Pengembangan dan Inovasi Kurikulum

PRINSIP-PRINSIP DASAR PENGEMBANGAN KURJKULUM

Beberapa Pengertian Kurikulum

lstilah kurikulum awal mulanya digunakan dalam dunia olah raga pada zaman Yunani Kuno. Curriculum berasal dan kata Curir, artinya pelari; dan curere artinya tempat berpacu. Curriculum diartikan “jarak yang harus ditempuh” oleh pelari. Dari makna yang terkandung dan kata tcrsebut, kurikulum secara sederhana diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh/ diselesaikan anak didik untuk memperoleh ijazah.
Dalam dunia pendidikan istilah kurikulum telah dikenal sejak kurang lebih satu abad yang lampau. Dalam kamus Webster lahuri 1856 untuk pertama kalinya digunakan istilah kurikuum. Pada waktu itu kurikulum dipakai dalam bidang olah raga, yaitu suatu alat yang dibawa seorang sejak start sampai finish”.

Pendapat lainnya menyatakan hahwa tanggal dan tahun yang pasti tentang awal penggunaan islilah sulit dilacak, namun bisa diperkirakan kapan istilah kurikulum dipergunakan. Sebab pada tahun 1890 pada pertemuan komisi utama pendidikan di Amerika  Serikat membahas pengorganisasian kembali pendidikan, di mana masalah kurikulum diperdebatkan.
Ada yang menyatakan hahwa penggunaan istilah kurikulum terjadi sekitar tahun 1820 meskipun sebelumnya sudah digunakan di Skotlandia sejak awal bad ke-17, Kurikulum pada waktu itu. diartikan sebagai mata pelajaran yang harus diambil untuk suatu pendidikan atau training. Kurikulum sama dengan isi buku teks, garis-garis besar program pendidikan (GBPP), pedoman guru, serta alat pelajaran yang diperlukan suatu mata pc1ajaran.
Pengertian kurikulum tersebut secara umum masih digunakan sampai tahun 1930-an, Pemahaman kurikulum yang detikan didasarkan pada pernikiran atau filsafat pendidikan klasik yang menganggap kurikulum adalah program pendidikan yang diberikan secara direncanakan di sekolah.

Pada tahun 1950-an muncul dugaan kuat bahwa sekoah memiIiki kecenderungan kuat untuk mempengaruhi kehidupan murid dengan program-program pendidikannya. Sementara anak juga memproleh pengalaman di luar yang diprogramkan oleh sekolah. Karenanya mereka memahami kurikulum sebagal semua aspek yang diprogramkan sekolah. Kurikulum adalah semua bahan pengajaran yang direncanakan oleh sekolah untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
Berdasarkan sejarah perkembangan di atas, maka konsep kurikulum memiliki sekurang-kurangnya 3 pengertian.

  • Kurikulum adalah program pendidikan yang terdiri dan beberapa mata pelajaran yang harus diambil oleh anak didik pada suatu jenjang sekolah.
  • Kurikulum adalah semua pengalaman yang diperoleh anak selama di sekolah.
  • Kurikulum adalah rencana belajar siswa, agar mencapai tujuan yang ditetapkan.

Pandangan yang menyatakan kurikulum hanyalah rencana pelajaran di suatu sekolah sering dikenal sebagai pandangan lama (tradisional), Dengan pandangan tersebut seolah-olah belajar di sekolah hanya sekedar Membaca buku-buku teks yang sudah ditentukan sebagai sumber bahan pelajaran.

Kurikulum menurut pandangan ini membagi kegiatan belajar ke dalam kegiatan kurikulum (intra Curicular), kegiatan dan kegiatan di luar kurikulum (extra curricular). Contohnya : pendidikan agama, tafsir, tarikh islam, bahasa Arab, dan sebagainya. Kegiatan di luar yang ditentukan, tetapi berfungsi sebagai penunjang atau penyertaan dalam mempelajari suatu mata pelajaran tertentu, dianggap kegiatan ko-kurikuler adalah penggunaan laboratorium bahasa, praktek kimia, praktek ibadah, berbagai pekerjaan rumah, dan sebagainya.
Kegiatan yang di luar kurikulum atau secara langsung tidak menunjang atau penyerta suatu mata pelajaran disebut kegiatan ekstra kurikuler, seperti : pramuka, olah raga, memperingati hari-hari besar Islam, dan sebagainya.

