Bagaimana Merumuskan Masalah dalam Penelitian?

Kegiatan penelitian di peroleh dari dengan adanya masalah dan di akhiri dengan masalah, diketahui,di temukan,di pecahkan dan munculnya masalah baru,dengan demikian,penelitian di awali dengan masalah dan di akhiri masalah pula.oleh karena itu ,tidak salah bila seorang promotor bertanya kepada promovendusnya dengan pertanyaann: ”Apakah masalah penelitian anda?” dan para penguji bertanya kepada mahasiswa yang di diuji dengan pertanyaan: ”Apa masalah penelitian anda?”

para peneliti sering beranggapan bahwa penelitian kegiatan mengumpulkan data/fakta. Tidak sedikit peneliti (pemula)yang bersemangat mengumpulkan data tanpa mengetahui permasalahan yang sesungguhnya yang hendak di pecahkan, di temukan,atau diverifikasi setelah data terkumpul,ia tidak athu apa yang dilakukan, bahkan setelah hasil penelitian nya dilaporkan, tetap saja tidak mengerti apa yang sesungguhnya yang ia tulis. Dalam hal ini, Poncare (1952:143) mengemukakan,tanpa gagasan yang tersusun terlebih dahulu, sebuah penelitian akan sia-sia belaka.

Kerlinger (2000: 26) mengemukakan,seorang peneliti tidak selalu dapat merumuskan masalahnya secara sederhana,jelas,dan lengkap. Mungkin peneliti hanya memilik gagasan yang agak umum, belum bulat, bahkan membingungkan tentang masalah itu.seorang peneliti perlu melakukan penjelajahan atau explorasi pemikiran dan penelitian yang sungguh sebelum dapat menyatakan  dengan jelas permasalahan yang di diangkat  dan merumuskan dengan baik pernyataan yang memadai tentang masalah penelitian  adalah satu di antara bagian terpenting dalam penelitian. Memang tidak ada kesepakatan mengenai kapan seseorang peneliti dapat mengemukakan masalah dengan dan lengkap.peneliti mengharuskan sebelum turun ke kancah,sedangkan peneliti naturalistik menghendakinya  dalam proses atau setelah pengumpulan data. Terlepas dari itu,kemampuan mengemukakan dengan jelas dan lengkap (mendalam) adalah mutlak dalam penelitian.

Dari Mana Masalah Diperoleh?

Kapabilitas dan kredibilitas seorang peneliti bukan hanya di tentukan oleh frekuensi atau jam terbang melakukan penelitian,melainkan juga oleh kemampuan memilih masalah penelitian yang layak di teliti. Menurut Licoln Guba (1985), yang di sebut masalah penelitian adalah suatu keadaan yang bersumber dari hubungan anatar dua faktor atau lebih yang menghasilkan situasi yang membingungkan.

Kegiatan penelitian di awali dengan adanya masalah penelitian, bukan semata-mata karena keinginan atau ketertarikan peneliti terhada suatu persoalan. Kegiatan untuk menemukan masalah penelitian yang kemudian di identifikasi, dipikirkan dan di uji secara mendalam lalu di rumuskan merupakn salah satu aspek yang paling penting dalam kegiatan penelitian. Bahkan terutama sekali bagi peneliti pemula, kemampuan merumuskian masalah yang baik dapat di katakan telah menyelesaikan hampir setenga dari kegiatan penelitian sendiri.

Kesulitan dalam menemukan masalah yang baik bukan di sebabkan oleh ketiadaan masalah itu sendiri, sebab masalah dalam penelitian bersifat tak terbatas, peneliti yang sedang mencari masalah dapat di ibaratkan seorang yang berbelanja di pasar besar atau super market; bukan barangnya yang tidak, sulit di cari atau tidak ada barang yang menarik, melaikan memilih barang  yang dapat menjawab persoalan kebutuhan yang paling mendasar (primer) berdasarkan kemampuan keungan, pengetahuan terhadap barang ng itu sendiri, keterbatasan waktu dan sebagainya.sebaliknya dan yang mengetahui cukup tentang barang yang berkualitas tetapi keuangan tidak memadai.

Kemampuan menemukan masalah di tentukan oleh antara lain kepekaan dan kesediaan mengambil jarak dengan realitas sehari-hari. Kepekaan dalam melihat masalah merupakn syarat mutlak dalam masalah penelitian.

