BAB I
PENDAHULUAN
Dalam proses belajar mengajar di sekolah, umumnya siswa hanya mengharapkan informasi dari guru semata tanpa mau berusaha untuk mencari informasi dan pengalaman belajar sendiri. Padahal waktu yang disediakan untuk proses belajar mengajar amatlah singkat.
Mata pelajaran yang diterima umumnya syarat dengan konsep, mulai dari konsep sederhana sampai pada konsep yang lebih kompleks yang membutuhkan pemahaman yang benar dari konsep-konsep yang telah di pelajari sebelumnya.
Banyaknya konsep yang harus dipelajari oleh siswa dalam waktu yang relatif singkat membuat pelajaran yang diperoleh dianggap sulit, sehingga kebanyakan siswa hanya melakukan proses belajar yang singkat dan praktis yaitu dengan cara menghapal dari pada harus menggali dan mencari konsep sendiri dari konsep dasar yang telah di berikan oleh guru.
Metode belajar menghapal menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam menguasai pelajaran-pelajaran selanjutnya yang memerlukan penerapan dari konsep-konsep dasar yang telah di pelajari sebelumnya.
Berbeda halnya jika guru dan siswa mencoba menerapkan metode belajar penemuan, dimana siswa terlibat dalam menggunakan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip. Dengan belajar penemuan (discovery) siswa didorong oleh rasa ingin tahu untuk mengeksplorasi dan belajar sendiri. Pemahaman suatu konsep di dapat siswa melalui proses. Dengan demikian, konsep yang ditemukan sendiri oleh siswa akan tersimpan lama dalam memori siswa. Demikian pula bagi guru, hal tersebut meringankan tugas guru karena guru tidak perlu menjelaskan semua pelajaran yang telah lalu karena siswa sudah menguasai konsepnya.
Berdasarkan pemaparan di atas maka penulis tertarik untuk menyusun makalah yang berjudul “Belajar Penemuan Dalam Pembelajaran Kimia”.
BAB II
PEMBAHASAN
Belajar Penemuan
Pengertian Belajar Penemuan
Menurut Bruner, belajar adalah cara-cara bagaimana orang memilih, mempertahankan dan mentransformasi informasi secara aktif yang didasarkan pada dua asumsi. Asumsi pertama ialah bahwa perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif. Asumsi kedua ialah bahwa orang mengkonstruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan yang diperoleh sebelumnya. Model belajar seperti ini oleh Bruner (1966) dikenal dengan belajar penemuan (discovery learning), yaitu belajar dimana siswa berusaha sendiri mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang benar-benar bermakna (Ratna Wilis Dahar, 1989: 103)
Menurut Sund (1975), belajar penemuan adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental seperti: mengamati, mengolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, dan membuat kesimpulan. Konsep misalnya: panas dan energi, sedangkan prinsip misalnya: logam apabila dipanasi mengembang. (Mulyati Arifin, 2005)
Metode Penemuan
Pengertian Metode Penemuan
Metode penemuan diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, memanipulasi objek dan lain-lain percobaan, sebelum sampai kepada ke generalisasi.
Metode penemuan merupakan komponen dari praktek pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri dan reflektif.
Menurut Encylopedia of Education Research, penemuan merupakan suatu strategi yang unik yang dapat diberi bentuk oleh guru dalam berbagai cara. Termasuk mengarahkan keterampilan menyelidiki dan memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan pendidikannya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode penemuan adalah suatu metode dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswinya menemukan sendiri informasi (Suryosubroto, 2002: 192)
Tujuan Metode Penemuan
Tujuan penemuan adalah:
- Meningkatkan keterlibatan siswa dalam menemukan dan memproses bahan belajarnya
- Mengurangi ketergantungan siswa pada guru untuk mendapatkan pengalaman belajarnya
- Melatih siswa menggali dan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar yang tidak ada habisnya
- Memberi pengalaman belajar seumur hidup. (Mulyani Sumantri, 1999:)
Langkah-langkah pelaksanaan metode penemuan
Adapun langkah-langkah pelaksanaan metode belajar penemuan adalah:
- Mengidentifikasi kebutuhan siswa.
- Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep-konsep dan generalisasi yang akan dipelajari.
- Seleksi bahan dan problema/tugas-tugas.
- Membantu memperjelas: Tugas/problema yang akan dipelajari dan Peranan masing-masing siswa
- Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang di perlukan
- Mencek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan tugas-tugas siswa.
- Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan.
- Membantu siswa dengan informasi/data, jika diperlukan oleh siswa.
- Memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses.
