Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, memegang peranan penting dalam perkembangan IPTEK dengan baik maka perlu mempersiapkan tenaga-tenaga (sumber daya manusia) yang memiliki pengetahuan matematika yang cukup (Soedjadi, 1999). Selain itu, matematika tidak hanya penting dalam kaitannya dengan IPTEK, tetapi juga dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa menjadi teramat penting mengingat akan semakin meningkatnya berbagai tantangan pembangunan yang akan dihadapi peserta didik (generasi mendatang) dalam era globalisasi (Soedjadi, 1999).
Matematika sebagai salah satu sarana berpikir ilmiah adalah sangat diperlukan untuk menumbuhkembangkan kemampuan berpikir logis, sistematis, dan kritis dalam diri peserta didik. Demikian pula matematika merupakan pengetahuan dasar yang diperlukan oleh peserta didik untuk menunjang keberhasilan belajarnya dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Bahkan matematika diperlukan oleh semua orang dalam kehidupan sehari-hari. Karena itulah, peserta didik perlu memiliki pengetahuan yang cukup untuk menghadapi masa depan.
Pengaruh Minat Belajar Siswa terhadap Hasil Belajar dan Prestasi Belajar
Tujuan dari pendidikan matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah menekankan pada penataan nalar dan pembentukan kepribadian (sikap) siswa agar dapat menerapkan atau menggunakan matematika dalam kehidupannya (Soedjadi, 2000). Dengan demikian matematika menjadi mata pelajaran yang sangat penting dalam pendidikan dan wajib dipelajari pada setiap jenjang pendidikan.
Di lain pihak, kenyataan menunjukkan bahwa rendahnya kualitas hasil belajar siswa SMA masih relatif rendah.Pada tahun pelajaran 2010/2011, rerata nilai Matematika murni UN MA Muh. Sibatua Pangkep 4,99 dan pada tahun 2011/2012, rerata nilai Matematika murni UN UN MA Muh. Sibatua Pangkephanya 3,25 (Diknas Pangkep, 2012). Keadaan ini merupakan yang sangat memprihatinkan khususnya bagi pendidik dan tenaga kependidikan di MA Muh. Sibatua Pangkep.
Dalam kaitannya dengan upaya peningkatan hasil belajar matematika, pemerintah sudah melakukan berbagai upaya seperti penyempurnaan kurikulum matematika, pengadaan buku paket matematika, peningkatan pengetahuan guru-guru matematika melalui penataran, baik secara regional maupun nasional. Namun perlu disadari bahwa bagaimanapun baiknya kurikulum, lengkapnya sarana, cakapnya guru mengendalikan proses mengajar belajar, tidak ada yang berarti bila peserta didik tidak secara bersungguh-sungguh di dalam kegiatan belajarnya. Ini berarti peserta didik sendiri ikut menentukan rendah tingginya hasil belajar matematika.
Oleh karena itu, dipandang perlu melakukan suatu pengkajian secara sistematis tentang variabel-varibel yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang secara teoretis mempengaruhi hasil belajar matematika. Pengkajian ini dimaksudkan sebagai langkah awal untuk memperoleh informasi yang akurat, agar selanjutnya dapat ditentukan langkah-langkah yang lebih tepat dalam usaha peningkatan hasil belajar matematika dengan membenahi variabel-variabel yang berpengaruh itu.
Sehubungan dengan variabel-variabel yang bersumber dari dalam diri peserta didik yang berpengaruh terhadap hasil belajar matematika, khususnya variabel-variabel yang berbentuk psikis, Bagle (1979) menyebutkan antara lain kecemasan, sikap terhadap matematika, motivasi, minat, kepribadian, konsep diri, kecerdasan emosi, berpikir logis, dan sebagainya. Variabel-variabel tersebut ada yang saling berinteraksi yang satu dengan lainnya dan mungkin ada yang tidak saling berinteraksi, sehingga diperlukan pengetahuan yang memadai untuk mengetahui variabel yang mana dominan pengaruhnya terhadap hasil belajar matematika.
