Metodologi Pendidikan Lingkungan dan Tujuan Pendidikan Lingkungan

Salah satu bagian yang sangat penting yang dipetik dari hasil Konferensi Bumi di Rio adalah tentang pendidikan, kesadaran masyarakat umum clan pelatihan. Dengan demikian sudah disadari dan disepakati bersama bahwa pendiclikan ling­k-unan hidup sangat diperlukan untuk memperluas kesadaran masyarakat terhadap lingkungan hidup. Pendidikan lingkungan ini merupakan salah satu sarana untuk membentuk masyarakat sadar lingkungan. Dengan pendidikan aspek psikologis manusia dapat dirubah.

Mengenai pendidikan lingkungan ini ada beberapa ahli yang emberikan batasan sebagai berikut

Swan (1974) memberikan batasan tentang pendidikan sebagai suatu proses bukan produk, sehingga semua program-program pendidikan lingkungan harus diarahkan kepada pengajaran masyarakat tentang “what to think” dari pada “how lo think”.

Kemudian menurut Stapp (1978), balasan pendidikan lingkungan ber­tujuan unluk mengenibul’ighin sualu penduduk dunia yang sadar dan peduli terhadap berhagai persoalan lingkungan dan memiliki pengetahuan, sikap, motivasi, komitmen, serta keetrampilan untuk bekerja secara individual alau kolekfif

Untuk mencapai tujuan tersebut, jelas merupakan tugas berat bagi para pendidik, khususnya sekolah- formal, sehingga diperlukan strategi yang tepat. Apalagi menyangkut masalah nilai-nilai kemanusiaan (human values) yang memerlukan waktu bertahun-tahun untuk mengubah dan membentuknya. Dalam hal ini belakangan muncul istilah “pendidikan nilai lingkungan” sebagai masukan yang memperjelas tujuan pendidikan lingkungan itu sendiri agar tidak terfokus pada aspek pengetahuan saja. Karena itu pemilihan metoda pendidikan yang tepat seba­gai bagian dari strategi pendidikan lingkungan sangat membantu tercapainya tujuan tersebut.

Tujuan pendidikan lingkungan

Setiap individu memiliki kebutuhan psikologi dasar. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut setiap individu termotivasi untuk mengembangkan sikap yang berfungsi membantu pencapaian pemenuhan kebutuhan, sehingga terdapat hubungan dua arah antara sikap dan kebutuhan-­kebutuhan dasar. Semua kebutuhan memotivasi individu mengadopsi sikap tertentu, selanjutnya memuaskan kebutuhan dasarnya.

Sikap terdiri atas komponen kognitif dan afektif yang dipercaya akan mem­bentuk komponen ketiga yaitu kecenderun gan bertindak (a tendency to act). Sikap ini akan membentuk nilai-nilai (values), dan nilai-nilai ini yang menuntun seseorang untuk bertindak (action). Dalam hal ini, berpikir merupakan proses mental yang terkait komponen sikap dengan nilai-nilai yang mengarahkan perilaku.

Perilaku (behavior) terjadi karena sikap dan nilai-nilai yang telah teradopsi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu, dan perilaku ini juga membantu dalam pemenuhan kebutuhan tersebut. Namun kadang-kadang perilaku juga menentukan sikap, demikian sebaliknya.

Ada keterkaitan antara lingkungan dan perilaku. Artinya seorang individu mungkin bertindak terhadap lingkungannya dan sebaliknya kondisi lingkungannya juga akan mempengaruhi individu ber­perilaku. Terjadi pula hubungan timbat batik antara sikap dan lingkungan.

Model sikap perilaku di atas merupakan salah satu dasar penetapan tujuan umum (goal), disamping batasan pendidikan yang menjadi dasar utama. Penetapan tujuan pendidikan lingkungan ini harus ditentukan sebelum menetapkan metoda pendidikan yang akan dilakukan. Sehingga dalam suatu proses belajar terjadi keterkaitan antara. penetapan tujuan instruksional, strategi, isi/materi, clan evaluasi.

Stapp (1978) merumuskan tujuan khusus untuk pendidikan di sekolah-sekolah sebagai berikut :

# Kesadaran

Dengan jalan membantu individu dan kelompok sosial memperoleh kesadaran tentang kepekaan terhadap lingkungan dan berbagai masalah yan,, berkaitan.

# Pengetahuan

Dengan jalan membantu individu dan kelompok sosial memperoleh  berbagai pengalaman tentang lingkungan dan pemahaman dasar mengenai inasalah­masalah yang berhubungan.