Sedangkan menurut pandangan baru (modern), kurikulum tidak sekedar rencana pelajaran. Kurikulum diartikan sebagai sesuatu yang nyata yang terjadi dalam proses pendidikan di sekolah, baik dalam kelas, di luar kelas, dalam pergaulan mereka, olah raga, pramuka dan sebagainya. Semua pengalaman tersebut menurut pandangan baru (modern) dianggap sehagai kurikulum.
Kurikulum dan Pengajaran

Menurut Hilda Taba dalam bukunya “Development Curriculum” menyatakan bahwa setiap kurikulum biasanya terdiri dari tujuan, isi, pola belajar-mengajar, dan evaluasi.
Pandangan Hilda Taba diikuti oleh banyak ahli pendidikan diantaranya Tyler yang menyatakan bahwa kurikulum identik dengan pengajaran. Oleh karena itu bila seseorang akan mengembangkan kurikulum, diajukan terlebih dahulu empat pertanyaan sebagai berikut :

  • Apakah tujuan yang hendak dicapai ?
  • Pengalaman belajar apa yang perlu dipersiapkan untuk mencapai tujuan ?
  • Bagaimana pengalaman belajar tersebut diorganiasikan secara efektif ?
  • Bagaimana menentukan keberhasilan pencapaian tujuan ?

Pengajaran sebagaimana disebutkan oleh Tyler tidak terbatas hanya. untuk proses belajar-mengajar suatu bahan pelajaran atau pokok bahasan, tetapi bisa untuk bidang studi atau pengajaran pada suatu jenjang sukolah, ddengan demikian kurikulum bisa diartikan sebagai rencana atau program yang dituangkan dalam bentuk program pendidikan. Sedangkan pelaksanaannya dilakukan melalui proses belajar.-mcngajar atau pengajaran. Artinya operasionalisasi pendidikan melalui kurikulum dan operasionalisasi kurikulum melalui pengajaran.

Komponen Kurikulum

Ada 4 unsur komponen kurikulum yaitu: tujuan, isi (bahan pelajaran), strategi pelaksanaan (proses belajar mengajar), dan penilaian (evaluasi)

KomponenTujuan

Tujuan kurikulum pada dasarnya merupakan tujuan setiap program pendidikan yang diberikan kepada anak didik, Karena kurikulum merupakan alat antuk mencapai tujuan, maka kurikulum harus dijabarkan dari tujuan umum pendidikan. Dalam sistem pendidikan di Indonesia tujuan pendidikan bersumber kepada falsafah Bangsa Indonesia.

Dalam Undang-undang No. 2 tahun 1980 tentang sistem Pendidikan Nasional rumusan tujuan pendidikan nasional disebutkan Pendidakan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan. Kesehatan asmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tariggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Dari tujuan nasional kemudian dijabarkan ke dalam tujuan insitusional/ lembaga, tujuan kurikuler, sampai kepada tujuan insfruksional.

Tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh suatu lembaga pendidikan, umpamanya MI. MTs, MA, SD, SMP, SMA, dan sebagainya. Artinya apa yang harus dimiliki anak didik setelah menamatkan lembaga pendidikan tersebut, Sebagai contoh, kemampuan apa yang harus dimiliki anak didik setelah menamatkan lembaga pendidikan iersebut. Sebagai contoh, kemampuan apa yang diharapkan dimiliki oleh anak yang tamat MI, MTs, atau Madrasah Aliyah.

Rumusan tujuan institusional harus merupakan penjabaran dan tujuan umum (riasional), harus memiliki kesinambungan antara satu jenjang pendidikan tinggi dengan jenjang Iainnya (MI, MTs, dan MA sampal ke IAIN/ perguruan tinggi). Tujuan institusional juga harus memperhatikan fungsi dan karakter dari lembaga pendidikannya, seperti lembaga pendidikan umum, pendidikan guru dan sebagainya.

