BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Fenomena munculnya agama karena masalah adanya kekuatan yang dianggap lebih tinggi dari kekuatan yang ada pada dirinya sehingga mereka mencari lebih dalam dari mana asal kekuatan yang ada pada alam baik berupa gunung laut langit dan sebagainya, dan ketika mereka tidak dapat mengkajinya maka disembalah karena mereka berpikiran kekuatan alam itu memiliki kekuatan yang luar biasa bisa menghidupi beribu bahkan berjuta-juta umat manusia sehingga muncullah agama adalah salah satu usaha manusia untuk mendekatkan diri pada kekuatan supranatural.
Rumusan Masalah
- Apakah fenomena agama itu
- Asal mula agama karena adanya kepercayaan kepada supranatural seperti apa awal munculnya agama?
- Apakah orizon-orizon agama itu?
BAB II
PEMBAHASAN
Fenomena Agama
Untuk mengetahui seperti apa dan bagaimana agama paling primitive maka fenomena religious dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu kepercayaan dan ritus. Yang pertama merupakan pendapat yang kedua merpuakan adalah bentuk-bentuk.
- Ritus dapat dibedakan dari tindakan manusia lainnya misalnya tindakan moral. Berdasarkan kekhasan, hakikat apa yang jadi objeknya, seperti sebuah ritus, sebuah aturan moral.
- Kepercayaan, mitos dogma, dan legenda-legenda merupakan representasi atau sistem representasi yang mengapresiasikan hakikat hal-hal yang sacral kebaikan dan kekuatan-kekuatan yang dihubungkan kepadanya. Sejarah dan budaya antara sesama hal-hal yang sacral sama dengan hubungannya dengan hal-hal yang profane.[1]
Asal Mula Agama
Masalah asal mula agama menjadi objek perhatian para ahli pikir sejak lama. Masalah mengapa manusia percaya pada suatu kekuatan yang dianggap lebih tinggi dari dirinya dan mengapa manusia melakukan berbagai cara untuk mencari hubungan dengan kekuatan-kekuatan itu.
Berbagai macam teori tentang asal mula agama telah dikemukakan oleh para Sanjaya dan berbagai disiplin ilmu terutama ilmuwan sosial. Mereka telah mencoba meneliti asal usul agama atau menganalisis sjak kapan manusia mengenal agama dan kepercayaan terhadap Tuhan. Di bawah ini, beberapa teori dari para ilmuwan yang telah melakukan penelitian
@ Teori jiwa
Teori ini berpendapat bahwa agama yang paling awal bersama dengan pertama kali manusia mengetahui bahwa di dunia ini tidak hanya di huni oleh makhluk matori, tetapi juga oleh makhluk immatori yang disebut jiwa (anima). Pendapat ini dipelopori oleh Edward Burnet Taylor (1832-1917).
Mengatakan bahwa asal mula agama bersama dengan munculnya kesadaran manusia akan adanya roh atau jiwa mereka memahami adanya mimpi dan kematian apabila orang meninggal dunia. Rohnya mampu hidup terus walaupun jasadnya membusuk.
@ Teori batas akal
Teori ini menyatakan bahwa permulaan terjadinya agama di karenakan manusia mendalami gejala yang tidak dapat diterangkan oleh akalny. Teori batas akal ini dikemukakan oleh seorang ilmuan besar dari Inggris James G. Frazer. Menurut mereka bahwa kebudayaan di dunia ini sebagian batas akal manusia itu masih amat sempit karena tingkat kebudayaan masih sangat sederhana. Oleh karena itu berbagai persoalan hidup banyak yang tidak dipecahkan dengan akal mereka, maka mereka memecahkannya melalui magic atau ilmu gaib.
Pada mulanya manusia hanya menggunakan ilmu gaib untuk memecahkan soal-soal hidupnya yang ada di luar batas kemampuan dan pengetahuan akalnya.