# Sikap

Dengan jalan membantu individu dan kelompok sosial memperoleh nilai-nilai sosial, perasaan kuat, dan kepedulian terhadap lingkungan serta mempunyai motivasi.

# Ketrampilan

Dengan jalan membantu individu dan kelompok sosial memperoleh  ketrampilan dalam pemecahan masalah-masalah lingkungan.

# Partisipasi

Dengan jalan membantu individu dan kelompok sosial mengembangkan rasa tanggung jawab terhadap berbagai inasalah lingkungan, dan mencoba menerapkan tindakan yang tepat untuk membantu memecahkan masalah tersebut.

Dengan demikian apa yang dikemukakan oleh Stapp di atas sesuai dengan model sikap, perilaku yang dikembangkan oleh Bennet, yaitu adanya kesadaran, pengetahuan, sikap dan nilai-nilai, serta perilaku (ketrampilan dan partisipasi).

Metoda pendidikan lingkungan

Penggunaan beberapa jenis metoda pendidikan dalam pendidikan lingkungan perlu dilakukan mengingat bervariasinya daya tangkap siswa, dan tujuan khusus yang hendak dicapai. Mengenai materi yang akan diajarkan, sudah tertera secara berurutan pada GBPP PKLH.

Masih banyak para pengajar menyampaikan materi atau informasinya kepada siswa dengan menggunakan metoda ceramah dan diskusi. Menurut Stapp (1974), peranan guru dalam pendidikan lingkungan bukan memberikan ceramah tentang lingkungan, tetapi membantu kelas untuk memperoleh informasi yang relevan dengan keprihatinan mereka terhadap lingkungan. Selain itu Stapp menyatakan bahwa pendekatan tradisional seperti menggunakan metoda ceramah belum terbukti sangat efektif dalam membantu siswa memperoleh kepercayaan, sikap, nilai-nilai, dan keterampilan yang konduktif dalam rangka membentuk dan mengembangkan peserta didik menjadi warga Negara yang melek lingkungan.

Berikut ini dapat dilihat beberapa metoda pendidikan yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan lingkungan, selain metoda. ceramah.

Field Trip

Metoda pendidikan ini sudah banyak dan sering dilakukan oleh sekolah­sekolah, namun tujuannya lebili banyak pada aspek “trip” nya dari pada melatih siswa berpikir ekologis. Dalam pendidikan lingkungan, hendaknya berorientasi pada. tugas. Artinya siswa diberi tugas-tugas yang harus dilakukan. Tugas-tugas tersebut dapat terdiri dari :

– memberi beberapa pertanyaan yang hat-us dijawab siswa

– pemecahan masalah, yang harus dipecahkan oleh siswa.

– survai dengan membawa daftar pertanyaan yang sudah disiapkan

– membuat deskripsi ekosistem yang diamati oleh siswa, yang merupakan tipe ekosistem yang tidak tersedia di lingkungan sekolah.

Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian guru sebagai bahan pertim­bangan bila melaksanakan field trip adalah :

# Perencanaan Transportasi

perencanaan untuk keselamatan siswa

melakukan perjalanan pendahuluan sebelumnya, sehingga para guru siap dengan obyek/sumber belajar di tempat tujuan. Diskusi perjalanan awal (keberangkatan) tentang alam dan ekosistem yang akan dipelajari pencatatan dan analisa data yang dilanjutkan dengan penulisan laporan individual atau kelompok kecil seminar sebagai laporan hasil pencatatan, yang merupakan sarana latihan berpikir dalam mengelola isu-isu lingkungan.

Dalam menyelesaikan tugas, siswa dapat dibagi dalam kelompok kecil atau secara individual. Dan tugas-tugas yang dikerjakan siswa tidak selalu harus dikerjakan setelah sampai di tempat tujuan, dapat juga dilakukan sepanjang perjalanan dengan mengisi lembar observasi untuk merekam ekosistem di sepanjang jalan.

# Bermain peran dan simulasi

Simulasi memberikan keseinpatati bagi setiap orang untuk menggali berbagai peran dalam bermain, posisi, kepercayaan dan nilai-nilai yang muncul dalam presentasi isu-isu lingkungan secara terbatas.

Dengan bermain peran akan memungkinkan  para siswa mendalami isu-isu yang diperankannya, dan juga berinteraksi dengan pemain lain untuk memecahkan isu-isu tersebut.