Tujuan kurikuler adalah penjabaran dan tujuan kelembagaan pendidikan (tujuan institusiorial). Tujuan kurikuler adalah tujuan di bidang studi atau mata pelajaran sehingga mencerminkan hakikat keilmuan yang ada di dalamnya. Secara oerasional adalah rumusan kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak didik setelah mempelajari suatu mata pelajaran atau bidang studi tersebut.

Setiap bidang studi dalam kurikulum memiliki tujuan kurikuler masing-masing sebagai contoh, tujuan kurikuler Fiqh, berbeda dengan Tarikh, Bahasa Arab, dan sebagainya. Tujuan institusional akan berhasil bila semua tujuan kurikuler yang diajarkan di sekolah tersebut berhasil dengan baik.

Tujuan instruksional dijabarkan dari tujuan kurikuler. Tujuan ini adalah tujuan yang langsung dihadapkan kepada anak didik sebab hrus dicapai oIeh mereka setelah menempuh proses belajar-mengajar. Oleh karena itu tujuan instruksional dirumuskan sebagai kemampuan-kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki oleh anak didik setelah mereka menyelesaikan proses belajar-mengajar.

Ada dua jenis tujuan institusional, yaitu tujuan instruksional umum (TIU) dan tujuan instruksional khusus (TIK). Perbedaan kedua tujuan tersebut terletak dalam hal kemampuan yang diharapkan dikuasai anak didik. Pada TIU sifatnya lebih luas dan mendalam, sedangkan TIK lebih terbatas dan harus dapat diukur pada saat berlangsungnya proses belajar-mengajar. Dengan demikian TIK harus lebih operasional dan mudah dilakukan pengukuran.

Diasumsikan bila beberapa TIK dikuasai anak, berarti TIU dikuasai anak. Bila sejumlah T1U dikuasai anak berarti tujuan kurikuler tercapai. Berdasarkan pengalaman yang ada sering dijumpai rumusan TIK yang menggambarkan apa yang dikerjakan pada saat berlangsungnya proses belajar-mengajar. Rumusan yang demikian tidak memberi tuntunan kepada siswa tentang apa yang harus dicapainya. Karena rumusan TIK harus menggambarkan bentuk dan jenis kemampuan yang harus dikuasai anak setelah menempuh pengalaman belajar.

Isi atau Materi Kurikulum

Isi kurikulum adaIah berbagai pengetahuan dan pengalaman belajar yang harus diberikan kepada anak untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam menentukan isi kurikulum baik yang berkenaan dengan pengetahuan maupun pengalaman belajar diessuaikan dengan tingkat dan jenjang pendidikan, perkembangan masyarakat, (tuntutan dan kebutuhan), perkembangan iptek.
Ada tiga pengetahuan dasar manusia yaitu pengetahuan tentang benar salah (logika), pengetahuan baik-buruk (etika), dan pengetahuan yang berkenaan dengan indah-jelek (estetika),
Ada tiga kategori cabang ilmu pengetahuan: llmu Pengetahuan Alam, ilmu Pengetahuan Sosial, dan ilmu Pengetahuan Humaniora. ilmu pengetahuan mana yang pantas dan sesuai untuk diberikan pada anak jenjang tertenta. Untuk memilih jenis pengetahuan dan pengalaman belajar yang tepat diperlukan kriteria yang jelas.

