Kontribusi Muslimah Cerdas dan Kreatif di Masyarakat Islam

Definisi Muslimah

Sepintas, antara wanita dan perempuan nampak memiliki arti yang sama, yaitu manusia yang memiliki jenis kelamin lawan dari laki-laki. Namun, para tokoh wanita / perempuan di indonesia sempat meributkan perihal pemakaian istilah tersebut, karena ternyata, ini bukan sekedar pengibaratan seperti kata Shakespeare, “Apalah arti sebuah nama ….”.[1] Karena ternyata masing-masing memiliki makna yang berbeda jauh, bahkan bertolak belakang pada beberapa sisi.

Kata “wanita” dianggap melambangkan sebuah karakter : “wani-ditata” (bahasa Jawa = berani diatur). Maka istilah “wanita” ini lebih banyak dikonotasikan peran wanita sebagai “pendamping” suami yang taat dan pengabdi serta menjadi ratu rumah tangganya. Sementara kata “perempuan” menurut istilahnya berasal dari penggalan per-empu-an, yang lebih mewakili konotasi karakter yang mandiri.

Mereka yang sepakat dengan misi para feminis yang ingin menyetarakan posisi dan kedudukan antara kedua jenis kelamin manusia, akan lebih suka menggunakan kata “perempuan” sementara yang kurang sepaham masih suka menggunakan kata “Wanita”.

Saya pribadi sebagai penulis lebih memilih untuk menyebut “muslimah” jika pembicaraan kita dalam konteks islam, karena terasa sebutan ini yang paling pas seperti kehendak islam sebutan “muslimah” bukan saja punya konotasi yang baik, terhormat, namun juga sesuai dengan Syari’ah yang dituntunkan islam.

Kedudukan Muslimah

Kronologinya, masyarakat adat di nusantara kita memang lebih didominasi budaya patriarkal, dimana muslimah memang lebih banyak dianggap

manusia nomor dua.

Tiga ratus lima puluh tahun Indonesia dijajah, semakin memperburuk kondisi kehidupan kaum muslimah dibawah kekuasaan penjajah yang senantiasa menggaruk kekayaan negara kita, kekuatan fisik sangat di utamakan sehingga jenis kelamin yang tak memiliki kekuatan fisik menjadi tak diperhatikan sama sekali, bahkan dimanfaatkan untuk melayani kaum lelaki semata.[2]

Pada masa penjajahan, pendidikan di batasi, rakyat dan utamanya kaum muslimah diperbodohkan, akibatnya, hingga sekarang mereka banyak yang hanya bisa menjadi beban keluarganya, beban laki-laki, bahkan juga beban masyarakat karena kebodohannya.

Keadaan semakin diperparah dengan banyaknya salah kaparah pendidikan agama tentang sosok muslimah yang shalehah. Begitu banyak buku – buku agama yang mengajarkan hadits-hadits yang berkaitan dengan kewajiban-kewajiban muslimah tanpa diimbangi dengan penjabaran hak-haknya dengan seimbang. Muslimah dituntut menjadi istri yang setia, pandai melayani suami, pandai mengatur rumah tangga, dan mendidik anak dengan baik. menjaga diri didalam rumah dan mencari surga dengan mencari ridha suami.[3]

“Ketahuilah wahai wanita. Dan diberitahukan kepada kaum wanita yang lain behwa perlakuan wanita yang baik terhadap suaminya, dan pencarian ridhaNya serta kepatuhan kepada keinginannya menyamai semua itu.” (HR. Muslim).

Sungguh, tak ada yang salah dengan semua ajaran tersebut. Tetapi semuanya belum sempurna, karena ada penggalan hak dan kewajiban lain yang belum dikupas. Bahwa muslimah sangat memerlukan pendidikan demi kesuksesan dalam mendidik anak, belum banyak disadari bahwa muslimah juga punya tanggung jawab untuk berdakwah ditengah umatnya, juga tak banyak disoroti. Akhirnya sebahagian besar berbuat, karena sekedar mendidik anak berbahasa arab saja mereka tak mampu.

