Hakikat Komunikasi Antar Budaya

PENDAHULUAN

Pendahuluan

Terdorong oleh nalurinya sebagai homo sapiens (makhluk yang dapat berpikir), manusia selalu cenderung untuk berpikir dan melakukan perenungan. Kecenderungan tersebut merupakan motivasi yang lahir dari keinginan-keinginan untuk menata kehidupan yang lebih baik secara dinamis dalam menyikapi posisinya sebagai homo socialis (makhluk yang mempunyai kecenderungan bermasyarakat)

Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia ingin berkomunikasi.

Dalam kehidupan sehari-hari disadari bahwa komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia. Manusia sejak dilahirkan sudah berkomunikasi dengan lingkungannya. Gerak dan tangis bayi yang pertama pada saat ia dilahirkan adalah suatu tanda komunikasi.

Untuk menjalin rasa kemanusiaan yang akrab dan harmonis diperlukan adanya saling pengertian sesama anggota masyarakat. dalam hal ini faktor komunikasi memainkan peranan penting, apalagi bagi manusia modern. Manusia modern yaitu manusia yang cara berpikirknya tidak spekulatif tetapi berdasarkan logika dan rasio dalam melaksanakan segala aktivitasnya. Aktivitasnya ini akan berlangsung dengan baik melalui proses komunikasi antar manusia.

Dokter Everett Kleinjan dari East West Center Hawaii mengatakan bahwa komunikasi sudah merupakan bagian kekal dari kehidupan manusia seperti bernafas. Sepanjang manusia ingin hidup, maka ia perlu berkomunikasi.

Pada dasarnya, Islam jauh-jauh sebelumnya telah menyuguhkan prinsip-prinsip berkomunikasi yang baik dan efektif. Dalam telaah terhadap Al-Qur’an ditemukan sarat dengan sejumlah prinsip yang dapat dijadikan pola komunikasi dan bisa diterapkan dalam proses komunikasi modern. Prinsip-prinsip komunikasi seperti qaulan sad dan, qaulan karma, qaulan balga dan qaulan maisara merupakan prinsip-prinsip Qur’ani yang perlu digali dan dikaji dan efektivitas penerapannya dalam sistem komunikasi modern.

Pengertian

Istilah komunikasi diambil dari bahasa Inggris yaitu “communication” yang berarti; perhubungan, kabar, perkabaran.[1] Istilah tersebut berasal dari bahas latin yaitu “communicatio” artinya pemberitahuan, memberi bahagian, pertukaran di mana si pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari pendengarnya. Kata sifatnya adalah communis yang berarti “bersifat  umum dan terbuka, bersama-sama”. Kata kerjanya adalah “communicara” yang berarti “bermusyawarah, berunding dan berdialog”.[2]

Komunikasi  pada hakikatnya adalah hubungan timbal balik antara pemberi dan penerima informasi. Kedua belah pihak tersebut harus ada persesuaian, kerjasama dan keterbukaan antara yang satu dengan yang lainnya. Jadi sistem dialog atau musyawarah dalam hal ini sangat diperlukan supaya terjadi kekompakan antara pemberi dan penerima pesan.

Untuk memahami pengertian komunikasi dapat dilihat dari beberapa pendapat para ahli antara lain:

  1. Menurut William Albiq Teguh Mainanda seperti dikutip oleh Onong Uchjana Effendi bahwa komunikasi adalah penyampaian lambang-lambang yang berarti diantara individu.[3]
  2. Menurut Carl I. Hovland juga dikutip oleh Onong Uchjana Efendy bahwa ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis informasi serta pembentukan pendapat dan sikap.[4]

Selanjutnya, prinsip komunikasi dalam makalah ini yang dikaitkan dengan Al-Qur’an berarti menelusuri rumusan-rumusan prinsipil dalam melakukan interaksi dengan orang lain yang disinyalir dalam Al-Qur’an.

Kehidupan manusia ditandai dengan pergaulan di antara manusia dalam keluarga, lingkungan, masyarakat, sekolah, tempat kerja, organisasi sosial dan sebagainya. Semuanya ditunjukkan tidak saja pada derajat suatu pergaulan, jenis relasi, mutu interaksi-interaksi di antara mereka, tetapi juga terletak pada sejauh mana keterlibatan mereka  satu dengan yang lainnya dan saling mempengaruhi.[5] Dalam hal ini, komunikasi bertujuan untuk menyampaikan informasi kepada mereka, agar apa yang disampaikan atau diterima dapat dimengerti, sehingga dengan komunikasi tujuan dapat tercapai.[6]