Ada beberapa alasan mengapa perlu dilakukan pilihan dalam menentapkan isi kurikulum, antara lain:

  • Tugas dan tanggung jawab sekoah untuk mencerdaskan anak waktunya sangat terbatas. Padahal proses pendidikan dan pencerdasan berlangsurng terus menerus sepanjang hayat. Karena keterbatasan tersebut menuntut pentingnya seleksi isi kurikulum sebagai program pendidikan.
  • Perkembangan dan tuntutan masyarakat selalu bcrubah. Apa yang diajarkan hari ini mungkin tidak memadai lagi untuk hari esok.
  • Adanya jenjang dan jenis pendidikan menunut kesesuaian isi kurikulun, yang sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan tersebut,
  • Pendidikan di sekolah merupakan bagian dan pendidikan seumur hidup. Dengan demikian pendidikan di lingkungan keluarga dan masyarakat tidak terpisahkan satu sama lainnya,

Bila kita harus memilih isi kurikulum, maka kriteria yang bsa digunakan adalah :

  • Isi kurikulurn harus sesuai, dengan tepat dan bermakna bagi perkembangan siswa. Artinya sejalan dengari tahap perkembangan anak.
  • Isi kurikulum harus mencerminkan kenyataan sosial, artinya sesuai dengan tuntutan hidup nyata dalam masyarakat.
  • Isi kurikulum dapat mencapai tujuan yang konprehensif, artinya mengandung aspek intelektual, moral, sosial secara seimbang.
  • Isi kurikulum harus mengandung pengetahuan ilmiah yang tahan uji, artinya tidak cepat lapuk hanya karena perubahan tuntutan hidup sehari-hari.
  • Isi kurikulum mengandung bahan pelajaran yang jelas, teori, prinsip, konsep yang terdapat didalamnya, bukan hanya informasi aktual.
  • Isi kurikulum harus dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan

*      Strategi Pelaksanaan Kurikulum/ Proses Belajar-Mengajar

Strategi pelaksanaan kurikulum atau lebih khusus lagi proses belajar-mengajar adalah cara bagaimana anak memperoleh pengalaman belajar untuk mencapai tujuan Kurikulum sebagai program pendidikan pada dasarnya masih merupakan niat atau rencana, sedangkan bagaimana operasionalisasinya, maka diperlukan strategi pelaksanaan kurikulum, Strategi pelaksanaan kurikulum pelaksanaan kurikulum harus memperhatikan (a) tingkat dan jenjang pendidikan, (b) proses belajar-mengajar (c) bimbingan dan penyuluhan, (d) administrasi supervisi, (e) sarana kurikuler, (f) evaluasi atau penilaian.

Secara lebih operasional komponen strategi pelaksañaan kurikulum diartikan sebagai proses belajar-mengajar. Yaitu bagaimana cara siswa memperoleh pengalaman belajar untuk mencapai tujuan, Metode kurikulum berkenan dengan proses pencapaian tujuan sedangkan proses itu sendiri bertalian dengan bagaimana pengalaman belajar atau isi kurikulum diorganisasikan. Setiap bentuk organisasi yang digunakan membawa dampak terhadap proses memperoleh pengalaman yang dilaksanakan. Untuk itu perlu ada kriteria pola organisasi kurikulum yang efektif.

Menurut Tyler kriteria yang digunakan untuk merumuskan
kurikulum adalah :

  • Berkesinambungan. Artinya saling hubungan atau jalin-menjalin antara berbagai tingkat dan jenis program pendidikan.
  • Berurutan, Artinya kurikulum diorganisasikan dengan memperhatikan tahapan atau urutan bahan.
  • Keterpaduan. Artinya dalam menyusun program pendidikan atau kurikulum sebaiknya memiliki huhungan horisorital pengalaman belajar yang menjadi isi kurikulum, sehingga dapat membantu anak memperoleh pengalaman tersebut dalam suatu kesatuan.
  • Prinsip Fleksibilitas. Artinya kurikulum yang dirumuskan hendaknya memiliki ruang gerak baik bagi guru dalam mengembangkan program pendidikan maupun untuk murid untuk memilih program yang ditawarkan.

# Evaluasi Kurikulum

Evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk menilai suatu kurikulum sebagai program pendidikan untuk menentukan efisiensi, efektifitas, relevansi dan produktivitas program dalam mencapal tujuan pendidikan. Evaluasi kurikulum harus dilakukan secara terus-menerus. Untuk itu harus jelas apa yang dievaluasi seperti :

1. Efisiensi, 2. Efektifviias. 3. Relevansi. 4. Produktivitas

# Fungsi Kurikulum

Kurikulum pada hakikatnya merupakan cita-cita, rencana ideal untuk mencapai tujuan pendidikan Sebagai rencana cita-cita ideal pada hakikatnya bisa terlaksana bisa tidak. Atau akan terlaksana seluruhnya, sebagian besar atau sebaliknya sebagian kecil saja.

