Pengharapan Diri dan Prestasi Akademik

Salah satu tujuan sekolah adalah memberikan penghargaan akademik pada siswa. Sebagai organisasi, pengharapan dan norma sekolah berpengaruh langsung terhadap perilaku siswa.  Pada umumnya pengharapan dari struktur yang lebih tinggi akan berpengaruh lebih kuat dibanding pengharapan dari struktur yang lebih rendah. Keberadaan dan fungsi organisasi menunjukkan kekatan peran dan harapan-harapan dalam mengendalikan, membimbing dan mengkoordinasikan perilaku individu.

Pada dasarnya dalam organisasi, seorang individu akan selalu menyesuaikan diri terhadap harapan-harapan yang lain. Dalam kelas misalnya, harapan seorang guru terhadap penerapan peraturan, akan berdampak positif terhadap perilaku siswa. Demikian halnya dengan pengharapan dari orang lain yang memiliki pengaruh yang kuat terhadap individu (seperti orang tua, teman) berpengaruh kuat terhadap diri individu itu sendiri.

Pengharapan Terhadap Perubahan Perilaku

Perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak hal.  Menurut Houland, Janis dan Kelley (1953), seseorang melakukan seuatu karena nasehat dari orang yang  berwibawa. Seseorang juga akan melakukan sesuatu karena dipilih khusus untuk menunjukkan perilaku tertentu (Roethlisberger dan Dickson, 1939).  Selanjutnya  Rosen dan D. Andrade (1959) berpendapat bahwa orang tua yang menetapkan standar atau cita-cita yang tinggi pada anakanya, akan memiliki anak yang sukses.

Dari berbagai studi terhadap individu, terlihat bahwa banyak faktor yang menyebabkan perilaku dapat berubah.  Termasuk kepercayaan akan segala kemungkinan dan semangat untuk  berubah sangat berpemngaruh  dalam merubah sikap seseorang.

Kekuatan dari Pengharapan Perseorangan

Guthrie (1983) memberikan contoh kasus tentang pengharapan seorang individu diterima orang lian dan mungkin memperbaiki konsep diri dan merubah perilakunya. Sekelompok mahasiswa mengambil gadis pemalu dan bodoh untuk dijadikan kelompok yang difavoritkan, karena dilihatnya dapat diundang dalam acara kampus sehingga gadis tersebut mendapatkan pasangan dansa. Para gadis dilatih agar merasa sebagai gadis favorit.  Akhirnya, gadis itu mengembangkan kepribadiannya dan menganggap dirinya sangat popular dan orang lain pun dapat menerimanya serta dianggap sebagai suatu kesuksesan. Kesuksesan ini bukan saja ditentukan oleh eksperimen mahasiswa tapi juga keinginan kuat dari sang gadis.

Praduga Pemenuhan Diri

Praduga pemenuhan diri meruapakan bagian dari pengharapan diri.  Dimana seorang individu memberikan dugaan atau perkiraan tentang perilakunya (dalam khayalan). Praduga pemenuhan diri dapat menjadikan pengharapan seseorang sukses dalam perilakunya, tetapi ada pula pengharapan menciptakan rendah diri karena menganggap dirinya memiliki kemampuan yang rendah.

Dampak Pengharapan Terhadap Perilaku Untuk Berprestasi

Pada tahun 1960-an Robert Rosenthal melakukan studi tentang dampak pengharapan terhadap hewan dan manusia.   Eksperimen pada manusia dilakukan terhadap sepuluh orang siswa untuk menanyakan sepuluh foto siswa yang memperlihatkan wajah keberhasilan dan kegagalan kepada dua puluh  siswa lainnya.  Berdasarkan eksperimen disimpulkan bahwa pengharapan dari peneliti secara signifikan berdampak  pada pencapaian subyek.  Selanjutnya, eksperimen dilakukan pada kelas dalam bentuk tes kecerdasan.  Peneliti berkesimpulan bahwa pengharapan gurulah yang mempengaruhi pertumbuhah kecerdasan siswa. Penelitian ini membuktikan  bahwa pengharapan dari individu yang posisinya lebih kuat, akan berpengaruh terhadap perilaku siswa untuk berprestasi.

