Metode Ceramah & Khutbah yang Efektif

Agar ceramah mudah dimengerti dengan baik oleh para audiens, khalayak, maka seorang muballigh harus punya metode yang efektif dan mudah dipahami oleh para mustami (pendengar), adapun metode yang efektif yaitu :

  • Setelah memberi salam harus ada pujian kepada Allah SWT.
  • Harus ada syahadatain dan shalawat kepada Nabi SAW.
  • Membaca ayat Alqur’an dan berwasiat takwa kepada Allah SWT.

Tiga hal tersebut adalah rukun khutbah jum’at yang apabila tidak dilaksanakan maka khutbahnya tidak sah.

  • Kemudian masuk judul/tema yang dibawakan.

Catatan : 1-4 isi dari ceramah/khutbah + 10% seorang mubaligh harus memahaminya dengan baik, jangan sampai ini lebih dominan dari pada isi khutbah/ceramahnya, ini yang disebut kepala khutbah/ceramah

  • Dalil Alqur’an dan Hadits sesuai dengan judul dari khutbah/ceramah.
  • Terjemahan dalil, kalau memungkinkan diterjemahkan perlafziyah (leterlet) karena itu punya makna tersendiri bagi para audiens

Catatan : 5 & 6 + 30% dari isi khutbah/ceramah.

  • Uraian, seorang muballigh, dari penceramah akan diukur dan dinilai oleh para audiens atau mustami sejauh mana ia bisa menguraikan dalil yang disampaikan, baik dalil Naqliyah (Alqur’an dan Hadits) maupun dalil Aqliyah (berupa pikiran yang logis)
  • Memberi percontohan, seorang muballigh bukan hanya dituntut bisa menguraikan dalil apakah Naqliyah atau Aqliyah, tetapi ia juga harus memberikan percontohan positif atau negatif dari hal-hal yang aktual yang ada pada masyarakat, oleh karena itu sebelum memberikan khutbah/ceramah seorang muballigh harus tahu terlebih dahulu wilayah obyek da’wahnya apakah : Masyarakat awam (rakyat biasa, petani tradisional dll),  Tingkat pekerja (buruh bangunan, tukang kayu, tukang batu dll), atau Kaum intelektual (mahasiswa, pelajar, dosen, profesor dll)

Baru kemudian memberikan percontohan positif atau negatif hal-hal yang aktual pada obyek da’wahnya.

Jangan sampai ia berceramah di depan para petani, tetapi isi dan contoh yang diberikan masalah pendidikan, perbankan atau sebaliknya ia berkhutbah/berceramah di depan para guru, tetapi isi ceramah dan percontohnya adalah masalah pertanian, kesejahteraan kaum petani dll. Bagaimanapun bagusnya retorika yang dipakainya, pasti tidak akan nyambung dan tidak akan mungkin dipahami dengan baik oleh para audiens.

Catatan : 7 & 8 + 40% dari isi khutbah/ceramah, ini yang sering disebut badan khutbah/ceramah.

  • Solusi, seorang muballigh/da’i tidak hanya dituntut mampu memberi percontohan apakah positif atau negatif, tetapi juga dituntut mampu memberikan solusi , jangan sampai ia hanya memunculkan masalah, tetapi tidak memberikan solusinya.
  • Mengajak hadirin, untuk selalu taat kepada Allah SWT, memperbaiki cara pandangan sesuai dengan keinginan islam.
  • Penutup (kalau khutbah jum’at masih ada rukun khutbah pada khutbah kedua)

Catatan : 9-11 + 20% dari isi khutbah/ceramah.

Disamping metode di atas, yang sangat penting juga dimiliki seorang muballigh/da’i adalah keikhlasan dan kesiapan, keduanya tidak bisa dipisahkan, keikhlasan bisa mengalahkan retorika dan hanya keikhlasan akan dapat menghasilkan kepuasan sesuai dengan yang diinginkan.

(Oleh : DR. KH. Hasan Basri Rahman)