Reliabilitas Instrumen Penelitian

Reliabilitas Instrumen Penelitian. Syarat lainnya yang juga penting bagi seorang peneliti adalah reliabilitas. Reliabilitas sama dengan konsistensi atau keajekan. Suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur. Ini berarti semakin reliabel suatu tes memiliki persyaratan maka semakin yakin kita dapat menyatakan bahwa dalam hasil suatu tes mempunyai hasil yang sama ketika dilakukan tes kembali.

 
Tidak reliabel suatu tes pada prinsipnya dikatakan juga sia-sia tes tersebut, karena jika dilakukan pengetesan kembali hasilnya akan berbeda. Reliabilitas suatu tes pada umumnya diekspresikan secara numerik dalam bentuk koefisien. Koefisien tinggi menunjukkan reliabilitas tinggi. Sebaliknya jika koefisien suatu tes rendah maka reliabilitas tes rendah. Jika suatu tes mempunyai reliabilitas sempurna, berarti bahwa tes tersebut mempunyai koefisien +1 atau -1.
 
Dalam kenyataannya tes yang mempunyai nilai sempurna adalah tidak ada. Karena skor itu kemungkinan besar bervariasi, yang disebabkan oleh terjadinya kesalahan pengukuran dari bermacam-macam sumber.
 
Reliabilitas tinggi menunjukkan kesalahan varian yang minim. Jika sebuah tes mempunyai reliabilitas tinggi maka pengaruh kesalahan pengukuran telah terkurangi. Kesalahan pengukuran mempengaruhi skor dalam tampilan secara random yang ditunjukkan dengan beberapa skor, mungkin bertambah selagi yang lainnya berkurang secara tidak beraturan.
 
Kesalahan pengukuran dapat disebabkan oleh karakteristik tes itu sendiri, oleh kondisi pelaksanaan tes yang tidak mengikuti aturan baku seperti: tes item yang meragukan dan mahasiswa langsung mengikuti, status peserta yang mengikuti tes misalnya, seseorang yang sedang lelah, atau mempunyai masalah pribadi, mahasiswa mempunyai motivasi rendah, atau kombinasi dari semua gejala di atas.
 
Reliabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa sumber-sumber kesalahan telah dihilangkan sebanyak mungkin. Perhitungan reliabilitas pada umumnya lebih mudah dibanding validasi. Hal ini terjadi karena dalam menentukan koefisien korelasi, peneliti tidak lagi memikirkan substansi dalam tes.

Reliabilitas Instrumen Penelitian

 
Ada beberapa tipe reliabilitas tes sering digunakan dalam kegiatan penelitian dan masing-masing reliabilitas mempunyai konsistensi yang berbeda, termasuk: tes-retes, ekuivalen, dan belah dua yang ditentukan melalui korelasi. Sedangkan reliabilitas ekuivalensi diperhitungkan melalui bagaimana masing-masing item pertanyaan berkorelasi dengan item-item keseluruhan dalam tes.
 
1. Reliabilitas Tes-Retes
Reliabilitas tes-retes tidak lain adalah derajat yang menunjukkan konsistensi hasil sebuah tes dari waktu ke waktu. Tes-retes menunjukkan variasi skor yang diperoleh dari penyelenggaraan satu tes yang dilakukan dua kali atau lebih, sebagai akibat kesalahan pengukuran. Dengan kata lain, kita tertarik dalam mencari kejelasan bahwa skor seseorang mencapai suatu tes pada waktu tertentu adalah sama hasilnya, ketika orang tersebut dites lagi dengan tes tersebut. Dengan melakukan tes-retes tersebut kita mengetahui sejauh mana konsistensi suatu tes mengukur dengan apa yang ingin diukur.
 
Reliabilitas tes-retes ini penting, khususnya ketika digunakan untuk menentukan predicktor, misalnya tes kemampuan. Tes kemampuan tidak akan bermanfaat, jika ternyata menunjukkan hasil yang selalu berubah-ubah secara signifikan saat diberikan kepada responden. Penentuan pemakaian reliabilitas tes-retes, juga tepat ketika bentuk tes alternatif lainnya tidak ada, dan ketika tampak bahwa orang yang mengambil tes kedua kalinya tidak ingat atas jawaban tes yang pertama. Para pengambil tes pada umumnya akan terus mengingat jawabannya, jika item¬item yang ada banyak mengandung faktor sejarah, dibanding bentuk jawaban item ilmu pengetahuan aljabar misalnya.
 
