”Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk.” (QS Albaqarah: 43)
Semua perbuatan manusia yang disukai oleh Allah adalah ibadah. Ibadah merupakan jembatan yang menghubungkan manusia dengan Pencipta, dan manusia dengan sesamanya. Manfaat spiritual ibadah adalah dapat meningkatkan kualitas jiwa kemanusiaan manusia. Semakin baik ibadah seseorang, semakin lembut hatinya terhadap sesama.
Berhubungan langsung dengan Allah tidak memerlukan alat komunikasi apa pun. Seseorang bisa berkomunikasi dengan Allah, kapan dan dimana saja. Sarana komunikasi itu salah satunya adalah shalat. Ketika shalat, raga, pikiran, dan jiwa kita langsung tersambung, berdialog dengan Sang Khalik.
Shalat adalah ibadah yang penuh dengan hikmah. ”Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang bagi orang-orang beriman sudah ditetapkan waktunya.” (QS Annisa: 103). Rasulullah saw mencontohkan agar kita melaksanakan shalat tepat waktu. Makna yang bisa digali, kita diajarkan untuk hidup dengan budaya on time ‘tepat waktu’.
Shalat juga melatih kita hidup secara tertib. Gerakan shalat dilakukan secara tertib mulai dari ”takbir” hingga ”salam”. Bayangkan, apa yang akan terjadi jika kita shalat menggunakan gaya masing-masing? Si A mengawali shalatnya dengan takbir, lalu langsung sujud, sedang si B melakukannya dengan gaya khas yang ia ciptakan sendiri, sambil berkata, ”Yang penting aku shalat!”
Kita tidak boleh melaksanakan yang demikian sebab gerakan shalat sudah ada urutannya. Rasulullah saw bersabda, ”Shalatlah kalian seperti kalian melihatku melakukan shalat!”
Jika shalat kita lakukan secara benar, maka Allah akan melimpahkan karunia dan pertolongan. ”Hai orang-orang beriman, mintalah pertolongan pada Allah dengan sabar dan shalat.” (QS Albaqarah: 153).
Banyak hikmah yang bernilai dari shalat. Namun, mengapa shalat kita selama ini tidak berdampak meningkatkan kualitas hidup kita? Mungkin persoalannya, kita belum benar-benar menjalankan shalat dengan semestinya. Apalah artinya shalat, jika hanya fisik saja yang bergerak, sedang jiwanya statis, diam bergeming. Wallahu a’lam bis shawab.