Kelemahan dalam penerapan metoda ini adalah menuntut ketrampilan maksimal para guru, sehingga dapat beKialan dengan lancar.  Kelebihannya adalah memiliki potensi yang cukup untuk mendemonstrasikan relevansi informasi dalam buku dengan pengalaman-pengalaman dalam ke­hidupan nyata.

Selain itu juga memberi kesempatan kepada siswa untuk berlatih memutuskan sesuatu yang mereka anggap sesuai dengan kepercayaannya dan nilai-nilainya, juga berlatih dalam mengembangkan ketrampilan hubungan manusia yang berorien-tasi dengan sesuatu aksi (kegiatan). Keputusan apa yang harus dibuat oleh pemain simulasi harus sudah disiapkan oleh guru, dan dapat dilakukan oleh kelompok kecil atau kelompok besar.

Dalam kelompok keeil. semua anggota dapat menjadi pengamat. Partisi­pasi mereka diperlukan pada saat para pemain peran memberi keputusan­-keputusan. Untuk diskusi dan komentar disediakan waktu. khusus. Sudah tentu para siswa sebelumnya sudah dibekali dengan berbagai informasi dan isu-isu yang berkaitan dengan keputusan yang akan dibuat.

# Pemecahan masalah (Problem Solving)

Metoda ini dapat membantu siswa mengembangkan ketrampilannya dalam berpikir kritis dan ekologis, koinunikasi interpersonal, dan perubahan sosial yang terencana.

Karena merupakan bagian integral dari pendidikan lingkungan, metoda ini efektif  digunakan guru bila ingin menanamkan kepercayaan, sikap, dan nilai-  nilai berkaitan dengan isu-isu lingkungan.

Di dalam penerapannya, dasarnya adalah tindakan yang diarahkan terhadap masalah komunitas. Langkah langkah metoda pemecahan masalah disarankan terdiri dari :

  • identifikasi dan definisi isu-isu masalah lingkungan
  • pengumpulan dan pengorganisasian, analisa data yang berhubungan dengan masalah
  • merumuskan dan mengevaluasi alternatif pemecahan
  • evaluasi alternatif dan memiliki alternatif pemecahan masalah yang terbaik mengembangkan rencana kegiatan
  • implementasi rencana kegiatan
  • evaluasi proses implementasi.

Penerapan metoda ini memungkinkan para siswa terlibat berba gai per­masalahan lingkungan, khususnya yang ditemukan di sekitar sekolah mereka, dan mereka dilatih untuk berupaya memberikan alternatif pemecahannya, sehingga tujuan pendidikan lingkungan tidak terpaku pada aspek pengetahuan saja. Demikian juga guru dapat lebih kreatif dalam memilih lokasi sebagai tempat penerapan metoda ini di luar kelas, sehingga proses belajar mengajar yang hanya di kelas tidak terasa membosankan.

# Klasifikasi nilai

Prosesnya hampir sama dengan pemecahan masalah. Dalam klasifikasi nilai siswa dibantu dalam mengembangkan ketrampilan merumuskan masalah, mengembangka  dan menganalisis data, memberikan alternatif pemecahan masalah, sampai akhirnya siswa menilai (mengevaluasi) dan memilih alternatif terbaik.

Langkah-langkahnya sebagai berikut :

  • siswa diberi isu lingkungan hidup
  • siswa memberikan beberapa alternatif pemecahan masalah
  • siswa mempertimbangkan konsekuensi setiap alternatif
  • siswa mengekspresikan perasaannya terhadap setiap alternatif
  • siswa mengemukakan pilihan bebas terhadap alternatif yang telah dimunculkannya.

Metoda klasifikasi nilai ini dapat membantu siswa menjadi sadar terhadap kepercayaan seseorang, sikap, nilai-nilai, dan perilaku yang sudah biasa mereka lakukan baik di dalam rnaupun di luarar kelas.

Dalam hal ini guru berperan untuk membantu siswa agar mereka merasakan kesamaan antara apa yang mereka percayai (dan sudah mereka nilai) dengan tindakan apa yang mereka lakukan. Selain itu guru harus memperhatikan atmosfer di dalam kelas, yang harus selalu terbuka, jujur, mau menerima pendapat orang lain dan juga respek. Untuk mengklasifikasikan nilai-nilai siswa, banyak cara dapat dilakukan, diantaranya dengan panel diskusi, “votingquestion”.