- Merangsang teradinya interaksi antara siswa dengan siswa
- Memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses penemuan
- Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuannya (Suryosubroto, 2002: 199-200).
Pengajaran metode penemuan dalam kelas
Pengajaran dengan menggunakan metode penemuan dapat dilaksanakan dalam bentuk komunikasi satu arah dan komunikasi dua arah, bergantung pada besarnya kelas.
Sistem satu arah (ceramah reflektif)
Pendekatan satu arah berdasarkan penyajian satu arah (penaungan/exposition) yang dilakukan guru. Struktur penyajian dalam bentuk usaha merangsang siswa melakukan proses discovery di depan kelas. Guru mengajukan suatu masalah, dan kemudian memecahkan masalah itu melalui langkah-langkah discovery. Caranya adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada kelas, memberi kesempatan kepada kelas melakukan refleksi. Selanjutnya guru menjawab sendiri pertanyaan-pertanyaan yang diajukan itu. Dalam prosedur ini guru tidak menentukan aturan-aturan yang harus digunakan oleh siswa, tetapi dengan pertanyaan-pertanyaan guru mengundang siswa untuk mencari aturan-aturan yang harus diperbuatnya, pemecahan masalah berlangsung selangkah demi selangkah dalam urutan yang ditemukan sendiri oleh siswa.
Sistem dua arah (discovery terbimbing)
Sistem dua arah melibatkan siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan guru. Siswa melakukan discovery sedangkan guru membimbing siswa ke arah yang benar/tepat. Gaya pengajaran ini oleh Gagne disebut Guide discovery (Oemar Hamalik, 2001: 187-188)
Belajar penemuaan ini kemudian dikembangkan menjadi strategi Inquiry-discovery. Langkah-langkah pokok strategi ini adalah:
1) Menyajikan kesempatan-kesempatan kepada siswa untuk melakukan tindakan/perbuatan dan mengamati konsekuensi dari tindakan tersebut
2) Menguji pemahaman siswa mengenai hubungan sebab akibat dengan cara mempertanyakan atau mengamati reaksi-reaksi siswa, selanjutnya menyajikan kesempatan-kesempatan lain
3) Mempertanyakan atau mengamati kegiatan selanjutnya, serta menguji susunan prinsip umum yang mendasari masalah yang disajikan itu
4) Penyajian berbagai kesempatan baru guna menerapkan hal yang baru saja di pelajari ke dalam situasi atau masalah-masalah yang nyata (Oemar Hamalik, 1994)
Dalam belajar penemuan siswa mendapatkan kebebasan sampai saat batas-batas tertentu untuk menyelidiki, secara perseorangan dalam suatu tanya jawab dengan guru, atau oleh guru/siswa-siswa lain, untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru, atau oleh guru dan siswa-siswa bersama. Dengan demikian jelas, peranan guru lain sekali bila dibandingkan dengan peranan guru yang mengajar dengan klasikal dengan metode ceramah misalnya. Dalam belajar penemuan ini guru tidak begitu mengendalikan proses belajar mengajar.
Dalam belajar penemuan guru berperan sebagai:
- Merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga dasar pelajaran itu terpusat pada masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki oleh para siswa
- Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk memecahkan masalah
- Guru memperhatikan tiga cara penyajian pelajaran yaitu: cara enaktif, cara ikonik, dan cara simbolik
- Bila siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoritis, guru hendaknya berperan sebagai seorang pembimbing
- Menilai hasil belajar merupakan suatu masalah dalam penemuan. Seperti diketahui, tujuan-tujuan tidak dapat dirumuskan secara mendetail dan tujuan-tujuan itu tidak diminta sama berbagai siswa
Penerapan Metode Belajar Penemuan dalam Proses Belajar Mengajar Kimia
Penerapan prinsip belajar penemuan pada pelajaran Kimia, misalnya pada materi perhitungan kimia (stokiometri). Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menerapkan metode belajar penemuan adalah:
- Guru menjelaskan. Pertemuan diawali dengan mengarahkan/memberi penjelasan tentang metode penemuan.