Reliabilitas tes-retes dapat dilakukan dengan cara seperti berikut.
a. Selenggarakan tes pada suatu grup yang tepat sesuai dengan rencana.
b. Setelah selang waktu tertentu, misalnya satu minggu atau dua minggu, lakukan kembali penyelenggaraan tes yang sama dengan grup yang sama tersebut.
c. Korelasikan hasil kedua tes tersebut.
 
Jika hasil koefisien korelasi menunjukkan tinggi, berarti reliabilitas tes adalah bagus. Sebaliknya, jika korelasi rendah maka berarti bahwa tes tersebut mempunyai konsistensi rendah.
 
Tes-retes juga mempunyai beberapa permasalahan. Di antara permasalahan tersebut, yaitu faktor waktu tenggang yang diambil ketika dilakukan tes pertama dengan tes kedua. Jika interval waktu terlalu pendek maka mahasiswa memiliki kesempatan untuk mengingat jawaban dalam tes, sehingga tes yang kedua dapat dipastikan lebih baik, karena faktor resistansi atau sisa-sisa hafalan yang terjadi pada subjek pelaku. Jika interval waktu terlalu panjang, kemampuan para pelaku yang mengikuti tes mungkin bertambah, karena dua kemungkinan, yaitu faktor maturasi atau kedewasaan dan faktor intervensi dari faktor belajar para subjek.
 
Faktor-faktor tersebut menjadikan konsistensi tes cenderung artifisial dan rendah. Mengenai interval waktu yang baik antara tes pertama dengan tes berikutnya diberikan kepada subjek pelaku pilot study, (Gay, 1983:118) memberikan referensi bahwa satu hari terlalu pendek, sebaliknya satu bulan terlalu panjang. Oleh karena itu, selisih waktu pemberian tes melalui tes-retes di antara satu atau dua minggu.
 
2. Reliabilitas Bentuk Ekuivalensi
Sesuai dengan namanya, yaitu ekuivalen maka tes yang hendak diukur reliabilitasnya dibuat identik. Setiap tampilannya, kecuali substansi item yang ada dapat berbeda. Kedua tes tersebut sebaiknya mempunyai karakteristik sama. Karakteristik yang dimaksud termasuk, misalnya: mengukur variabel yang sama, mempunyai jumlah item sama, struktur sama, mempunyai tingkat kesulitan dan mempunyai petunjuk, cara skoring, dan interpretasi yang sama.Dari semua kondisi yang direncanakan secara ekuivalen di atas, idealnya jika grup sama mengambil dua tes tersebut maka rerata skor maupun variabilitas skor yang dicapai dari kedua tes yang diambil mestinya sama. Jika dikehendaki, sebenarnya kita dapat memilih, mengambil sampel, dan item yang berbeda dari ranah tingkah laku sama. Yang perlu diperhatikan mestinya adalah dalam hal apakah skor tergantung item pilihan atau pada penampilan atas item-item yang dapat digeneralisasi pada lainnya. Jika item terpilih baik dan setiap setnya menggambarkan ranah yang setaraf maka penggambaran tersebut mestinya benar.
 
Reliabilitas ekuivalen, pada umumnya juga menggambarkan bentuk konsistensi alternatif, yang dapat menunjukkan variasi skor yang terjadi dari bentuk tes satu dengan bentuk lainnya. Tetapi juga perlu diingat bahwa pengambil tes reliabilitas ekuivalen ini akan dapat mencapai hasil yang tepat, jika pengambil tes hafal terhadap jawaban tes yang dibuat dalam sesi pertama, sehingga mereka dapat menjawab kembali tes yang kedua. Ketika dua bentuk alternatif tes tersedia, yang perlu diketahui dari kedua tes adalah berapa reliabilitas ekuivalensi. Hal ini perlu diyakinkan kembali agar terjadi bahwa skor seseorang tidak akan dipengaruhi oleh cara mengadministrasi tes tersebut.
 
