Proses Pendidikan Manusia

Manusia lahir sebagai individu dalam keadaan tak berdaya. Meskipun memiliki fisik dan mental, tanpa bantuan orang lain, ia tak akan dapat berbuat apa-apa. Manusia lain selain dirinya yang ia kenal adalah anggota keluarga, terutama ibunya. Bagi bayi, keluarga merupakan lingkungan sosial pertama dan utama yang dikenal baik. Pengenalan kebiasaan, norma, nilai dan interaksi sosial yang pertama oleh individu terjadi di dalam keluarga. Dasar pendidikan dan kepribadian secara langsung terjadi dalam diri individu juga ada pada keluarga. Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama dan kelompok utama bagi pembentukan kepribadian. Dalam keluarga ini juga terjadi proses sosialisasi pertama bagi individu yang bersangkutan ke dalam kelompok.

Sistem pendidikan yang terjadi dalam kehidupan keluarga pada awal kehidupan manusia adalah sistem paedagogi yang hanya ditujukan kepada anak yang belum dewasa, yang belum memiliki pengetahuan ilmiah. Dalam keluarga inilah bentuk watak dan kepribadian anak ditempa. Keluarga sebagai komunitas utama dan pertama bagi manunsia memiliki beberapa fungsi, yaitu : fungsi kasih sayang, fungsi ekonomi, fungsi pendidikan, fungsi perlindungan, fungsi rekreasi, fungsi status keluarga dan fungsi agama.

Probbins membagi keluarga dalam tiga kelompok, yaitu :

ð  Keluarga otoriter, yaitu keluarga yang tidak memberikan hak memilih kepada anak. Orang tua cenderung menentukan kebijakan yang berlaku. Anak yang dididik oleh keluarga yang otoriter mempunyai beberapa sifat yang mencolok, diantaranya suka menyendiri, memiliki kemunduran mental dan seringkali ragu-ragu dalam mengambil keputusan.

ð  Keluarga demokrasi, yaitu keluarga yang memberikan kebebasan memilih kepada anak tetapi tetap berazas pada aturan dan norma yang berlaku. Biasanya anak bisa lebih fleksibel dalam bergaul bersama lingkungannya, lebih dapat menghargai orang lain dan pendapatnya, emosi yang dimiliki lebih stabil dan mampu mengontrol sikapnya.

ð  Keluarga liberal, cenderung memberikan kebebasan total kepada anak. Karenanya anak lebih bebas namun mempunyai kecenderungan untuk tidak mampu bekerjasama dengan baik dan akhirnya sukar beradaptasi.

Di dalam keluargalah, terjadi pembentukan watak dan budi pekerti, latihan keterampilan dan pendidikan sosial. Misalnya, di dalam keluargalah terjadi kegiatan tolong menolong diantara anggota, terjadi kegiatan gotong-royong, bersama-sama menjaga kebersihan rumah, menjaga kesehatan dan ketentraman. Di dalamnya juga terdapat pembinaan bakat dan minat anak dan penanaman nilai-nilai keagamaan.

Untuk membentuk individu yang sehat dan normal baik secara fisik maupun mental, maka diperlukan suasana sehat pada lingkungan sekitar anak. Hal ini sudah dimulai sejak manusia di dalam kandungan sang ibu. Karenanya saat mengandung, ibu harus menjaga kesehatan dengan memakan makanan yang halal dan bergizi, berada dalam ketenangan batin, menjaga tingkah dan sikap dalam kesehariannya. Setelah lahir, secara otomatis anak akan mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan. Maka anak akan selalu mendapat pengaruh oleh masukan dari lingkungan sekitarnya. Untuk menjadikan anak sebagai individu berhasil sebagai pribadi yang sehat, juga diperlukan lingkungan yang sehat dalam arti yang seluas-luasnya. Yang termasuk dalam lingkungan sehat diantaranya adalah lingkungan pendidikan.