@ Teori krisis dalam hidup individu
Teori ini mengatakan bahwa kelakuan keagamaan manusia itu mulanya muncul untuk menghadapi krisis-krisis yang ada dalam kehidupan manusia itu sendiri. Teori ini berasal dari M. Crawley dalam bukunya The True of Tefe (1905) yang diuraikan secara luas dan terperinci oleh A. Van Gennep dalam bukunya Rites de Passage (1910).
Menurut kedua sarjana tersebut dalam waktu sejarah hidupnya, manusia mendalami banyak krisis yang terjadi pada masa tertentu krisis yang terjadi pada tertentu krisis tersebut menjadi objek perhatian. Betapa pun bahagianya seseorang ia harus ingat akan kemungkinan-kemungkinan timbulnya krisis dalam hidupnya terutama berupa bencana, seperti sakit dan maut. Sangat sukar dihindarinya walaupun di hadapi dengan kekuasaan dan kekayaan harta benda.
@ Teori kekuatan luar biasa
Teori ini mengatakan bahwa agama dan sikap religious manusia terjadi karena adanya kejadian luar biasa yang menimpa manusia yang terdapat dilingkungan alam di seklilingnya.
Antropologi itu menguraiakan teorinya di awali dengan satu sanggahan terhadap pendapat Edward B. Taylor yang menyatakan bahwa timbulnya agama itu karena adanya kesadaran manusia terhadap adanya jiwa.[2]
Orizon-orizon Agama
Untuk mudahnya, baiklah daerah lingkaran kebudayaan yang demikian itu disebut horizon-horison. Horizon-horison itu sesungguhnya merupakan tanpa di dalam sejarah manusia dan didalam evolusi kebudayaan. Menurut pandukung metode ini, daerah lingkaran kebudayaan itu dalam ciri khasnya merupakan suatu kesatuan antara manusia dan alam sekitarnya, baik alam mati maupun alam manusia dengan memandang bahwa itu berkembang kea rah yang lain sama sekali.
Horizon-horison dalam keagamaan umat manusia.
- Horizon yang pertama, ialah horizon primitive, yaitu suatu tingkat kebudayaan yang meliputi cara hidup, praktik-praktik keagamaan dan adat istiadat dari manusia pemangku kebudayaan pengumpul makanan dari bangsa berburu. Agama yang dikenal oleh pemangku kebudayaan ini ialah perasaan takut, teka-teki dan memuja benda-benda mempunyai mana, yaitu benda-benda yang menarik perhatian dengan cara tata.
- Horizon yang kedua, ialah horizon animism dengan manusia pemangku kebudayaan yang sudah tergolong dalam kabila-kabilah atau kelompok dan tidak lagi sebagai bangsa pengembara pengumpul makanan dan berburu,tetapi telah mulai bertempat tinggal pada desa-desa tertentu, telah memiliki hidup sebagai pengolah tanah. Mereka belum menggunakan sebangsa cangkul, tetapi mereka belum menggunakan bajak dalam mengerjakan tanah perkebunan yang tidak begitu luas.
- Horizon ketiga, ialah horizon pertanian, dengan manusia pemangku kebudayaan yang sudah mengerjakan tanah yang dapat menghasilkan makanan, mereka terutama bangsa padi-padian; pengolahan tanah secara besar-besaran malahan sering-sering sudah mengenal irigasi dan menggunakan bajak dan memelihar hewan secara besar-besaran. Tersedianya makanan dalam jumlah yang besar pada khususnya dan perbaikan kehidupan pada umumnya sebagai akibat dari ditemukannya pertanian dan peternakan mengakibatkan pertumbuhan penduduk dalam jumlah yang besar. Dengan demikian Morga (Clan) berubah menjadi kabila (tribe) dan menjadi kabilah suku (hordas) yang tidak lagi terbatas pada suatu daerah yang kecil dan sempit; mereka sudah mulai meluaskan daerah tempat tinggalnya dengan jalan-jalan penaklukan-penaklukan. Di daerah baru ini mereka menjadi bangsa baru, membentuk kerajaan-kerajaan dan kekaisaran-kekaisaran yang melahirkan kebudayan kuno, seperti dilembah disungai furat, di lembah sungai Niil, Indus dan akhirnya di yunani dan Romawi.