Komunikasi merupakan aktivitas menyampaikan pesan (message) dari seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan) dengan menggunakan simbol-simbol, baik berupa bahasa, suara maupun isyarat dengan tujuan menciptakan persamaan dalam pengetahuan, sikap dan tingkah laku. Kegiatan seperti ini mutlak diperlukan bagi manusia dalam kehidupannya sebagai makhluk berbudaya (humen culture) demi mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya. Komunikasi tidak dilepaskan dari kehidupan manusia sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk berketuhanan.[7]

Sebagai makhluk sosial, manusia mengadakan komunikasi dengan sesama manusia dalam kehidupan  sosial dalam berbagai  bentuk dan manifestasinya, baik menggunakan media komunikasi tradisional atau teknologi komunikasi modern. Dalam ilmu komunikasi, komunikasi antar manusia  (human communication) inilah yang paling banyak dibahas, dikaji dan dikembangkan selaras dengan perkembangan sains dan teknologi.

Pada umumnya komunikasi mempunyai beberapa tujuan antara lain:

  1. Supaya apa yang disampaikan itu dapat dimengerti. Oleh sebab itu, sebagai komunikator harus menjelaskan kepada komunikan (penerima pesan) dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengerti dan mengikuti apa yang dimaksudkan.
  2. Memahami orang lain. Komunikator harus mengerti benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkannya. Jangan memberikan jalan ke timur padahal mereka menginginkan jalan ke barat. Hal ini dapat mengakibatkan tidak tercapainya tujuan serta tidak terjalin kekompakan.
  3. Supaya gagasan dapat diterima orang lain. Gagasan dapat diterima oleh orang lain melalui pendekatan persuasive bukan dengan jalan memaksa kehendak.
  4. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu. Sesuatu disini dapat bermacam-macam, seperti kegiatan. Kegiatan yang dimaksudkan di sini adalah kegiatan yang lebih banyak mendorong. Namun yang paling penting harus diingat adalah bagaimana cara yang baik untuk melakukannya. [8]

Dengan demikian tujuan komunikasi adalah terjalinnya saling pengertian antara komunikator dan komunikan, sehingga yang perlu diperhatikan dengan baik sebelum mengadakan komunikasi adalah meneliti apa yang menjadi tujuan komunikasi.

Di sisi lain, komunikasi merupakan kegiatan pokok dalam kehidupan bermasyarakat, karena melalui komunikasi orang dapat mempengaruhi dan mengubah sikap dan tingkah laku orang lain, membentuk suatu consensus yang dikenal dengan pendapat umum (public opinion). Jadi sebenarnya masalah komunikasi ini secara mutlak merupakan bagian dari kehidupan manusia.

HAKIKAT KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

Hakikat komunikasi  berarti inti atau substansi dair komunikasi itu.

Setelah uraian pengertian dalam sekilas tujuan komunikasi di atas, maka setidaknya kita sudah mendekati hakikat komunikasi, sehingga dapat diilustrasikan sebagai berikut;

Minimal ada empat hal yang menjadi hakikat  (substansi) komunikasi

@ Perkenalan

Sebagai makhluk homo sosial (makhluk sosial) yang menjadi dasar untuk brehubungan dengan siswanya adalah saling kenal mengenal, mulai dari nama, asal, pekerjaan, sampai pada ciri-ciri khusus orang itu, bahkan sampai pada latarbelakang maksud dan tujuan perkenalan itu. (ingat), ketika terjadi dialog perkenalan pertama antara Tuhan dengan sang bayi dalam rahim ibu perkenalan itu sifatnya dua arah.

@ Keterbukaan

Pada mulanya keterbukaan itu ada di sengaja dan ada yang tidak disengaja. Keterbukaan yang tidak disengaja tentunya sifatnya konsumtif, sedangkan keterbukaan yang disengaja sifatnya sudah produktif dan tendensif. Keterbukaan bagi seseorang menunjukkan adanya peluang untuk maju dan berkembang. Sebaliknya ketertutupan seseorang menunjukkan adanya keterkungkungan atau semakin mereka terbelakang alias susah maju.

Seluru kemajuan itu diperoleh dari adanya keterbukaan. Kini semakin disadari tentang hasil kemajuan sebagai produk keterbukaan seperti yang berkaitan dengan seni, pendidikan, pertukangan, pertanian, nelayan, pelayanan hukum, model perpolitikan, dan lain-lain semua ini dikemas sebagai budaya.

@ Pergaulan

Pergaulan atau hidup berinteraksi adalah bahagian paling penting dalam menciptakan rasa senang dan bahagia dalam kehidupan.

Perlu diketahui bahwa kebahagiaan itu ada dua macam yaitu kebahagiaan jasmaniah (material) dan kebahagiaan batiniyah (immaterial). Kalau pergaulan baik, maka melahirkan kebahagiaan batin, sebaliknya pergaulan jelek, maka melahirkan kegelisahan batin.