# Kurikulum  dan Buku Teks

Sebagaiguru Agama setiap mengajar hampir tidak bisa lepas dengan buku kususnya buku teks. Dalam buku teks dimuat materi atau pokok bahasan sesuai dengan rencana yang ada dalam kurikulum, Karenanya setiap buku teks selalu disusun berdasarkan kurikulum yang dipergunakan. Bila tidak ada buku teks anak-anak banyak menghabiskan waktu untuk mencatat, yang akibatnya bisa mengurangi pencapaian tujuan kurikulum.

# Cara Menggunakan Kurikulum

Secara operasional penggunaan kurikulum oleh guru menencakup : perumusan tujuan, penentuan materi, menentukan strategi belajar dan mempersiapkan evaluasi. Semua langkah.langkah tersebut biasanya dituangkari dalam persiapan mengajar secara tertulis.

  • Merumuskan tujuan.     Setiap guru yang akan mengajar harus merumuskan tujuan instruksional khusus (TIK) sebagai penjabaran lebih lanjut dan tujuan instruksional umum (T1U) yang ada dalam GBPPS Setiap pokok atau. Sub pokok bahasan yang diajarkan harus dirumuskan terebih dahulu TIK-nya agar dalam pelaksanaannya lebih terarah, lebih mudah dievaluasi sejauh mana tingkat keberhasilan yang dicapai. Karenanya ada beberapa ketentuan bagaimana merumuskan TIK yang benar.
  • Menentukan isi pokok bahasan yang diambil dan GBPP berdasarkan urutan yang ada, atau rnencoba mengorganisasinya kembali untuk lebih efektif dan efisiensi proses belajar-mengajar Sebagai contoh, bagaimana mengajarkan shalat dikaitkan dengan pelajaran membaca Alqur’an. Karena didalamnya ada bacaan Al-Fatihah dan surat tertentu.
  • Merumuskan bentuk kegiatan atau strategi belajar, seperti menentukan metode yang digunakan, alat belajar dan lingkungan sebagai sumber belajar, langkah-langkah kegiatan sampai kepada bentuk evaluasi.
  • Penilaian kurikulum. Guru setelah memberikan pelajaran dilanjutkan dengan evaluasi belajar, untuk melihat sejauh mana proses belajar yang baru saja dilakukan mencapai tujuan yang ditetapkan. Evaluasi sebaiknya mencakup dua aspek, yaitu aspek perolehan dan aspek proses. Dengan mempelajari uraian di atas. anda diharapkan dapat memperoleh gambaran yang cukup jelas tertang konsep dan kedudukan kurikulum serta bagaimana mengembangkannya dalam kegiatan anda sebagai guru baik di SD maupun MI.

INOVASI KURIKULUM DI SEKOLAH DASAR

Yang dimaksud dengan Inovasi Kurikulum adalah suatu pembaharuan atau gagasan yang diharapkan membawa dampak terhadap kurikulum itu sendiri. Tanpa ini bukan hanya pada pengernbangan, melainkan juga terhadap proses pendidikan sebagai implementasi suatu kurikulum menyeluruh,. termasuk terhadap penerapan pendidikan agama di SD. Sebagai contoh dari inovasi kurikulum antara lain :

  • Dari sisi bentuk dan organisasi inovasinya berupa perubahan dari kurikulum 1968 menjadi kurikulum 1975 dan dan kurikulum 1975 menjadi kurikulum 1975 yang disempurnakan dan dengan lahirnya Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan riasional maka terjadilah perubahan kurikulum pada tahun 1994.
  • Dan sisi psikologi timbul masalah berkenaan dengan pendekatan belajar-mengajar yang bau, maka muncul berbagai inovasi seperti keterampilan proses, CBSA dan belajar tuntas.
  • Dari sisi sosiologis timbul masaah berkenaan dengan tuntutan masyarakat modern yang semakin tinggi dan kompleks sehingga muncu1 inovasi berupa masuknya maka peajaran keterampi1an, adanyal kerja dan gagasan muatan lokal.
  • Dari sisi penyampaian pengajaran, inovasi berupa sistem modul paket untuk pendidikan luar sekolah dan metode SAS (Struktural Analisis Sintesis) untuk belajar membaca Aiquran.