Agama dari manusia pemangku kebudayaan ini ialah adanya kecenderungan untuk memperankan roh-roh dan makhluk dalam horizon primitive dan animism. Dengan demikianroh-roh dan makhlukitu telah mempunyai bentuk dan kekuasaan dan ditunj9ukkan dalam bentuk dewa-dewa dengan suatu daerah kekuasaan. Sebagai contoh kabila di Irian dengan roh-roh untuk upacara inisiasi status dalam bentuk dewa tertinggi pada tingkat kebudayaan seperti ini terdapat roh-roh dan makhluk dalam animism yang pertama ialah menyembah dewa kesuburan (kesuburan tanah) yang mempunyai kekuasaan dalam penyuburan tanah dan air. Begitu juga mendatangkan kesuburan dalam penanaman, dalam peternakan dan dalam perkembangan manusia. Sembahan yang lain, ialah sekelompok dewa-dewa, dilangit yang senantiasa menjadi tumpuan harapan para petani demi berhasilnya panenan mereka; begitulah maka langit dan benda-benda angkasa, seperti bulan, matahari, bintang-bintang, angin topan, air hujan, yang selalu diberi bentuk dalam wujud dewa-dewa.
- Horizon keempat, ialah tingkatan kebudayaan dari bangsa-bangsa kuno yang sudah berkebudayaan tinggi. Runtuhnya kebudayaan mereka sangat berkesan bagi manusia modern sekarang ini. Bangsa-bangsa kuno yang sudah berkebudayaan tinggi itu menarik suatu kesamaan sejarah yaitu bahwa sistem pemerintah mereka dibentuk berdasar kelompok itu. Tergolong dalam bangsa-bangsa berkebudayaan kuno itu, ialah kekaisaran kuno seperti mesir, assyiria dan babylonia, kerajaan Herbrew atau Israel, negara Yunani dan Romawi termasuk juga kekaisaran tingkat purba.[3]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kami dari kelompok pertama dapat menyimpulkan bahwa fenomena agama itu adalah sebagai berikut:
- Kepercayaan dan ritus
- Munculnya agama karena manusia percaya pada suatu kekuatan yang dianggap lebih tinggi dari dirinya dan melakukan berbagai cara untuk mencari hubungan dengan kekuatan-kekuatan itu
- Horizon-horison merupakan tempat di dalam sejarah mansia dan di dalam evolusi kebudayan menurut pendukung metode ini, daerah lingkaran kebudayaan itu dalam ciri khasnya merupakan suatu kesatuan antara manusia dan alam. Horizon-horison dalam keagamaan diantaranya : Horizon primitive, Horizon animism , Horizon pertanian dan Horizon kebudayaan
Saran
Dengan penuh harapan dari penulis bahwa makalah ini, masih begitu jauh dari kesempurnaan sebagai suatu karya ilmiah. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritikan dan masukan yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini, atas perhatiannya di ucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Emile Durkhaim, Sejarah Agama. Jang Arafika, Jakarta. 2003.
Abdullah Samsuddin, Agama dan Masyarakat, Logus Wacana Ilmu, Jakarta. 1997.
Kahma Dadong, Sosiologi Agama. PT. Remaja Rosdakarya Bandung. 2000.
[1]Emila Durkhiam, Sejarah Agama-agama h. 66.
[2]Dr. H. Dadang Mahmud, M.Si. Sosiologi Agama. h. 24-28.
[3]Syamsuddin Abdullah, Agama dan Masyarakat, h. 20-33.