Di berbagai aspek kehidupan saat ini, kaum muslimah terkadang masih berada di posisi yang serba sulit/ terbatas malah , tak jarang muslimah masih diperlakukan diskriminatif. Padahal peran dan kedudukan muslimah, justru sangat penting dan menjadi salah satu pilar dalam mendukung program pembangunan, khususnya di bidang pendidikan.[4]

ICN (1995) melaporkan bahwa setengah penduduk dunia adalah wanita yang mengerjakan dua pertiga pekerjaan dunia, menghasilkan sepersepuluh penghasilan dunia, tetapi hanya menyatakan bahwa lebih kurang setengah juta wanita pada usia produktif meninggal setiap tahun yang disebabkan oleh kehamilan dan melahirkan. Pada tahun 1995 juga, ICN melaporkan bahwa lebih banyak wanita daripada pria yang mengalami maslah kesehatan jiwa, antara lain karena wanita lebih cepat bereaksi terhadap kondisi yang dapat menimbulkan stress daripada pria.[5]

Sifat Dasar Muslimah

Terakhir dalam kondisi fisik yang relatif lemah, bukanlah keinginan kaum muslimah, melainkam atas kehendak Allah Swt. Dengan kondisi fisik yang lebih lemah dibanding laki-laki, wajar bila ada perbedaan sifat dengan kaum laki-laki adapun sifat-sifat yang dimiliki kaum muslimah, antara lain :

Memiliki Intuisi yang Tajam

Salah satu kelebihan dari kaum muslimah adalah memiliki intuisi yang tajam sehingga mudah menerima dan menyerap ilmu pengetahuan dengan intuisi tersebut maka muslimah mudah melakukan sesuatu yang berada dibalik permasalahan yang sedang dan akan dihadapi. Intuisi tersebut memudahkannya merasakan sesuatu sehingga sering siberi sebutan “perasa” dengan ketajaman intuisi dari muslimah maka ia memiliki perasaan yang tajam pula. Apabila muslimah rajin mengasah intuisi apalagi ditambah denga ketajaman rasionya maka pengalaman yang pernah ada bisa dijadikan pemandu dalam kehidupan sehari-hari. Dengan intuisi yang tajam, seorang muslimah seharusnya mampu mengantisipasi gejala-gejala yang terjadi dan dengan intuisi yang dimiliki, muslimah dapat menuntut dan mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Memiliki Sifat yang Lemah Lembut

Ciri khas dari pribadi seorang muslimah adalah memiliki sifat lemah lembut dengan kelembutan tersebut akan dapat membangkitkan daya pesona kelembutan mencerminkan suatu keindahan dalam pribadi seorang muslimah yang akan melahirkan suasana yang nyaman dan tentram dalam kehidupan namun kelembutan tersebut harus disertai pula dengan kekuatan iman dan mental yang tangguh untuk menangkal berbagai godaan dan cobaan yang datang silih berganti menerpa diri. Karena pada dasarnya sifat lemah lembut muslimah sebenarnya dapat dijadikan kekuatan atau senjata untuk melindungi dirinya dari orang-orang yang ingin mengambil keuntungan dan berniat mencelakakan.

Sifat Sabar dan Adil

Disamping sifat lemah lembut, muslimah juga memiliki kepribadian yang sabar. Namun kesabaran yang dimilikinya kadang-kadang di eksploitasi oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Kesabaran tersebut dijadikan obyek untuk melampiaskan nafsu emosi. Disinilah seorang muslimah cerdas harus mampu menempatkan kesabaran pada tempat yang tepat jangan sampai dimanipulasi oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Sifat adil juga dimiliki oleh muslimah, dan sebagai lambang keadilan maka dipakailah simbol seorang “wanita” dengan mata tertutup dan di tangan kanannya memegang sebilah pedang.[6]

Kontribusi dan Peranan Muslimah

Selepas masa panjang penjajahan, ksum muslimah berusaha menjadi sosok yang merdeka, sejahtera, bermartabat, dan bisa dihargai oleh masyarakat dunia. Cita-cita yang sangat mulia, namun juga amat tidak mudah mencapainya agar dapat mewujudkannya, seorang muslimah haruslah memiliki pribadi yang tangguh, cerdas, kreatif dan memiliki kearifan. Kerja keras menjadi kata kunci untuk meraih cita-cita.