Dalam menyusun dan menetapkan suatu kurikulum tentulah dengan
mempertimbangkan dan mempedomani dasar-dasar pengembangan. Dasar-dasar pengembangan kurikulum dimaksud adalah :

  • Asas filosofis : filsafat dan tujuan pendidikan;
  • Asas psikologis : psikologi be1ajar dan psikologi anak;
  • Asas sosiologis : masyarakat;
  • Asas organisatoris: bentuk dan organisasi kurikulum,

Keempat asas yang menjadi dasar pengembangan kurikulum dapat berkembang atau bahkan berubah sama sekali dan yang demikian itu akan mempengaruhi kurikulum.

Adapun perkembangan dan perubahan yang akhik-akhir ini terjadi dan masalah nasional antara lain:

  • Dari sisi asas filosofis: filsafat dan tujuan pendidikan timbul masalah, yaitu dengan adanya unsur baru dalam GBHN mengenal tujuan pendidikan nasional, Sebagai contoh : Pada GBHN 1988 yang dipandang unsur baru. dalam tujuan pendidikan nasional adalah “meningkatkan kualitas manusia Indonesia.” Kemudian pada tanggal 27 Maret 1989 disahkan Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal-pasal yang berkenaan dengan peningkatan kualitas aritara lain:
    Pasal 4: Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dam rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemayarakatan dan kebangsaan.
    Yang menjadi masalah nasional dalam hal pendidikan adalah bagaimana upaya meningkatkan mutu pendidikan dalam kondisi Indonesia seperti sekarang ini berhadapan dengan kondisi dunia yang tengah maju pesat dan di mana kita tidak bisa melepaskari diri dari pengaruh gllobalisasi dalam era arus informasi.Dari sisi asas psikologis, khususnya psikologi belajar dan psikologi anak berkembang beberapa masalah yang pada akhirnya rnenjadi masalah nasional kita pula, antara lain :
  • Munculnya sanggahan terhadap pandangan mengenai kemampuan dan hasil belajar murid yang selama ini bahwa pada umumnya kemampuan murid di kelas secara normal berada pada angka rata-rata. Sekolompok kecil murid berada pada posisi kurang ; mayoritas pada posisi sedang (kebanyakan atau rata-rata berada pada posisi demikian) dait sekolompok kecil lagi berada pada posisi penguasaan tinggi.
  • Dari sisi asas sosiologis : dengan perkembangan dan kemauan masyarakat, timbul masalah karena tuntutan kehidupan di zaman modern semakin tinggi dan kompleks. Pertumbuhan dan kemajuan dibidang Iptek menuntuk perubahan organisasi dan sistem kerja di lembaga-lembaga pemerintahan dan swasta.
  • Dan sisi asas organisatoris; bentuk dan organisasi kurikulum, timbul masalah yaitu dengan tuntutan masyarakat modern yang semakin tinggi tadi, beban materi atau isi kurikulum yang harus diberikan sekolah semaki banyak, Hal itu menuntut pemilihan bentuk dari organisasi kurikulum yang Iebih cocok dan luwes.
  • Dari sisi pengalaman empiris dengan membanding antara apa yang
    menjadi cita-cita dari isi kurikulum dengan kenyataan hasil pelaksanaan kurikulum, juga dapat timbul masalah manakala basil pelaksanaan itu masih jauh dari apa yang dicita-citakan tadi. Misalnya saja mengenal cita-cita pemerataan pendidikan masih belum terjangkau sepenuhnya : juga mengenal peningkatan mutu pendidikan walau selalu dicanangkan, namun hasilnya belum
    memadai.