Keluarga sebagai transmisi utama dan pertama dalam membentuk pribadi anak, memiliki keterbatasan dalam pelaksanaan pendidikan. Sistem pendidikan paedagogi dalam keluarga hanya berlangsung pada umur 0-7 tahun. Setelah itu, anak akan mengenyam pendidikan formal dengan sistem andragogi dalam dunia pendidikan.

Pendidikan sebagai sarana pencari pengetahuan dengan sistem andragogipun memiliki keterbatasan dalam pemberian materi yang dapat membentuk kepribadian manusia. Andragogi hanya berjalan antara umur 8-14 tahun. Di Indonesia, hal ini dapat ditemukan pada masa pendidikan Sekolah Dasar. Anak pada masa ini akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan dengan suasana lingkungan yang berbeda dengan keluarga. Anak akan lebih mengenal dirinya sendiri atas penilaian teman sepermainannya. Ia akan mengenal dirinya sebagai anak yang setia kawan dan cerdas, cekatan, mandiri, pelit, licik atau pembohong. Oleh karenanya suasana ini memiliki fungsi pendidikan dalam pembentukan kepribadian untuk mengenal diri sendiri atas penilaian orang lain.

Setelah anak menapaki usia remaja (15 +) maka pendidikan yang akan dialaminya adalah konsep education yang memiliki dua fungsi utama yaitu sebagai “transfer of knowledge” dan “making scientific attitude”. Dalam konsep ini ada 4 komponen utama yang diperlukan, yang tak dapat terpisahkan. Yaitu : adanya tujuan yang hendak dicapai, adanya subyek pelaku pendidikan (pendidik dan anak didik), adanya lingkungan dan alat-alat yang digunakan untuk mencapai tujuan.

Tujuan utama yang ingin dicapai dalam pendidikan adalah kemampuan manusia dalam 3 hal utama yaitu : pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotorik). 3 hal di atas adalah kunci utama adanya pendewasaan diri manusia sebagai makhluk sosial. Adanya ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan dalam kehidupan manusia menimbulkan suatu keharusan dalam mendapatkan ilmu pengetahuan. Konsep education ini cenderung lebih formal, melalui tingkatan-tingkatan kelas pendidikan dan melibatkan pihak pemerintah dan lembaga pendidikan dalam pelaksanaannya. Pendidikan secara formal terjadi pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas dan Perguruan Tinggi. Sedangkan secara non formal dapat ditemui dalam masyarakat.

Tujuan yang ingin dicapai dalam dunia pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya dengan beberapa ciri utama, yaitu : beriman dan bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berpengetahuan dan berketerampilan, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian mantap dan mandiri serta bertanggung jawab pada masyarakat dan bangsa.

Terbentuknya kecerdasan intelektual dan spiritual manusia sebagai makhluk sosialpun tak akan pernah lepas dari pendidikan seumur hidup yang terjadi dalam masyarakat. Seseorang bisa menjadi alim, jahat, dermawan, tekun dan sebagainya, salah satu dasarnya karena ia bergaul dengan orang-orang yang sifatnya demikian serta ada dalam suasana budaya yang mendorong dan membimbingnya ke arah itu. Sifat yang timbul tidak hanya dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya, tetapi juga tidak terlepas dari adanya norma, nilai dan peraturan yang ada dalam masyarakat. Meskipun lingkungan dapat mempengaruhi kepribadian seseorang, dapat juga terjadi seorang pribadi mampu untuk mempengaruhi lingkungannya, dapat meningkatkan kualitas kebudayaan dan juga merekayasa alam sekitar untuk kemajuan masyarakat.

Dari semua pendidikan yang dialami oleh manusia, maka akan timbul kemajemukan kepribadian. Kelebihan seseorang mungkin saja merupakan kekurangan bagi orang lain, atau sebaliknya. Karenanya, harus ada saling pengertian dalam lingkungan sosial agar dapat terbina masyarakat adil makmur seperti tujuan awal perlunya pendidikan. Kedewasaan masing-masing pribadi akan menjadi pondasi dalam membangun masyarakat yang sejahtera.