Khutbah Idul Fitri (Bag. 2)

Artikel ini adalah Lanjutan dari khutbah idul fitri sebelumnya. Jika belum dilihat, silakan klik di Khutbah Idul Fitri (Bag. 1). Semoga bermanfaat.

Khutbah Idul Fitri 1432 H

Kecenderungan manusia terhadap al-nafsu al-ammârah tersebut adalah suatu hal yang manusiawi. Sebab hal ini sudah merupakan potensi dasar manusia yang disebutkan Allah swt. dalam QS. ²li ‘Imrân (3):14 :

Hanya saja potensi manusia yang cenderung pada lawan jenis, dan kemewahan duniawi tersebut harus dikendalikan dan diarahkan sesuai hukum dan ketentuan Allah. Sebab al-nafsu ammârah dalam diri seseorang tidak akan berhenti pada satu batas. Seorang yang dikuasai jiwanya oleh al-nafsu al-ammârah tidak akan berhenti pada batas-batas yang halal, tetapi kecenderungannya pada cara-cara yang tidak halal, bukan pada yang halal. Manakala al-nafsu al-ammârah telah menguasai diri seseorang, ia tidak akan melepaskannya kecuali orang tersebut masuk ke dalam neraka jahannam, ke dasar neraka yang paling bawa. Na’u§ubillah min §âlik. Khutbah idul fitri

Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar, walillahilhamd..

Jama’ah ‘Id rahimakumullah, tingkatan nafsu ketiga yang disebutkan dalam al-Qur’ân ialah al-Nafs al-Lawwâmah, yaitu nafsu yang memiliki kecenderungan menyalahkan dirinya, selalu merasa menyesal, mengeluh, dan kecewa. Orang yang memiliki tingkat nafsu ini akan menyesali dirinya atas hilangnya peluang beramal saleh. Dalam al-Qur’ân disebutkan :

Jama’ah ‘Id rahimakumullah, tingkatan nafsu keempat yang disebut dalam al-Qur’ân ialah al-nafs al-mu¯mainnah, yaitu jiwa yang tenang. Dalam al-Qur’ân disebutkan :

al-Nafs al-Mutmainnah ditandai dengan adanya ketenangan karena sealu ingat kepada Allah, firman Allah QS. Al-Ra’ad: 28)

Ketenangan jiwa dapat diperoleh dengan zikir (ingat) kepada Allah; Zikir memiliki dua aspek:

– Zikir dalam arti menyebut

– Zikir dalam arti mengingat (self control) . . .

Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar, walillahilhamd..

Dewasa ini, masyarakat kita sedang digelisahkan oleh timbulnya berbagai macam masalah-masalah sosial yang tidak lain adalah pelanggaran terhadap larangan-larangan agama Allah.berbagai jenis kemaksiatan berupa semakin merajelalanya minuman keras dengan berbagai merek, maraknya judi dengan berbagai bentuk. Kekerasan bahkan pembunuhan sudah menjadi hal yang biasa bagi orang tertentu. Bukan tidak mungkin sebagian di antara kemaksiatan tersebut telah melanda masyarakat kita, atau bahkan mungkin telah masuk ke dalam rumah kita. Kemaksiatan yang dilarang agama bukanlah untuk membatasi ruang gerak manusia, akan tetapi lebih ditekankan untuk menjaga kepentingan manusia itu sendiri. Khutbah idul fitri

1/ Khamar dengan berbagai bentuknya, termasuk jenis-jeis narkotika dan zat aditif lainnya diharamkan untuk melindungi akal manusia. Sebab Allah sejak awal mengetahui bahwa khamar dan narkotika merusak akal manusia, sedangkan salah satu tujuan agama ialah hifz al-‘aql, melindungi akal manusia. Tentang khamar ini, disebutkan dalam hadis :

2/ Kekerasan dan pembunuhan dilarang oleh Islam, sebab kita sebagaimana manusia memiliki hak yang sama untuk hidup aman dan tenteram, bebas dari gangguan kekerasan dan pembunuhan. Kekerasan yang berakibat pada terjadinya pembunuhan ini antara lain disebutkan dalam hadis Nabi :

 ‘Barang siapa yang membunuh sesamanya manusia, maka ia kan dikutuk  oleh Allah, malaikat-Nya dan semua manusia’.

 ‘Orang yang membunuh dan yang dibunuh tempatnya di neraka’.

 ‘Demi Tuhan yang hidupku berada di tangan-Nya, akan tiba suatu masa di mana umat manusia akan saling membunuh; yang dibunuh tidak tahu kenapa saya harus membunuh, dan dibunuhpun apa sebab hingga ia harus dibunuh’.

