Setelah sebelumnya kita berbicara tentang Protein Bagi Perkembangan Tubuh, sekarang kita masih akan membahas tentang kimia dasar yakni pembuatan larutan dan standarisasinya.
Pembuatan Larutan dan Standarisasinya
Perubahan gaya antar molekul yang dialami oleh molekul dalam bergerak dari zat terlarut murni atau pelarut ke keadaan tercampur mempengaruhi baik kemudahan pembentukan maupun kestabilan larutan. Presentase massa (dengan istilah biasa adalah persen bobot) sering digunakan sehari-hari dan didefinisikan sebagai presentase berdasar massa suatu zat dalam larutan. Dalam kimia yang paling bermanfaat untuk menyatakan komposisi ialah fraksi mol, molaritas dan molalitas. Salah satu teknik yang paling penting dalam kimia analitik ialah titrasi. Titrasi memungkinkan kimiawan menentukan jumlah zat yang ada dalam sampel (Norman H. Nachtrieb, 1968).
Larutan yang menggunakan air sebagai pelarut dinamakan larutan dalam air atau aqueous. Larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah banyak dinamakan larutan pekat. Jika jumlah zat terlarut sedikit, larutan dinamakan larutan encer. Istilah larutan biasanya mengandung arti pelarut cair dengan cairan, padatan atau gas sebagai zat yang terlarut (Ralph H. Petrucci, 1985).
Semua perhitungan dalam tetrimetri didasarkan pada konsentrasi titran sehingga konsentrasi titran harus dibuat secara teliti. Titran semacam ini disebut larutan baku (standar). Larutan baku standar ada dua macam yaitu larutan baku primer dan larutan baku sekunder. Larutan baku primer mempunyai kemurnian yang tinggi. Larutan baku sekunder harus dibakukan dengan larutan baku primer. Suatu proses yang mana larutan baku sekunder dibakukab dengan larutan baku primer disebut dengan standarisasi (Abdul Rohman, 2007). Pembuatan Larutan dan Standarisasinya
Indikator asam basa adalah asam atau basa organik yang mempunyai satu warna jika konsentrasi hidrogen lebih tinggi daripada suatu harga tertentu dan satu warna lain jika konsentrasi itu lebih rendah. Dengan menggunakan keanekaragaman indikator dan mencatat warna-warna dalam larutan-larutan, misalnya orang dapat memperkirakan keasaman atau kebasaan tanah, air, cairan tubuh dan tipe lain larutan-larutan itu. Pemilihan suatu indikator untuk titrasi asam basa tertentu tergantung pada kuat relatif asam dan basa yang digunakan didalam titrasi (Jesse Wood, 1980).
Pertukaran ion merupakan pertukaran kimia dimana zat yang insoluble memisahkan ion-ion bermuatan positif atau negatif dari larutan elektrolit. Ion-ion bermuatan sejenis dilepaskan kedalam larutan yang secara kimiawi jumlahnya sama. Proses pertukaran ion ini tidak menyebabkan perubahan struktur fisik penukar ion (Anderas Djatmiko,2004)
Percobaan kali ini yaitu pembuatan larutan dan standarisasinya. Larutan adalah sistem homogen yang mengandung dua atau lebih zat. Terdiri dari dua komponen yaitu pelarut (solvent) yang memiliki proporsi lebih besar dan zat terlarut (solute) yang proporsi lebih kecil. Untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya dari larutan yang dihasilkan perlu dilakukan standarisasi. Larutan standar selanjutnya digunakan dalam proses analisis kimia dengan metode titrasi asam basa. Prinsip prosedur ini adalah untuk menentukan jumlah asam maka ditambahkan basa dalam jumlah yang ekuivalen atau sebaliknya. Proses titrasi diakhiri jika telah mencapai titik ekuivalen, yaitu titik saat penambahan sedikit titran akan menyebabkan perubahan pH yang sangat besar. Indikator adalah molekul pewarna yang warnanya tergantung pada konsentrasi H2O. Indikator ini sesungguhnya merupakan asam lemah atau basa lemah yang konjugasinya menjadi asam-basa menyebabkan perubahan warna.
Hasil analisis pengamatan, diperoleh nilai N HCl sebesar 0,089 N, padahal nilai N HCl seharusnya sebesar 0,1 N. Hal ini merupakan pengaruh dari massa borax yang beratnya 0,408 gram, karena semakin kecil massa borax maka semakin kecil pula nilai N yang dihasilkan dalam standarisasi tersebut. Volume HCl pada awalnya 100 ml, namun pada perhitungan standarisasi ini volume mengalami pengurangan sebesar 26 ml sehingga menjadi 24 ml. Pembuatan Larutan dan Standarisasinya
Perhitungan pada data pengamatan menunjukkan nilai kadar Na2CO3 sebesar 96%. Dalam penentuan kadar Na2CO3 ini melibatkan peran gram Na2CO3, N HCl, V HCl dan massa atom relatif Na2CO3. Gram Na2CO3 dihitung sebanyak dua kali yaitu perhitungan pertama menggunakan ketetapan (10/50) dikalikan gram Na2CO3 dari penimbangan. Semakin besar gram Na2CO3 pada perhitungannya yang melibatkan V HCl, N HCl dan massa atom relatif Na2CO3 maka semakin besar pula kadar Na2CO3 yang dihasilkan. Hubungan antara gram Na2CO3, V HCl, N HCl dan kadar Na2CO3 adalah bahwa volume HCl selalu berperan dalam perhitungan N HCl, gram Na2CO3 dan kadar Na2CO3. Hal ini disebabkan karena HCl bersifat asam kuat atau elektrolit kuat. Setelah mengalami titrasi maka larutan terjadi perubahan warna. Perubahan warna menunjukkan adanya ekuivalen jumlah antara asam dan basa.
Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan pada acara 1 dapat diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut:
- Dalam pembuatan larutan HCl 0,1 N dibutuhkan 0,81 ml HCl pekat.
- Standarisasi larutan HCl 0,1 N diperoleh 0,089 N.
- Penentuan kadar Na2CO3 dengan HCl diperoleh 96%.
- Standarisasi larutan HCl 0,1 N ditambah 3 tetes indikator methyl orange sehingga mengalami titrasi diperoleh warna merah berubah menjadi merah muda. Pembuatan Larutan dan Standarisasinya