Teori Segitiga Cinta, Bukan Cinta Segitiga!

Cinta? Hmmm… Sebuah kata yang takkan pernah habis dikaji dan dibahas. Sejuta lagu tercipta karenanya. Syukulah, saat ini cinta itu masih kuat mengakar, membahana di seluruh imagi. Dia mendarah daging. Huah!! Bikin gak bisa ngapa-ngapain.

Teori Segitiga Cinta ini dikemukakan oleh Stenberg. Ada tiga komponen utama yang mendukung tumbuhnya cinta. Keintiman, gairah dan komitmen.

Keintiman adalah elemen emosi, yang didalamnya terdapat kehangatan, keperacyaan dan keinginan untuk membina hubungan. Ciri-cirinya antara lain seseorang akan merasa dekat dengan seseorang lainnya, senang bercakap-cakap dengannya sampai waktu yang lama, merasa rindu bila lama tidak bertemu, dan ada keinginan untuk bergandengan tangan atau merangkul bahu.

Gairah adalah elemen motivasional yang didasari oleh dorongan dari dalam diri yang bersifat seksual.

Komitmen adalah elemen kognitif, berupa keputusan untuk secara sinambung dan tetap menjalanksan suatu kehidupan bersama.

Terdapat delapan kombinasi yang mungkin dari ketiga komponen cinta di atas, yaitu :

  1. Bukan Cinta (Nonlove), sama sekali tak ada gairah yang timbul. Biasanya hubungan dengan orang dalam lingkungan sehari-hari karena interaksinya hanya bersifat sepintas saja, tidak memiliki komponen gairah, keintiman dan komitmen.
  2. Persahabatan (Liking), sebagai salah satu komponen emosi yang ada adalah perasaan suka, bukanlah cinta, hanya memiliki komponen keintiman. Hanya intim saja, dekat dan merasa nyaman bersamanya. Juga akan timbul perasaan merasa cocok, nyambung bila diajak ngobrol dan selalu merasa mendapatkan keuntungan bila bersama dengannya. Tapi sama sekali tidak ada gairah atau bahkan malah komitmen. Hanya suka saja, bukan sebagai cinta.
  3. Ketergilagilaan (Infatuation Love), gairah yang timbul tanpa keintiman dan komitme, biasanya cinta yang terjadi pada pandangan pertama. Nah, bila Anda termasuk orang yang susah menjaga pandangan mata, maka akan sangat berpeluang menderita cinta jenis ini.
  4. Cinta kosong (Empty Love), ada unsur komitmen, tetapi kurang intim dan kuran gairah. Hubungan yang lama akan semakin membosankan. Biasanya terjadi pada suami-istri yang tidak bisa menjaga keharmonisan, kemesraan bersama pasangannya. Mereka hanya bertahan karena komitmen menjaga pernikahan tetap utuh, tapi keintiman mereka semakin menipis, gairah mereka pun semakin berkurang dari hari ke hari. Cinta jenis ini berbahaya, karena menyimpan bom waktu.
  5. Cinta Romantis (Romantic Love), hubungan intim yang menggairahkan tetapi kurang komitmen sehingga pasangan yang jatuh cinta romantis ini terbawa secara fisik dan emosi, tetapi tidak mengharapkan hubungan jangka panjang. Cinta jenis ini harus dihindari karena hanya dimotivasi oleh perasaan nafsu syahwat saja. Hubungan intim yang dijalani hanya sebatas perasaan ingin menikmati fisik saja, ingin merasa aman secara emosi tapi tidak mau diikat oleh ikatan perkawinan.
  6. Companionate Love, hasil dari komponen keintiman dan komitmen tanpa adanya gairah cinta. Dalam perkawinan yang lama tidak akan menggairahkan secara fisik lagi. Hubungan cinta jenis ini adalah hubungan ketika sebuah pasangan suami istri tidak lagi menjadi gairah sebagai unsur utama pada jalinan kasih sayang mereka. Tapi lebih pada melanggengkan hubungan yang nyaman, saling menguatkan, dan memberi dukungan hidup. Fisik tidak lagi menarik, tidaklah menjadi suatu yang salah atau bahkan dicela. Namun, justru itu menjadi sesuatu yang alami dan harus dijalani.
  7. Cinta Buta (Fatous Love), mempunyai gairah dan komitmen tetapi kurang intim, dimana cinta ini sulit dipertahankan karena kurang adanya aspek emosi. Cinta jenis ini sangat labil. Mudah diterpa godaan dan juga mudah disapu angin topan. Kekurang-intiman bisa disebabkan banyak hal, salah satunya mungkin pada aspek banyaknya ketidakcocokan antara kedua belah pihak.
  8. Cinta yang Sempurna (Consummate Love), yaitu cinta yang tersusun atas komponen keintiman, gairah dan komitmen. Cinta ini komplit, lengkap dan paling sempurna. Pasangan yang memiliki cinta jenis ini akan mendapatkan keindahan cinta. Tapi bukan berarti tak ada persoalan atau konflik. Konflik tetap saja ada, namun hanya berbeda pada aspek solusinya saja. (Source : Ya Allah, Aku Jatuh Cinta oleh Burhan Shodiq, hal 38-42)

Bagaimana dengan Anda?