Masjid Tua Palopo | Sejarah & Profil Masjid Tua Palopo yang Bersejarah

Hi para pengunjung blog Alwanku.com, apakah Anda sudah membaca artikel saya sebelumnya tentang sejarah Gowa Sumpang Bita di Pangkep, Ruangan Kerajaan Gowa dan Bone di Benteng Ujung Pandang, Sejarah Benteng Ujung Pandang dan Wisata Jeneponto? Kalau belum, silakan baca dulu ya. Hoho …

Kini kita akan membahas tentang Masjid Tua Palopo sebagai salah satu situs bersejarah di daerah Sulawesi Selatan.

Mesjid Tua Palopo

Masjid Tua Palopo merupakan bangunan bergaya atau berarsitektur jaman madya Indonesia di mana pada jaman itu budaya Islam sangat nampak mendominasi corak khusus seni budaya Indonesia, namun corak keaslian Indonesia tetap nampak utamanya pada pola. Melihat letak Masjid Tua Palopo, dapat dipastikan bahwa Masjid Tua Palopo tergolong masjid istana. Masjid Tua Palopoterletak di Kelurahan Kota palopo, Kecamatan Ware, Kabupaten Luwu, Provinsi Sulawesi Selatan. Bagunannya terletak di tepi jalan, tepat di sudut perempatan jalan. Tidak jauh dari masjid ini berdiri Istana Raja Luwu. Denah Masjid Palopo berbentuk bujur sangkar.

Arsitetur Masjid Tua Palopo

Pada bagian ini dikemukan bentuk-benruk arsitktur Masjid Tua Palopo (Masjid Jami’) antara lain :

1. Bentuk badan masjid

Bentuk badan Masjid Tua Palopo memiliki ukuran denah seluas 15×15 m2 sedangkan ketebalan dindingnya mencapai 90,2 cm dan tingginya kurang lebih 3 meter. Dinding ini terbuat dari balok batu padas yang dipasang dengan sistem susun timbun , di bagian luar agak kebawah kaki dinding, nampak salingkait mengait satu sama lain. Dan pada bagian atasnya terdapat pelipit celung yang mengintari badan masjid, dua buah pelipit tersebut nampak seperti bibir yang mengapit telus yang berfungsi sebagai fungsi lapi yang ada pada arca Hindu dan Budha. (Muttalib, 1987: 30)

Pada sisi bagian timur yang merupakan serambi bagian depan, terdapat satu pintu masuk yang diapit oleh buat jendela yang diletakkan secara vertical dengan ukuran 85×17 cm. setiap jendela mempunyai telali kayu sebanyak 5 buah yang dipasang secara vertical pula, terali-terali jendela diletakkan secara vertical pula, terali-terali jendela tersebut diberi pelipit pada bagian atas, tengah dan bawah. (Mun\ttalib, 1978: 30)

Pintu masuk hanya satu, yaitu yang terdapat dibagian timur dengan ukuran 100×210 cm. pada bagian atasnya diberi lengkungan bagai tapak kaki kuda, di mana pada puncak menyorok ke atas sehingga kelihatan seperti pencak khubah. Pada tumpuan kaki lengkungan terdapat tonjolan dengan motif daun. Sedang dinding utara dan selatan berisi masing-masing dua buah jendela dengan posisi dan bentuk dengan jendela yang mengapit pitu masuk.pada sisi barat, dimana terdapat ceruk, tidak terdapat jendela sebagaimana pada sisi lainnya, sebagai pengapi ceruk terdapat ventilasi yang berbentuk belah ketupat, bervariasi dengan komposisi 6 buah balok berjajar dua-du mengapit ceruk.

Masjid tua palopo beratap tumpang gazal, yaitu tiga buah tumpang. Di tumpang teratas tertancap sebuah mustaka yang berbentuk dari keramik Cina berwarna biru. Mustaka yang berada di puncak tersebut, secara teknis berfungsi sebagai pengunci puncak atap untuk menahan air hujan dan filosofi, mustaka itu bermakna menunjukkan ke-Esa-an Tuhan.

Sejalan dengan pendapat KH. Opu Daeng Mallojo (wawancara, 12 juli 20007) bahwa Guci yang ada di atas puncak mesjid berasal dari Cina ditempatkan paling atas karena itu melambangkan ke-Esa-an Tuhan Yang Maha Esa. Atap tumpang bawah melambangkan syariat, atap tumpang tengah melambangkan tarekat dan atap tumpang atas melambangkan hakekat.

