Contoh Sinopsis Cerpen

Contoh Sinopsis Cerpen : “SEBUAH GELANG BERUKIR NAMA KINANTI”. Kinanti  seorang  janda yang telah ditinggal oleh suaminya (Aldri). Yang dituntut untuk dapat bertanggung jawab dan melakukan yang terbaik untuk anak-anaknya yaitu Wibi, Ndaru, dan Kinasih meskipun harus mengorbankan satu persatu perhiasannya bahkan gelang yang sangat dicintainya yang banyak menyimpan kenangan atau makna tersendiri bagi dirinya.

Di mana gelang itu mengingatkan akan kehidupan masa kecilnya yang tidak begitu indah karena sering ditinggal pergi oleh ibunya, tanpa memberikannya cukup cinta dan perhatian dan menitipkannya begitu saja pada Pak Dhe dan Bu Dhenya. Dan sebelum kinanti puas merasakan kasih sayang yang harus dibayar oleh ibunya akibat rasa sakit yang ia rasakan selama bertahun-tahun yang terlewat, ibunya harus meninggalkannya karena dipanggil oleh Yang Maha Kuasa.

Contoh Sinopsis Cerpen Bahasa Indonesia

A.   BIOGRAFI PENGARANG

Yuanita Maya adalah seorang penulis cerpen yang cerpennya dimuat dalam majalah Swara Cantika 63, yang mana cerpennya yang berjudul yang berjudul “Sebuah Gelang Berukir Nama Kinanti” ini merupakan salah satu cerpen terbaik yang dimuat oleh majalah Swara Cantika 63.

Cerpen saya angkat dari majalah Swara Cantika 63, dan alasan saya memilih cerpen ini karena selain itu merupakan salah satu cerpen terbaik Swara Cantika 63 saat itu juga karena menurut saya bahwa cerpen ini sangat baik dan cocok untuk dikaji dari segi Semiotik Rolangi Barthes.

ANALISIS SEMIOTIK

MENURUT SISTEM KODE ROLAND BARTHES

A.    ANALISIS

Ada lima kode yang dipaparkan oleh Roland Barthes dalam analisis teks cerpen, yaitu adalah:

a)    Kode Aksi/Tindakan (Proatretik Code)

Kode ini merupakan perlengkapan utama teks cerpen setiap aksi atau tindakan dalam cerita dapat di susun dan sistematisikan (condification).

Dalam  cerpen ini, aksi atau tindakan yang dilakukan oleh tokoh utama (Kinanti), tidak banyak hanya menempati satu titik yaitu diam, sambil memandang sebuah kotak berukir yang tergeletak di meja riasnya, yang didalamnya terdapat sebuah benda yang tidak begitu istimewa, tapi menyimpan beribu makna baginya.

Hal ini dapat dilihat dalam kutipan kalimat berikut:

“Kinanti meminang dan memandang kotak kayu kecil dalam menggenggamnya. “Sejak setengah jam yang lalu, kotak berukir yang menebar harum cendana itu hanya tergeletak di meja rias, tanpa sedikit pun tersentuh.”

“Entah kenapa, ia selalu menjadi sentimentil jika berlama-lama melihat gelang yang tak pernah dipakainya dan selama bertahun-tahun setia berdiam dalam kotak itu. “Hanya saja, gelang itu berukirkan namanya tapi bukan ukiran nama itu yang membuat bathin Kinanti begitu erat terikat padanya.”

“Tapi ingatan masa kecilnyalah yang membuatnya begitu berharga baginya”.

Berdasarkan uraian kutipan di atas dapat diketahui bahwa meskipun dalam keadaan diam pikiran Kinanti sangat dinamis karena hampir setengah jam itu mengingat kenyataan-kenyataan yang dialaminya pada masa kecilnya. Dalam ingatannya itu tergambar bahwa ibunya adalah seorang wanita yang sering mempermainkan perasaannya dengan datang dan pergi kapan saja ia suka, dengan laki-laki yang berganti-ganti. Yang tak pernah memberikan cukup cinta dan perhatian dalam perjalanannya keluar dari masa kanak-kanaknya. Sementara itu, gambaran tentang Bu-Dhe justru tertuju pada sosok serang wanita periang yang mencintainya seperti anak kandungnya sendiri. Serta sering membisikan kata-kata bijak saat ia bingung dengan masalah yang sering dialaminya dalam masa pendewasaan.

Secara keseluruhan, aksi tokoh dalam cerpen ini mengidentifikasikan suatu gerak pasif yang dinamis. Hal ini terbukti, selama hampir setengah jam tindakan Kinanti hanya diam, dan larut dalam lamunannya atau alam kembarannya.

Oleh sebab itu, kode aksi atau tindakan yang terdapat dalam teks cerpen ini cukup bermakna, dan  hal itu terlihat melalui oposisi gerak diam yang dinamis

b)   Kode Teka-teki/Hermeutik (Hermeutic Code)

Kode ini berkisar pada tujuan atau harapan untuk mendapatkan kebenaran atas teka-teki (pernyataan) yang mungkin muncul dalam teks.