Implikasi dari analisis di atas ialah bahwa seringkali terjadi bahwa sebuah tes diberikan lebih dari satu kali pada grup yang sama. Pertama tes diberikan pada grup sebagai protes dan setelah selang waktu tertentu diberikannya untuk yang kedua kalinya sebagai post-tes. Hal lain yang juga perlu diketahui ialah bahwa ada kemungkinan pengaruh kegiatan intervening, ketika mengukur suatu hal yang esensinya sama dengan menggunakan tes sama.
 
Mengenai pertanyaan bagaimanakah proses melaksanakan tes reliabilitas secara ekuivalen? Berikut ini akan ditunjukkan beberapa langkah yang perlu diambil oleh seorang mahasiswa peneliti. Langkah-langkah tersebut di antaranya adalah seperti berikut.
a. Tentukan subjek sasaran yang hendak dites.
b. Lakukan tes yang dimaksud kepada subjek sasaran tersebut.
c. Administrasikan hasilnya secara baik.
d. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, Lakukan pengetesan untuk yang kedua kalinya pada grup tersebut.
e. Korelasikan kedua hasil tes skor.
 
Jika hasil koefisien ekuivalen tinggi, berarti tes memiliki reliabilitas ekuivalen baik. Sebaliknya apabila temyata bahwa koefisien rendah maka reliabilitas ekuivalen tes rendah. Reliabilitas ekuivalen merupakan salah satu bentuk yang dapat diterima dan umum dipakai dalam penelitian terutama penelitian pendidikan. Yang perlu diketahui juga bagi para peneliti adalah bahwa tes ekuivalen mempunyai kelemahan, yaitu bahwa membuat dua buah tes yang secara esensial ekuivalen adalah sulit. Akibatnya akan selalu muncul terjadinya kesalahan pengukuran.
 
3. Reliabilitas Belah Dua
Reliabilitas belah dua ini, termasuk reliabilitas yang mengukur konsistensi internal. Yang dimaksud dengan konsistensi internal ialah salah satu tipe reliabilitas yang didasarkan pada keajekan dalam tes. Reliabilitas belah dua ini pelaksanaannya hanya memerlukan waktu satu kali. Ada beberapa kemungkinan dengan cara ini. Termasuk perbedaan kondisi tes yang terjadi ketika menggunakan metode tes¬retes dapat dihilangkan. Reliabilitas belah dua juga tepat ketika tes itu terlalu panjang.
 
Cara melakukan reliabilitas belah dua pada garis besarnya dapat dilakukan dengan urutan seperti berikut.
 
1. Lakukan pengetesan item-item yang telah dibuat kepada subjek sasaran.
2. Bagi tes yang ada menjadi dua atas dasar jumlah item-yang paling umum dengan membagi ganjil dan genap pada kelompok tersebut.
3. Hitung skor subjek pada kedua belah kelompok penerima item genap dan item ganjil.
4. Korelasikan kedua skor tersebut, menggunakan formula korelasi yang relevan dengan teknik pengukuran.
 
Jika hasil koefisien korelasi tinggi maka tes mempunyai tingkat reliabilitas baik. Akan dapat diartikan sebaliknya jika hasil korelasi ternyata rendah.
 
Perlu diingat bahwa dari analisis belah dua di atas, hasil korelasi yang muncul baru separo. Sebenarnya apa yang kita kerjakan adalah menciptakan secara artifisial dua macam kelompok ekuivalen dan menghitung bentuk reliabilitas ekuivalensi yang direncanakan terjadi dalam waktu yang sama. Oleh karena itu, analisis di atas dapat dikatakan sebagai reliabilitas atau konsistensi internal. Oleh karena reliabilitas yang digambarkan baru separo dari tes sebenarnya maka formula koreksi perlu digunakan untuk meningkatkan ketepatan perhitungan tingkat konsistensi.
Source : Sukardi, Ph.D, Metodologi Penelitian Pendidikan.