Atap tumpang ini terbuat dari sirap, tumpang paling bawah dan tengah masing-masing ditopang oleh empat buah pilar, pilar ini sekaligus berfungsi sebagai tiang utama yang langsung menopang puncak tumpang. Pilar tunggal inilah yang menjadi soko guru Mesjid Tua (Mesjid Jami’) palopo yang sangat disaklarkan oleh orang-orang tertentu di daerah palopo. Sebagaiman Muttalib (1987), mengatakan bahwa “Soko guru Mesjid Tua Palopo terbuat dari kayu lokal yang disebut kayu cina guri yang digunakan secara utuh tanpa ditatal dengan ukuran garis tengah 90 cm. tiang soko guru Mesjid Tua  Palopo yang unik tersebut mempunyai makna atau kesaktian karena itu banyak orang luwu yang datang ke Mesjid tersebut bukian untuk shalat tetapi hanya untuk meminta atau melepaskan kaul (nazar)”.

2. Mihrab

Mihrab termasuk bagian dari pada bangunan mesjid terdapat pada sisi barat bangunan mesjid, berfungsi sebagai tempat imam dalam memimpin shalat berjama’ah. Mihrab mesjid tua Palopo mempunyai ukuran lebar 110 cm panjang 170 cm dan tingginya 190 cm. Pada bagian Mihrab dibuat agak melengkung nampak cirri Islam yaiut bentuk kubah. Di dinding pilar atau sisi mulut mihrab, terdapat ragam hias lidah-lidah api sepetri hiasan yang banyak terdapat pada relief dinding candi di pulau Jawa dan sekitarnya, namun bentuk lidah-lidah api yang ada pada Masjid Tua Palopo telah  dibentuk sedemikian rupa sehingga menyerupai daun-daun kecil yang dibentuk secara berputar-putar sebagaimana ciri khas ragam hias kebudayaan Islam yang umumnya memakai bentuk daun dan kembang.

3. Mimbar

Mimbar adalah bagian dalam sebuah mesjid, terletak pada bagian kiri mihrab, umumnya berfunsi sebagai tempat para ulama atau ustadz bila memberikan ceramah-ceramah islam, atau sebagai tempat bagi qori dan qoriah untuk melantungkan ayat-ayat suci al-Quran.

Pada mesjid Tua Palopo, mimbarnya terbuat dari kayu dengan atap kala parang atau kulit kerang. Gapura mimbar yang memakai kala makara, dibentuk menyerupai gunungan makam, kemudian dipadu dengan hiasan lidah-lidah api sehingga nampak seperti daun-daun yang keluar dari kendi. Mimbar ini mempunyai ukuran lebar 112 cm, panjang 327, dan tingginya 325 cm. Ujung atas pintu atau mulut mimbar dibuat melengkung d3ngan puncaknya menyerupai piramida yang dibentuk sedemikian rupa dengan hiasan daun dan kembang sehingga nampak seperti mahkota untuk sampai kebadan mimbar, terdapat sebelah buah anak tangga yang dihiasi dengan terali-terali indah dikedua sisinya. Badan mimbar dibuat segi dua belas menyerupai payung (pajung) kebesaran raja (pajung) Luwu.

4. Beduk

Beduk umumnya terdapat mesjid-mesjid yang tidak mempunyai menara. Beduk ini berfungsi sebagai alat pemberi tanda masuk waktu shalat, yang dipukul apabila telah tiba waktu shalat, pengganti aluna-aluna shalawat yang dikumandangkan dari atas menara pada mesjid-masjid mewah.

Mesjid Tua Palopo tidak mempunyai menara semana lazimnya bangunan-bangunan mesjid lain yang ada diseluruh dunia sehingga yang menjadi sarana pemberi tanda masuknya waktu shalat yang digunakan beduk yang terbuat dari kayu gelondongan yang berongga. Pada salah satu ujungnya ditutup dengan kulit binatang. Beduk ini berukuran panjang 161 cm dengan garis tengah 89 cm.

Mesjid-mesjid di Indonesia memiliki bentuk atap yang unik dan menarik, dan biasanya dipengaruhi oleh  bentuk-bentuk rumah tradisional setempat, seperti yang terlihap pada bentuk atap mesjid kuno di Sumatra Barat, di Sulawesi Tengah, mesjid Tua Bungku merupakan salah satu mesjid kuno yang banyak dikunjungi masyarakat. Atapnya tumpang lima dengan kombinasi bentuk kuba pada bagian puncaknya diantara tiap-tiap tingkatan atap terdapat jendela kaca.

DAFTAR PUSTAKA

Yasin Limpo Syahrul. 1995. Profil Budaya dan Pariwisata Gowa. Ujung Pandang: Pemerintah Daerah Tk. II Gowa & Yayasan Eksponen 1966 Gowa.

Lesra. 2007. Skripsi Masjid Tua Jami’ Palopo. Makassar: Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial UNM.

Semoga bermanfaat. Baca juga artikel saya tentang bocoran UN 2012 dan Hasil UN 2012 serta SNMPTN Undangan 2012.