Adapun kode teka-teki yang muncul dalam cerpen “Sebuah Gelang Berukir nama Kinanti”, ini adalah bagaimana sebenarnya masa kecil Kinanti? Mengapa waktu kecil ia tidak mendapat cukup cinta dan perhatian dari ibunya sendiri, serta apa sebenarnya hubungan Kinanti dengan gelang yang berukir namanya itu? Semua itu tidak diketahui oleh siapapun. Dan hal itu, tetap menjadi sebuah misteri.

Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

“Ya ibu anak-anak Kinanti tidak akan pernah tahu sakit dan perih yang Kinanti rasakan, karena Kinanti akan menyirami dengan cukup cinta.”

“Dan Kinanti tak akan membiarkan dirinya menjadi terpisahnya Kinanti dari benda kecintaanya, meski ia tak pernah tahu mengapa ibunya mencintai gelang itu seperti nyawanya sendiri.”

Dengan kutipan seperti di atas, kehidupan masa kecil Kinanti tidak diketahui oleh ibu dan anak-anak Kinanti sendiri serta tidak ada yang tahu hubungan Kinanti dengan gelang itu. Jadi, teka-teki mengenai kehidupan masa kecil serta hubungan Kinanti dengan gelang itu hanya diketahui oleh Kinanti sendiri dan pembaca (real reader). Contoh Sinopsis Cerpen

c)    Kode Budaya (Cultural Code)

Kode ini berkaitan dengan berbagai sistem pengetahuan  dan sistem nilai yang tersirat dalam teks cerpen. Adapun kode budaya yang terdapat dalam cerpen ini tampak dalam kutipan berikut:

“Tanpa berkata-kata apa-apa, ia menggandeng Kinanti ke mobilnya, sedan hitam mengkilat dengan tanda lingkaran yang tampak begitu gagah.”

Kalimat di atas mengidentifikasikan adanya  kode budaya mengenai gaya hidup orang kaya. Selain itu, juga terdapat kata-kata seperti: Nduk, Bu-Dhe, pak- Dhe, Ora Ilok, dan Mbak Nan.  Hal itu, menunjukkan adanya kode budaya bahasa khusus bahasa jawa.

d)   Kode Konotatif (Connative Code)

Kode ini berkenaan dengan tema-tema yang dapat di susun lewat proses pembacaan teks. Adapun kode konotatif yang terdapat dalam cerpen ini adalah sebagai berikut:

“…..dan kembali rasa sakit oleh cinta dan kebencian itu mencabik-cabik hati Kinanti”

“Hidup yang mengalir bagi air, dengan percik riaknya yang membentuk ombak,……..”

“…..saat ia bingung dengan jalan bercabang yang sering ditemuinya…..”

e)    Kode Simbolik (Symbolic Code)

Kode simbolik berkenaan dengan tema dalam arti yang sebenarnya sehingga erat hubungannya dengan kode konotatif, yaitu tema dari keseluruhan teks cerita. Adapun kode simbolik dalam cerpen ini adalah sebuah gelang berukir. Dimana tokoh Kinanti mencoba mengingat atau mengenang kembali kehidupan masa kecilnya lewat gelang berukir kesanyangan itu. Hal ini tampak dalam kutipan sebagai berikut:

“Hanya saja, gelang berukirkan nama ; K-I-N-A-N-T-I, tapi bukan ukiran nama itu yang membuat batin Kinanti begitu erat terikat padanya”

“……tapi ingatan masa kecilnyalah yang membuatnya begitu berharga bagi Kinanti.”

Berdasarkan kutipan di atas, dapat dilihat bahwa simbolik dalam cerpen ini menggambarkan kehidupan masa kecil Kinanti yang tidak mendapat cukup perhatian dan cukup cinta dari ibunya sendiri dan mencoba untuk tidak melakukan hal yang sama pada anak-anaknya. Tetapi sebaiknya, ia justru berusaha untuk menjadi seorang ibu yang bertanggung jawab dan penuh cinta serta perhatian dalam membesarkan anak-anaknya. Hal ini menunjukkan adanya kode simbolik yaitu menunjukkan suatu ironi hidup.

Situasi Komunikasi Naratif

Dalam kaitannya dengan cerpen ini yang bertindak selaku Real Author ialah penulis cerpen sendiri yaitu Yunita Maya (dengan berbagai sistem atau kode budaya yang melingkupinya). Implied Author adalah Kinanti Narratornya ialah Kinanti. Narrate ialah Bu Dhe, Pak Dhe, dan Kinasih. Implied Reader ialah anak-anak Kinanti serta Bu Dhe dan Pak Dhenya sendiri. Sedangkan Real Readernya adalah pembaca sendiri