Seoarang peneliti dapat menemukan masalah yang berarti dan bermakna,sangat ditentukan oleh tingkat kepekaan dalam menentukan  dan memilih dengan cara mengemukakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan peneliti dalam menemukan masalah, yaitu sebagai berikut :

  1. Membaca sebanyak-banyak literatur yang berhubungan dengan bidang kita dan bersikap kritis terhadap apa yang kita baca.
  2. Menghadiri  kuliah atau ceramah provesional
  3. Mengadakan pengamatan dari dekat situasi atau kejadian-kejadian di sekitar kita.
  4. Memikirkan kemungkinan penelitian dengan topik-topik atau pelajaran yang         dapati waktu kuliah.
  5. Menghadiri  seminar hasil penelitian.
  6. Mengadakan penelitian-penelitian kecil dan catat hasil hasil atau penemuan yang di peroleh.
  7. Menyusun penelitian dengan penekanan pada isi dan metodologinya.
  8. Mengunjungi berbagai perpustakaan untuk memperoleh topik yang dapat diteliti.
  9. Berlangganan jurnal atau majalah yang berhubungan denagan kita.

10.  Mengumpulkan bahan yang berhubungan dengan bidang kita.

Masalah Dan Judul Penelitian

Berdasarkan ilustrasi diatas,seyogyanya dalam menentukan masalah penelitian di pertimbangkan faktor yang obyektif dan subyektif atau di eveluasi secara cermat terhadap ontologi (hakekat/ substansi),epistemologi (bagaimana menjangkau dan memecahkannya), dan aksiologi (kegunaan)masalah yang di pilih:

  • .Dilihat dari substansinya, masalah penelitian hendaklah berupa masalah yang pemecahannya memberikan sumbangan kepada bangunan pengetahuan.penelitian hendaknya dapat menunjukkan bahwa hasil hasil penelitian memiliki tempat dalam bangunan pengetahuan keagamaan dalam rangka mengisi kekosongan,memantapkan,melengkapi atau mengevaluasi penelitian sebelumnya.dengan demikian, penelitian  yang di lakukan memliki kontribusi dan relevansi bagi pengembangan ilmu.

Sekiranya peneliti dapat menunjukkan hasil kontribusi hasil penelitiannya secara teoritik bagi pengembangan ilmu-ilmu, niscaya peneliti akan menghindari pemilihan permasalahan yang asal-asalan atau persoalan remeh yang tidak banyak berguna,yang sudah menjadi pengetahuan publik sehingga tidakperlu lagi mencari jawaban melalui penelitian

  • Persolan yang di angkat harus dapat diteliti.penelitian tidak dapat dilaksanakan terhadap hal-hal yang belum terjadi,alam gaib atau yang tidak pernah ada.
  • Persoalan yang diangkat harus relefan dengan tujuan penelitian.misalnya penelitian

untuk skripsi, tesis dan disertai memiliki derajat kualitatif yang berbeda.

  • Persoalan yang diangkat hendaklah dapat menghasilkan persoalan-persoalan baru sehingga dapat dilanjutkan oleh penelitian berikutnya.
  • Persoalan penelitian harus sesuai bagi peneliti ini termasuk faktor subjektif

Jenis Permasalahan

Masalah yang telah dipilih sebaiknya dinalisis terlebih dahulu, agar hasil penelitian dapat dilakukan dengan baik,dari segi proses ataupun tujuannya. Analisis dapat di lihat dalam perspekitf substansi,teori,dan metode,juga proses penelitian dan manfaataat penelitian.disamping itu,agar hasil penelitian benar berarti dan bermakna (fungsional) sesuai dengan jenis dan tujuan penelitian itu sendiri.

Pertama, Analisis substansi masalah itu sendiri.masalah yang dipilih memiliki relevansi akademik memiliki arti termasuk bidang keilmuan apa,misalnya sosiologi,antropologi, filologi,manajemen, teologi dan sebagainya.dengan mengetahui kedudukan masalah dalam konteks keilomuan yang ada,peneliti dapat menelusuri dan mendalami permasalahan itu dan menempatkannya dalam pokok bahasan atau sub pokok bahasan bidang ilmu tersebut. Dengan cara ini,peneliti dengan mantap memiliki pangkal tolak dan sudut pandangkeilmuan yang ada.kerlinger dalam hal ini mengatakan : jika hendak memecahkan suatu masalah kita harus secara umum mengetahui apa masalahnya .analisis substansial suatu masalah penelitian,dengan demikian dapat memantapkan kedudukan kepakaran peneliti sesuai dengan bidang keilmuan yang menjadi konsentrasi dan keahliannya.dengan melakukan penelitian untuk tesis, misalnya seorang peneliti akan memiliki keahlian dalam masalah yang diteliti.