Mengingat cukup banyak variabel yang bersumber dari dalam diri peserta didik yang berpengaruh terhadap hasil belajar matematika, dan juga keterbatasan peneliti dalam berbagai hal seperti biaya, waktu, dan kemampuan, maka peneliti ini membatasi diri dalam kajiannya, yaitu hanyalah memperhatikan minat dalam kaitannya dengan matematika, motivasi berprestasi dan kecerdasan emosi peserta didik dalam kaitannya dengan matematika. Dalam kaitanya dengan pemilihan ketiga variabel tersebut, berikut ini dikemukakan beberapa pendapat atau pandangan yang mendasarinya.
Dalam kegiatan belajar, minat mempunyai peranan yang sangat penting. Menurut Hamalik(2003), belajar tanpa adanya minat kiranya sulit untuk mencapai keberhasilan secara optimal. Oleh karena itu dalam kegiatan belajar, minat dalam belajar perlu diusahakan terutama yang berasal dari dalam diri dengan cara senantiasa memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus dihadapi untuk mencapai cita-cita senantiasa memasang tekad bulat dan selalu optimis bahwa cita-cita dapat dicapai dengan belajar.
Goodenought (1945) mengatakan motivasi merupakan variabel yang sangat penting untuk menentukan keberhasilan dalam belajar. Seorang peserta didik atau siswa yang gagal dalam tugas akademiknya disebabkan tidak termotivasi dengan memadai. Begitu pula Nasution (1982) mengatakan bahwa untuk belajar diperlukan motivasi. Semakin tepat motivasi yang diberikan kepada siswa, akan dapat semakin berhasil dalam pelajaran itu. Demikian juga Sardiman(1987) mengatakan bahwa seorang siswa yang memiliki inteligensi cukup tinggi, namun mentak (boleh jadi) gagal karena kekurangan motivasi. Hasil belajar akan optimal bila ada motivasi yang tepat.
Faktor lain yang turut berperan dalam menunjang hasil belajar peserta didik adalah kecerdasan emosional. Para ahli sudah banyak yang meyakini bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi dalam bekerja (termasuk dalam hal belajar), di samping kecerdasan kognitif, kecerdasan emosional memegang peranan yang penting. Bahkan banyak fakta dalam kehidupan sehari-hari bahwa orang yang mempunyai kecerdasn kognitif yang tinggi (ber-IQ tinggi) dipimpin oleh orang yang ber-IQ lebih rendah tetapi ia mempunyai kecerdasan emosional (EI) yang lebih tinggi. Sebagaimana Golemen (1999) mengemukakan bahwa banyak orang yang cerdas (ber-IQ tinggi), tetapi tidak mempunyai kecerdasan emosi, ternyata bekerja menjadi bawahan orang ber-IQ lebih rendah yang mempunyai keunggulan dalam hal kecerdasan emosi. Hal ini didukung pula oleh pernyataan Shapiro (1998) bahwa kecerdasan emosi yang berbentuk karakter anak lebih penting bagi keberhasilannya dibandingkan dengan kecerdasan kognitif yang diukur melalui tes IQ. Pernyataan ini didasarkan pada beberapa hasil penelitian. Misalnya hasil penelitian Gottman (1999) selama sepuluh tahun pada lebih dari 120 keluarga yang menemukan bahwa anak-anak yang belajar mengenali dan menguasai emosinya menjadi lebih percaya diri, sekaligus lebih sehat secara fisik, dan mereka juga lebih baik prestasinya di sekolah dan cenderung akan menjadi orang dewasa yang sehat secara emosional.
Ketiga variabel yang dipilih, yaitu minat belajar, motivasi berprestasi dan kecerdasan emosi sebagai variabel bebas yang akan diselidiki bagaimana hubungannya dengan hasil belajar matematika sebagai variabel tak bebas dalam penelitian ini. Hasil yang diperoleh diharapkan dapat menjadi informasi yang berguna dalam upaya meningkatkan hasil belajar matematika pada setiap jenjang pendidikan, khususnya di sekolah menengah atas.
Baca juga tentang Masalah dalam Matematika dan Interaksi dalam Pembelajaran