@ Harapan

Komunikasi banyak  terjadi karena ada harapan. Dengan demikian komunikasi mengawali harapan untuk memperoleh dambaan jadi kenyataan sejalan firman Allah

Terjemahnya :

Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.

Dari keempat substansi (hakikat) komunikasi di atas, maka dapat ditarik satu kesimpulan bahwa inti komunikasi adalah penyampaian ide atau pesan dari pihak pertama ke pihak kedua, artinya siapa yang memulai berarti dia pihak pertama dan siapa yang menerima (lawan berbicara, berbuat) berarti dia pihak kedua.

IMPLEMENTASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

Seperti apa yang dicontohkan oleh Rasulullah bahwa berhubungan (komunikasi) sewaktu-waktu melalui perkataan, bincang-bincang, surat menyurat, biasa juga melalui perbuatan yaitu dalam bentuk komunikasi kerja dan bahkan sewaktu-waktu dibutuhkan komunikasi bisu (takrir) fassif .

–          Bentuk komunikasi ucap kata (verbal) Allah menampilkan ada enam contoh  ???? (qaulan) seperti  Qaulan sadidan  Qaulan baligham   Qaulan maisura  Qaulan ma’rufan  Qaulan layyinan  Qaulan kariman

–          Bentuk komunikasi perbuatan. Komunikasi seperti ini dilakukan ketika main sepak bola, volli, bahkan bisa  juga termasuk demo dan perang.

–          Bentuk komunikasi diam (takrir). Komunikasi seperti ini tentu bila arahnya kepada sesama manusia tentu sangat jarang dilakukan, karena mungkin hanya dalam keadaan situasi yang tidak harmonis, atau ada hal yang tidak kita setujui, maka komunikasi di saat bersifat diam, akan tetapi bila dioreintasikan kepada Tuhan, maka komunikasi diam ini bersifat semedi.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Anshariy al-Qur’ubiy, Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad. al-Jami’li Ahkam al-Qur’an, jilid III. IV, VI, VII, Cet. VI; Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1996.

Arsyad, Azhar. Pembentukan Sikap dan Perilaku, “Makalah” disampaikan pada seminar Nasional IAIN Alauddin Makassar, 1997.

Arifin, Anwar. Strategi Komunikasi; Sebuah Pengantar Ringkas Bandung: CV. Armico, 1984.

Efendy, Onong Uchjana Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek Cet. I; Bandung: Remaja Karya, 1984

_______. Pengantar Ilmu Komunikasi Bandung: Armico, 1981.

Al-Gazaliy, Imam. Ringkasan Ilmu Ulumuddin, Cet. I; Jakarta: Pustaka Amani, 1995.

Hussain, Yusof. Etika Hubungan Masyarakat dalam Perspektif Islam, yang dibukukan oleh Hafied Cangara, Komunikasi Islam I, Program Pascasarjana UNHAS dan IAIN Alauddin Makassar, 2002.

Mowiana, Ahmad Warson. Kamus al-Munawwir, Yogyakarta: Pondok Pesantren al-Munawwir, 1984.

Rahmat, Jalaludin. ‘Makalah” yang dikutip oleh Hafied Cangara tentang Komunikasi Islam I, 2001.

_______, Islam Aktual. Bandung: Penerbit Mizan, 1993.

_______, Prinsip-prinsip Komunikasi dalam Al-Qur’an, t.tp: Audientia, 1993.

Shihab, M. Quraish. Lentera Hati; Kisah dan Hikmah Kehidupan. Cet. X; Bandung: Mizan, 1997.

Susanto, Phil Astrid S. Komunikasi Sosial di Indonesia. Bandung: Bina Cipta, 1979.

Wojowarsito,  S. dan W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Lengkap Inggris Indonesia-Indonesia Inggris Cet. II; Jakarta: Hasta, 1974.


[1]S. Wojowarsito dan W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Lengkap Inggris Indonesia-Indonesia Inggris (Cet. II; Jakarta: Hasta, 1974), h. 25.

[2]Anwar Arifin, Strategi Komunikasi; Sebuah Pengantar Ringkas (Bandung: CV. Armico, 1984), h. 14.

[3]Onong Uchjana Efendy, Pengantar Ilmu Komunikasi (Bandung: Armico, 1981), h. 1.

[4]Onong Uchjana Efendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Cet. I; Bandung: Remaja Karya, 1984), h. 12

[5]Alo Liliweri, Komunikasi Antar Pribadi (Cet. I; Bandung: 1991), h. 11.

[6]A. W. Wijaya, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat (Cet. I; Jakarta: Bina Aksara, 1986), h. 1.

[7]W. A. Gerungan, Psycology Social (Cet. VIII; Jakarta: Eresco, 1983), h. 26.

[8]A. W. Wijaya, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi (Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara, 1988), h. 62.