Instrumen Penelitian Berupa Tes

Sebelumnya kita telah melihat banyak tentang Validitas Instrumen Penelitian dan Contoh Instrumen Penelitian Kualitatif, kali ini kita akan melihat lebih jauh tentang beberapa contoh instrumen penelitian berupa tes. Instrumen penelitian ini digunakan untuk mengukur tes intelegensi.


Tes Inteligensi

Jenis tes lainnya yang juga banyak digunakan di bidang pendidikan adalah tes inteligensi atau tes bakat. Secara definitif: intelligence is the ability to undertake activities that are characteristics by: 1) difficulty, 2) complexity, 3) abstracness, 4) economy, 5) adaptiveness to a goal, 6) social value, and 7) emergency of originals (Freeman, 1962: p 149-156).

Sedangkan dilihat dari macamnya, inteligensi seseorang dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut.
1) Inteligensi sosial, yaitu kemampuan seseorang untuk mengerti dan bekerja sama dengan orang lain.
2) Inteligensi nyata, yaitu kemampuan seseorang untuk mengetahui tingkat kemampuan seseorang dalam berinteraksi dengan sesuatu yang nyata sebagai realisasi keterampilan dan penerapan ilmu pengetahuan.
3) Inteligensi abstrak, yaitu kemampuan seseorang untuk mengerti dan berinteraksi dengan komunikasi verbal yang mungkin berupa simbol-simbol seperti dalam konteks ilmu pengetahuan, matematika, budaya, dan sebagainya.

Tes inteligensi merupakan tes yang direncanakan untuk mengukur cakupan khusus, yaitu kemampuan seseorang dalam kaitannya dengan penggunaan pengetahuan yang ada ke dalam konteks yang bervariasi. Tes inteligensi pada prinsipnya tidak mengukur inteligensi atau bakat yang ada pada seseorang secara murni, tetapi kemampuan seorang peserta tes dalam memecahkan permasalahan yang sudah direncanakan oleh si pembuat tes. Tes semacam ini, banyak digunakan pada tes yang mempunyai tujuan memprediksi keberhasilan seseorang ketika mereka masuk di sekolah yang hendak diikuti. Keberhasilan penampilan dalam tes inteligensi, pada umumnya tergantung pada latar belakang subjek yang diukur. Dalam tes inteligensi sering timbul salah persepsi yang menimbulkan keraguan atas hasil tes yang dilakukan. Persepsi yang kurang tepat terhadap tes inteligensi tersebut, di antaranya seperti seorang siswa yang mempunyai inteligensi 110 ternyata tidak menghasilkan atau berpenampilan baik sama dengan dua kali kemampuan anak lain yang nilai tes inteligensinya 55.

Tes inteligensi berkembang bentuknya menjadi tes kemampuan akademik yang biasanya diberikan para siswa atau mahasiswa ketika mereka harus mengikuti tes masuk ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, misalnya ke perguruan tinggi bagi para siswa setelah menyelesaikan Sekolah Menengah Umum atau ke tingkat pascasarjana setelah mereka menyelesaikan pendidikan sarjananya, sebagai scholastic aptitude test.

Tes inteligensi juga banyak digunakan untuk tes yang bertujuan memprediksi prospek keberhasilan seorang siswa dalam menyelesaikan program pendidikannya. Peneliti di bidang pendidikan juga menggunakan secara luas, karena dalam bidang tersebut bakat atau inteligensi dikontrol untuk melihat pengaruh atau hubungan antarvariabel yang direncanakan.

Dilihat dari subjek yang menjadi sasaran, tes inteligensi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu tes inteligensi untuk individual dan untuk kelompok.
1) Tes inteligensi untuk individual. Tes ini digunakan untuk mengukur bakat seseorang. Tujuan pembuatan tes inteligensi untuk individual tidak lain adalah guna mengidentifikasi sifat-sifat seorang siswa atau anak yang mungkin dimiliki dan merupakan potensi yang ada untuk dapat dikembangkannya untuk kebaikan masa depan mereka. Selain itu, di lembaga-lembaga pendidikan, tes inteligensi individual ini juga dapat digunakan untuk membagi para siswa menjadi kelompok kelas yang memiliki karakteristik homogen. Yang termasuk tes inteligensi individual sebagai contoh di antaranya adalah tes Standford-Binet dan tes Wechler. Tes Stanford-Binet ini mempunyai sifat-sifat penting di antaranya adalah memberikan pengukuran secara umum tentang inteligensi seseorang dan tidak memberikan pengukuran kemampuan, seperti tes kemampuan lainnya. Tes Wechler yang luas penggunaannya guna mengukur inteligensi orang dewasa. Tes Wechler ini dipublikasikan pertama kalinya, pada tahun 1939 yang kemudian diikuti oleh dua tes lainnya. Tes Wechler ini dibagi menjadi subjek yang dapat mengerjakan Intelligence Quotient (IQ) secara verbal dan IQ nonverbal. Subjek-subjek tersebut kemudian dibagi ke dalam subskala yang menunjukkan penampilan dalam tugas-tugas spesifik.
2) Tes inteligensi kelompok. Tes inteligensi ini merupakan tes alternatif yang digunakan untuk mengukur bakat subjek yang diukur dalam kegiatan kelompok. Tes inteligensi kelompok ini muncul sebagai koreksi atas posisi tes inteligensi individual yang ternyata’ memiliki beberapa kelemahan dal’am praktiknya.

Beberapa kelemahan tersebut di antaranya seperti berikut.
Tes individual:
a) Harus diberikan oleh seorang yang mendalami keahlian Psikometrik,
b) Memerlukan prosedur yang mengharuskan tes diberikan kepada setiap individu, menjadikan penyelenggaraan tes memerlukan biaya mahal dalam terapannya,
c) Tes inteligensi kelompok memerlukan waktu, biaya, dan tenaga para ahli pengukuran yang lebih banyak.

Tes inteligensi kelompok semula digunakan dalam Perang Dunia I untuk mengukur bakat orang-orang yang ingin menjadi militer. Tes ini kemudian dirancang dan dikembangkan untuk kegiatan sipil atau umum termasuk untuk tujuan kegiatan pendidikan.

Sumber : Sukardi, Ph.D, Metodologi Penelitian Pendidikan