Gumpert (1968) mengatakan bahwa perilaku seseorang mempengaruhi orang lain tidak sepenuhnya ditentukan oleh keberadaan sikap dan kepercayaan sebelumnya.  Pengharapan dapat berubah, berbeda, meningkat, atau berkurang  tergantung pada interaksi sosial dan pengaruh timbal balik antara dua orang yang saling mempengaruhi.  Di kelas misalnya, perilaku  guru terhadap siswa tidak hanya berdasar pada pengharapan awal, tapi juga ditentukan selama proses berlangsung.

Pengharapan awal dapat menjadikan guru lebih peka terhadap potensi siswa, sehingga guru mengenal secara mendalam kemampuan anak didiknya dan menegesampingkan segala kekurangannya.  Bahwa sikap atau pengharapan seseorang akan mempengaruhi persepsi dan perilakunya. Pengharapan pada siswa  akan meningkatkan kemampuannya selama di sekolah dan membantu membangun mentalnya.

Kondisi Di Bawah Efek Pengharapan Yang Sangat Kuat

Pada situasi yang kooperatif guru dipandang sebagai orang yang baik hati dan pada situasi yang kompetitif, guru dipandang sebagai musuh yang mencoba mengubah perilaku yang tidak diinginkan.  Pengharapan guru akan berdampak positif pada siswa  jika dilakukan dalam hubungan yang kooperatif.  Menurut Frank sukses yang tidak sebenarnya seringkali terjadi pada orang yang cenderung memiliki ketergantungan, reaktif secara emosional dan lebih muda percaya disbanding orang lain.   Siswa yang berorentasi pada kedewasaan yang membutuhkan pendekatan sosial orang dewasa akan lebih dipengaruhi pengharapan guru.  Pada kondisi ini guru dapat mengeskspresikan pengharapannya dalam upayta mempengaruhi perilaku siswa.  Guru yang senantiasa memberikan kehangatan, bersahabat dn percaya diri akan lebih muda mengekspresikan pengaharapannya terhadap perilaku siswa dibanding guru yang dingin, tidak bersahabat dan tidak percaya diri.

Gordon dan Durea (1948) menemukan bahwa penguji yang bersikap hangat terhadap subyeknya, menyebabkan nilai IQ mereka meningkat sebanyak enam poin leibih tinggi disbanding saat mereka dihadapi oleh penguji yang dingin.   Demikian halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Sacks (1952) pada sekolah perawatan menunjukkan bahwa perlakuan secara hangat  dapat meningkatkan tingkat kecerdasan anak.   Canavan (1969) membedakan dua hal yang digunakan dalam membangun kepuasan hati dalam lingkungannya yaitu Orentasi Penghargaan dan Orientasi Kerugian.  Seseorang yang berorientasi penghargaan berusaha bergerak dilingkungannya untuk memperoleh kepuasan dirinya, dengan memperhatikan potensinya, selalu percaya diri, supel dan relative memiliki keterampilan dalam mengontrol lingkungannya.  Individu yang berorentasi kerugian cenderung membangun kepuasaan dirinya dengan  standar kepuasaan yang relative rendah dan kemampuannya hanya digunakan untuk menghindari kerugian dan kegagalan.  Individu yang berorientasi kerugian tidak memiliki keterampilan untuk mengatasi masalah di lingkungannya dan tidak menaruh perhatian untuk mendapatkan penghargaan.

Siswa yang diberi penghargaan dan kehangatan, akan dapat menyelesaikan permasalahan sulit pada masa yang akan dating.. Mereka akan melakukan tugasnya dengan baik dan lebih sedikit menghadapi masalah dibanding anak yang kurang mendapatkan penghargaan.