pasalnya lebih seneng denger yang alus-alus seperti Smash 110. Wuihh!!! Alusnya minta ampun.

Tapi, apa pun itu, saya telah memilih Yamaha V-ixion, dan bersyukur telah mengendarainya.