Era reformasi yang bergulir sejak 1998 membawa angin sejuk akan pengakuan dan penyetaraan peranan wanita muslimah. Tapi kenyataannya, kondisi belum sepenuhnya pulih. Bahkan kini semangat emansipasi semakin luntur. Seorang muslimah harus dapat memberi kontribusi yang dibutuhkan dalam mengisi pembangunan. Oleh karena salah satu musuh pembangunan adalah kebodohan dan kemiskinan, sudah selayaknya seorang muslimah senantiasa berupaya untuk meningkatkan sumber dayanya (Human Resources) dengan menitik beratkan pada pengambangan aspek – aspek berikut, meliputi :

Aspek Kedalaman Spritual

Aspek spritual berkaitan dengan pembentukan integritas muslimah dimana ia di tuntut untuk manjadi sosok yang mempunyai keyakinan yang teguh dan berkepribadian.

Aspek Prilaku

Aspek prilaku berkaitan dengan moralitas muslimah, baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial yang siap berperan bagi kehidupan lingkungan sekitarnya.

Aspek Ilmu Pengetahuan dan Intelektual

Aspek ilmu pengetahuan dan intelektual berkaitan dengan kemampuan teoritis muslimah sebagai manusia yang mampu membaca berbagai macam persoalan dari sudut pandang ilmiah dan analisis yang tajam sehingga mampu memberi pemecahan (problem solving) yang bisa dilakukan secara sistematis.

Aspek Ketrampilan

Aspek Ketrampilan berkaitan dengan kemampuan muslimah dalam mengembangkan potensi dan bakat yang ada pada dirinya sehingga membentuk Skill yang diharapkan memberi makna tersendiri bagi kehidupannya baik disaat sekarang maupun yang akan datang.

Era globalisasi yang semakin mendunia, kian menuntut kaum muslimah untuk mengoptimalkan diri. Disamping tuntutan zaman, juga karena peran muslimah itu sendiri yang cukup punya andil besar di suatu keluarga, masyarakat, agama dan bangsa. Karena kelangsungan hidup suatu negara sangat bergantung pada kaum muslimah/wanitanya. Jika ada suatu negara yang tidak menghormati dan menghargai kaum wanitanya, cepat atau lambat negara tersebut akan hancur.

Untuk mengoptimalkan peran serta kontribusinya, muslimah memerlukan leadership dengan program-programnya yang kuat dan diimbangi dengan pengoptimalan sumber daya manusia (SDM), menyadari peran masing-masing dan berbuat sesuatu yang berguna untuk bangsa dan agama, dalam lingkup kecil maupun besar.

Untuk kemajuan kaum muslimah, jangan pernah berhenti mengembangkan diri. Terlebih era saat ini sangat kondusif, terlebih dari political will dari pemerintah, legislatif dan eksekutif, LSM dan Organisasi lain untuk pemberdayaan dan percepatan kesetaraan gender.[7]

Karena tanpa kesiapan sumber daya dan program nyata baik dari pribadi muslimah sendiri, pemerintah dan segenap pihak lain yang turut serta memiliki andil dalam meningkatkan potensi diri muslimah maka dikhawatirkan akan melemahkan posisi dan image kaum muslimah serta peranannya.

Arena Juang Muslimah

Pada dasarnya manusia sangat ingin turut serta meraih syahid, tak terkecuali kaum muslimah, jika laki-laki mempunyai saran jihad yakni perang, lantas bagaimana dengan arena juang kaum muslimah ?