- Guru menjelaskan materi (misalnya: Konsep mol)
- Guru menyajikan masalah untuk ditemukan sendiri oleh siswa (misalnya : Banyaknya zat-zat yang diperlukan atau dihasilkan dalam reaksi kimia dapat dihitung dengan menggunakan reaksi setara
- Siswa menyelesaikan soal-soal dengan bantuan LKS
- Guru memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan
- Guru keliling membimbing dan mengawasi serta menilai pekerjaan siswa apakah sudah betul
- Membesarkan hati siswa yang giat dalam penemuan
- Guru membimbing siswa menyimpulkan jawaban dan hasil penemuannya
- Guru memberikan soal penerapan untuk mengecek pemahaman siswa
Kebaikan dan kelemahan metode penemuan
Kebaikan metode penemuan
- Dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa, andai kata siswa dilibatkan terus dalam penemuan terpimpin
- Pengetahuan di peroleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin merupakan pengetahuan yang sangat kukuh
- Strategi penemuan membangkitkan gairah siswa, misalnya siswa merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan
- Metode ini memberikan kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri
- Metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya, sehingga ia merasa terlibat dan termotivasi sendiri untuk belajar, paling sedikit pada suatu proyek penemuan khusus
- Metode ini dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan
- Strategi ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan kepada anak dan guru berpartisipasi sebagai sesama dalam mengecek ide
- Membantu perkembangan siswa menuju skeptisisme yang sehat untuk menemukan kebenarannya akhir dan mutlak
Kelemahan Metode Penemuan
- Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini. Misalnya siswa yang lamban mungkin bingung dalam usahanya mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal yang abstrak
- Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar, misalnya sebagian besar waktu dapat hilang karena membantu seseorang siswa menemukan teori-teori
- Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional
- Mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang terlalu mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan keterampilan
- Dalam beberapa ilmu (misalnya IPA) fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide mungkin tidak ada
- Strategi ini mungkin tidak memberikan kesempatan berpikir kreatif, karena pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh guru, demikian pula proses-proses di bawah pembinaan guru, tidak semua pemecahan masalah menjamin penemuan yang penuh arti (Suryosubroto, 2002: 200-202)
Untuk mengatasi hambatan-hambatan itu, guru dalam strategi belajarnya harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Suasana harus di buat sedemikian sehingga siswa merasa dirinya dihadapkan pada suatu teka-teki
- Kegiatan harus berlandaskan objek atau prinsip yang tidak asing bagi siswa
- Para siswa hendaknya mendapat kesempatan untuk mengamati kegiatan sesuai dengan kebutuhannya dari seluruh kegiatan.
- Hendaknya pada waktu melakukan kegiatan yang berkaitan dengan konsep baru, guru hendaknya memberikan contoh dan aplikasi dan dirasakan pada kehidupan sehari-hari yang dilihat dan dirasakan oleh anak, sehingga kegiatan tersebut dapat dirasakan manfaatnya oleh anak
- guru harus menunjukkan antuisiasme dalam mengemukakan teka-teki dan selama kegiatan berlangsung
Dalam belajar penemuan siswa akan menyimpan informasi baru itu dengan lebih mudah, karena siswa belajar secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip untuk memperoleh pengalaman dengan melakukan eksperimen-eksperimen yang mendukung dalam menemukan prinsip-prinsip sendiri. Bila siswa telah mengetahui struktur dasar dari konsep dan prinsip-prinsip itu, maka tidak sulit baginya untuk mempelajari bahan-bahan pelajaran lain dalam bidang studi yang sama, dan siswa lebih mudah ingat akan bahan baru itu. Hal ini disebabkan karena siswa telah memperoleh kerangka pengetahuan yang bermakna yang dapat digunakan untuk melihat hubungan-hubungan yang esensial dalam pelajaran itu.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil pembahasan, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa:
- Belajar penemuan merupakan proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep/prinsip, untuk menemukan konsep dan prinsip baru
- Metode belajar penemuan merupakan suatu metode dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi
- Metode belajar penemuan sangat baik diterapkan dalam proses belajar mengajar Kimia , sebab konsep/prinsip yang ditemukan sendiri oleh siswa akan tersimpan lebih lama dalam memori siswa sehingga tidak sulit baginya untuk mempelajari bahan-bahan pelajaran lain pada materi yang sama.
Saran
Kepada para pembaca khususnya para pelajar, penulis sarankan agar dalam proses belajar jangan belajar hanya untuk sekedar tahu, tetapi belajarlah untuk mampu mengetahui dan menerapkan konsep tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
B. Suryasubroto. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Rineka Cipta. Jakarta.
Mulyani Sumantri, Johar Permana. 1999, Strategi Belajar Mengajar. Universitas Muhammadiyah Makassar. Makassar.
Mulyati Arifin, dkk. 2005. Strategi Belajar Mengajar Kimia. Universitas Negeri Malang. Bandung.
Oemar Hamalik. 1994. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Bandung.
Oemar Hamalik. 1999. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bumi Aksara. Bandung.
Ratna Willis Dahar. 1989. Teori Belajar Mengajar. Erlangga. Jakarta.