Kedua, Analisis teori dan metode,masalah yang dipilih sebaiknya dapat dicari rujukan kepustakaan,perspsktif teoritik dan metodenya dengan pertimbangan ini dapat ditelilusuri kajian kepustakaan baik berupa buku jurnal maupun berupa hasil penelitian terdahulu.peneliti akan semakin tajam dan terarah dalam memfokuskan penelitiannya.perspektif teoritik bermanfaat bagi peneliti agar penelitian yang dilakukan memiliki starting point and opint of viev yang jelas sehingga peneliti akan semakin peka dan kritis dalam mencermati setiap venomena.

Ketiga, Analisis institusional, Jenis bobot dan tujuan penelitian hendaknya disesuaikan dengan institusi dimana peneliti mempersembahkan penelitiannya.penelitian untuk persyaratan memperoleh gelar akademi tentu berbeda dengan penelitian pesanan atau penelitian tindakan.penelitian untuk skripsi tentu memiliki kualifikasi yang berbeda dengan tesis atau disertasi.perbedaan dapat berbeda dari substansinya seperti kedalaman,keluasan,keaslian, kejelasan keutuhan masalah yang diangkat atau pada metodologinya seperti perspektif teoritik dan analisisnya; maupun pada teknik penulisan dan pelaporannya.

Keempat, Analisis metodologis, masalah yang diangkat hendaknya terjangkau,baik dari aspek metode pengumpulan data maupun datanya itu sendiri,penelitian yang melibatkan para elit biasanya lebih sulit dilakukan dari pada masyarakat awam.itulah sebabnya peneliti tentang elit baik dibidang politik ekonomi maupun agama lebih sedikit jumlahnya.penelitian tentang keuangan biasanya juga lebih sedikit karena datanya sulit dicari.

Kelima, Masalah yang diangkat hendaknya aktual disamping berarti dan bermakna.peneliti hendaklah menghindari masalah-masalah yang sudah banyak diteliti,masalah-masalah yang sepertinya menarik tetapi tidak fungsional,baik bagi peneliti, institusi masyarakat, maupun pengembangan ilmu, sebaiknya ditinggalkan.peneliti tentang peranan kiai dalam pembinaan masyarakat atau penelitian tentang pengaruh wanita karier terhadap keharmonisan keluarga misalnya, sudah terasa jenuh.

Bagaimana Merumuskan Masalah

Seringkali terjadi seorang peneliti mengalami kebingungan setelah sekian proses penelitian berjalan.kebingungan itu antara lain disebabkan oleh tidak adanya fokus yang jelas dari kasus fenomena atau permasalahan yang sesungguhnya hendak diteliti.tidak sedikit seorang peneliti tidak mengetahui dengan persis permasalahan, hasil temuan dari peneliti yang telah di laksanakan, akibatnya,tidak sedikti seorang peneliti   yang setelah di uji oleh penguji atau ketika di tanya oleh pemesannya mengalami kebingungan, tahu banyak masalah tapi tidak mampu mendesain pengetahuannya itu menjadi pengetahuan yang bermanfaat.dan jujun S.Suriasumantri menyebut peneliti seperi ini (penelitian yang tidak fokus) sebagai seorang bangunan , bukan seorang arsitek.

Dalam penilain kuantatif,rumusan masalah biasanya dikemukakan dalam bentuk fokus penelitian yang masih abstrak dan tetantif; sedangkan dalam penelitian kuantatif biasanya di kemukakan dalam rumusan masalah yangbersifat dan rinci,dan baku.fokus penelitian dalah pokok permasalahan yang yang di pilih untuk di teliti. Kemampuan menentukan dan meluruskan fokus penelitian menurut Meleong, akan berguna untuk membatasi studi memenuhi kriteria  inklusi-eksklusi (inclusiion-exlusion kriteria) atau memasukkan-mengeluarkan suatu informasi yang baru di peroleh di lapangan.dengan fokus yang jelas seorang peneliti dapat memilh dan memilah data yang benar-benar fungsional. Artinya, data yang berkaitan dengan fokus masalah (walaupun menarik bagi peneliti) untuk sementar ditingggalkan,dan sebaliknya data yang relevan harus di kejar (walaupun peneliti kurang tertarik dan mengalami kesulitan).

DAFTAR PUSTAKA

Nasir Muhammad.1983. Metode Penelitian. Jakarta: Galia Indonesia