Pentingnya metode klasifikasi nilai ini untuk membuat keputusan lingkungan rasional dalam kehidupan manusia sehari-hari, dan merupakan dasar bagi pendidikan lingkungan. Penerapan metoda ini dapat memberikan nilai tambah terhadap metoda “inclokirinasi”, karena dalam berbagai hasil penelitian sosial telah diketahui bahwa metoda indoktrinasi tidak efektif.

# Diskusi panel

Diskusi panel baik dilaksanakan apabila ada masalah dalam salah satu isu lingkungan hidup. Siswa dapat meemilih isu yang menarik bagi mereka, dan memilih sendiri panelis. Inforinasi tertulis harus ada, dan dibagikan pada semua anggota diskusi.

Untuk pelaksanaan diskusi panel ini perlu persiapan beberapa hari sebelumnya. Setelah diketahui isu lingkungan yang akan dibahas, siswa mengumpulkan bahan-bahan tulisan yang mungkin diperlukan untuk diskusi. Pada waktu diskusi, menggunakan prosedur formal, sehingga metode ini sesuai dipraktekkan untuk siswa minimal tingkat SLTA.

Setiap orang yang mengikuti diskusi harus tahu persis posisinya, dan yang  beretugas  sebagai pengamat harus mengetahui persis tugas masing-masing anggota di kelompoknya. Usahakan semua siswa beiTai-tisipasi. Selatna debat/ diskusi berlangsung, apabila ada yang tidak jelas, dapat mengajukan pertanyaan.

Diskusi panel ini terdiri dari 4 tahap.

  1. Presentasi. Dijelaskan penjelasan umum dari isu yang akan dibahas oleh seorang panelis yang sudah ditunjuk. Untuk tahap ini membutuhkan waktu 15-20 menit (kira-kira 1/3  waktu yang diperlukan).
  2. Penjelasan. Pada tahap ini teijadi tanya jawab apabila terjadi ketidakjelasan pada waktu berlangsungnya diskusi panel. Tanya jawab diskusi waktu 5-10 an waktu 5-10 menit.
  3. Diskusi. Pada tahap ini terjadi diskusi bebas. Membutuhkan waktu paling lama yaitu 1/2waktu yang diperlukan yaitu 25-35 menit.
  4. Partisipasi audience. Apabila niasib ada komentar, dapat ditanyakan pada panelis. Waktu yang diperlukan tergantung pada keadaan.

#  Brainstorming

Metoda ini merupakan salah satu bentuk pencurahan pemikiran krealif. Siswa dirangsang untuk membuat daftar hasil curahan ide yang keluar dari pemikiran mereka pada waktu tertentu. Penggunaan metoda brainstorming ini dapat digunakan terhadap kelonipok yang belum berpengalaman, dan dapat mempersatukan, siswa. Dengan brainstorming dapat mengembangkan kreatifitas siswa.

Beberapa ketentuan dalam pelaksanaan brainstorming :

  1. Setiap orang harus saling mendorong untuk mau mengutarakan ide secara bebas.
  2. Usahakan penekanannya pada kualitas ide, karena kemungkinan bisa kurang dari 10% ide yang dapat dIgunakan.
  3. Sangat efektif  bila dilakukan untuk kelompok siswa yang jumlahnya kurang dari 15 orang.
  4. Waktu pencurahan ide jangan lebih dari I jam.
  5. Kelemahan/keterbatasan metoda brainstorming adalah :
  6. Proses pelaksanaannya membutuhkan  waktu banyak, walaupun pada akhirnya dapat terjadi kurang dari 10% ide yang dapat digunakan.
  7. Hasil brainstorming tergantung pada kemampuan siswa dalam penguasan materi dan kemampuan mencurahkan ide.

# Kombinasi Penggunaan Alat Bantu Dalam Diskusi

Metoda ini akan membuat siswa tertarik dan dapat meningkatkan daya tangkap mereka terhadap isu lingkungan hidup. Kepada siswa diperlihatkan isu lingkungan hidup dengan menggunakan alat bantu seperti film, slide. Kaset, rekaman. atau suatu tulisan. kemudian siswa diberi tugas oleh guru sehingga dapat diketahui sampai sejauhmaana daya tangkap siswa. Penggunaan metoda ini sebaiknya setelah dilakukan metoda brain stornling atau metoda lain yang bersifat pengenalan isu lingkungan. Dan masa pemutaran alat bantu jangan lebih dari 30 menit. (Source : K’ Masni, Mahasiswa Pasca Sarjana PKLH UNM Makassar | Guru Biologi SMAN 1 Bone-Bone Kab. Luwu Utara, Sulsel)