Siapa yang membunuh seseorang dengan sengaja, maka ia tidak akan mencium bau surga, sedangkan bau surga itu sendiri sudah tercium dari jarak 40 tahun perjalanan’. Khutbah idul fitri

3/ Islam mengharamkan berbagai jenis makanan, baik karena hukum asalnya yang haram maupun makanan yang pada dasarnya haram namun cara memperolehnya yang tidak sesuai dengan ketentuan agama, misalnya hasil curian, penipuan dan sejenisnya, yang menyebabkan makanan tersebut haram. Sehubungan dengan perolehan makanan yang haram karena cara memperoelhnya yang tidak baik disebutkan dalam hadis:

“Tidak akan masuk surga tubuh yang ada serat dagingnya tumbuh dari sumber makanan yang haram”

Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar, walillahilhamd..

Jama’ah ‘Id rahimakumullah, Akhirnya, di hari fitrah ini, marilah kita kembali menyadari kehadiran diri kita sebagai manusia, sebagai hamba Allah. Marilah kita kembali kepada kesucian diri kita lahir dan batin. Membersihkan diri kita dari segala noda dan dosa yang telah kita lakukan, baik dosa kita kepada Allah maupun dosa terhadap sesama manusia.

Apabila ibadah-ibadah yang kita lakukan selama sebulan penuh di bulan Rama«an didasari oleh niat keikhlasan semata-mata untuk dan atas nama Allah, maka selama itu pula ada jaminan bahwa dosa antara kita dengan Allah bersih sama sekali.

Namun, ikhwân al-muslimîn rahimakumullah, Allah dan Rasul-Nya tidak pernah memberi jaminan bahwa dosa antara kita dengan sesama manusia akan diampuni. Persoalan dosa dengan sesama manusia adalah persoalan antara masing-masing pribadi untuk saling memaafkan. Apabila kita merasa telah melakukan kesalahan dan dosa terhadap sesama kita, marilah kita memohon maaf atas kesalahan dan dosa kita. Sebaliknya apabila saudara kita meminta maaf atas dosa dan kesalahannya terhadap diri kita sudilah kiranya kita membuka pintu maaf kita, memaafkan saudara kita yang sudah mengakui kesalahannya. Allah swt. Maha Pengampun atas segala dosa dan Maha Pemberi maaf atas semua kesalahan hambanya. Sebagai hamba, seharusnya kita menerapkan sifat kemahapemaafan Allah dalam diri kita.

Persoalan memberi maaf adalah persoalan yang sangat besart. Semua orang mampu untuk meminta maaf sesaat setelah melakukan kesalahan, namun hanya orang tertentu saja yang yang bisa memberi maaf. Makanya Al-Qur’ân al-Karîm sebagai wahyu ilahi, yang menyebutkan persoalan maaf sebanyak 34 kali, tidak pernah sekalipun memerintahkan umat manusia untuk meminta maaf, karena persoalan meminta maaf adalah persoalan yang kecil dan mudah, memberi maaflah yang berat. Marilah kita memperhatikan petikan ayat-ayat al-Qur’ân al-Karîm sebagai berikut:

Balasan terhadap kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi barang siapa yang memafkan dan berbuat baik, ganjarannya ditanggung oleh Allah.

Maafkanlah mereka dan lapangkanlah dada (dengan berjabat tangan). Sesungguhnya alah senang kepada orang-orang yang berbuat kebajikan (dengan memaafkan kesalahan orang ke padanya)

Hendaklah mereka memaafkan dan melapangkan dada (dengan berjabat tangan). Apakah kamu tidak ingin diampuni oleh Allah?

Kesan yang diperoleh dari ketiga ayat di atas bahwa adalah anjuran untuk memberi maaf terhadap seseorang, bukan menunggu permintaan maafnya seseorang. Mereka yang enggan memberi maaf pada hakikatnya enggan memperoleh pengampunan dari Allah. Khutbah idul fitri

Kalau puasa yang telah kita lakukan berujung pada terciptanya pribadi muttaqîn (orang-orang yang bertaqwa), maka salah satu di antara tanda orang yang bertaqwa ialah orang yang selalu bersedia memberi maaf terhadap sesama manusia; artinya tidak sempurna ketaqwaan hasil puasa kita apabila kita belum berlapang dada membuka pintu maaf kita terhadap sesama manusia.

Dalam proses maaf-memaafkan marilah kita, menyadari siapa diri di mana posisi kita; kalau kita sebagai orang yang telah melakukan kesalahan terhadap seseorang, marilah kita meminta maaf langsung kepada yang bersangkutan; kalau kita sebagai seorang anak, marilah kita duduk bersimpuh mengakui dosa dan salah kita di depan ayah bunda kita; kalau kita seorang anak kecil, orang muda, atau bawahan, marilah kita meminta maaf kepada orang yang lebih dewasa dari kita. Sebaliknya sebagai orang yang lebih dewasa agar memafkan anak-anak, cucu-cuku, adik-adik atau saudara-saudara dan anggota keluarga kita yang lebih muda.

Terakhir, marilah kita menghayati pesan Rasulullah saw.

 ‘’Dua orang Islam yang bertemu satu sama lain kemudian saling berjabat tangan,, maka kedua orang itu akan diampuni sebelum melepaskan tangan dan berpisah satu sama lain.  Khutbah idul fitri