Adapun arena juang (jihad) yang bisa dilalui muslimah guna meraih syahid, dan mengoptimalkan kontribusi serta perananya, antara lain :

Ibu Rumah Tangga Sejati

Apabila dalam suatu keluarga terdapat muslimah maka keluarga tersebut akan nampak bercahaya dan bersinar. Muslimah dalam rumah ibarat permata yang menghiasi rumah tersebut, sehingga rumah terlihat indah, hal ini tidak terlepas dari kesenangannya pada kebersihan dan keindahan. “Konon apabila dalam suatu keluarga, kaum muslimah tidak dihormati maka rezeki akan menjauh dari keluarga itu”.[8]

“Al-Ummu Madrasatun Idza A’dadtaha ‘adadta Sya’ban Tayyibul ‘araq” (seorang ibu adalah sebuah sekolah. Jika engkau persiapkan dia dengan baik maka engkau telah mempersiapkan sebuah generasi yang unggul) ~ Syair Arab~.[9]

Haji dan Umrah

Ini adalah bentuk lain arena juang muslimah. Diriwayatkan dari Aisyah ra. Bahwa dia berkata : “Wahai Rasulullah, kamu melihat bahwa jihad (perang) adalah amalan yang paling utama, maka apakah kami tidak perlu ikut serta berperang ?” Nabi pun menjawab. “Tidak, sebab jihad yang paling utama adalah haji yang mabrur.” (HR. Bukhari)

Merawat Orang Tua

Bersyukurlah kaum muslimah, yang diberi kesempatan menanggung kerepotan karena harus merawat orang tuanya yang telah lanjut usia. Inilah sebuah kesempatan untuk mencari pahala (jihad) juga “untuk kepentingan merekalah kamu berjihad” ( Muttafaq ‘Alaih)

Memanfaat Lidah

“Berjihadlah melawan kaum Musyrikin dengan harta, jiwa dan lidahmu” ( HR. An Nasa’i)

Memanfaatkan lidah untuk mengatakanhal-hal yang benar, itupun jihad yang relatif tidak memerlukan kekuatan fisik. Cocok untuk kondisi kaum muslimah. Begitu pula pemanfaatan kemampuan tangan untuk menulis. Maka para muslimah yang diberi kelebihan untuk pandai berbicara dan menulis dengan hikmah, manfaatkanlah untuk kehidupan masyarakat islam dan berjihad.[10]

Peran di Balik Layar

“Barangsiapa memberi perlengkapan bagi seorang yang berperang di j alan Allah maka dia terhitung ikut berperang dan barangsiapa yang memenuhi kebutuhan keluarga (menyantuni) orang yang berperang maka dia terhitung ikut berperang di jalan Allah.” (HR. Bukhari)

Sungguh mulia Allah, yang maha adil, kaum muslimah yang mempersiapkan baju perang, perbekalan hingga merawatkuda yang digunakan suaminya untuk berperang, ternyata dijanjikan memperoleh tambahan biaya untuk bisa diinfaqkan bagi keperluan perang satu lagi arena juang / jihad terbuka untuk kaum muslimah.

Melindungi Diri

“Orang yang tewan melindungi keselamatan hartanya mati syahid dan membela dirinya(kehormatan dan jiawanya) juga mati syahid.”(HR. Ahmad).

Sebagai contoh, ibu yang meninggal ketika sedang berjuang melahirkan bayinya, ia telah berjuang bukan saja menyelamatkan dirinya, tetapi juga anaknya. Maka pantas baginya mendapat derajat syuhada.

Subhanallah, sesungguhya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dengan segala kelemahan dan keterbatasan fisik kaum muslimah sejatinya banyak jalan dan upaya yang bisa dilakukan untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Karena apapun, dimanapun, setiap amalan dan tanggung jawab setiap muslimah akan dilihat dan dibalas dengan balasan langsung dari Allah. Balasan dari Allah ini berbanding lurus dengan kualitas dan kuantitas yang kita lakukan.


[1] Shakespeare, Romeo and Juliet

[2] Irawati Istadi, Suara Hidayatullah Edisi 06/XIV/Oktober 2001, hal. 64.

[3] Ibid

[4] Drs.Firman Parkesi, M.Si. Palopo Pos Edidi29 November 2006, hal.13

[5] Tri Setiabudi, Annida No II/XI/27 Februri 2002, hal. 34

[6] Ibid

[7] Ibid

[8] Irawati Istadi, loc.cit.

[9] Riyanti GW, S.S.,Muslimah Cerdas dan Kreatif (Jakarta 2007), hal. 5

[10] Irawati Istadi, op.cit., hal. 65