Emosi mempunyai peran dalam peningkatan proses konstruksi pikiran dalam berbagai bentuk pengalaman kehidupan manusia. Salovey dan Mayers (1990) mendefinisikan emosi sebagai respon terorganisasi, termasuk sistem fisiologis, yang melewati berbagai batas sub-sistem psikologis, misalnya kognisi, motivasi, dan pengalaman. Pengertian ini menunjukkan bahwa emosi merupakan respon atas stimulus yang diperoleh dari lingkungan sekitar yang terorganisasi dengan baik yang melewati sub-sistem psikologis.
Crow dan Crow(dalam Hartati :2004) menyebutkan bahwa emosi merupakan suatu keadaan yang bergejolak pada diri individu yang berfungsi sebagai inner adjustment terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan individu. Emosi pada definisi ini berperan dalam pengambilan keputusan yang menentukan kesejahteraan dan keselamatan individu.
Pengertian Intelegensi Menurut Para Ahli
Ibda (2000) menyebutkan bahwa emosi merupakan suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya .suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Sedangkan Sarlito Wirawan Sartono (Syamsu, 2004) berpendapat bahwa emosi merupakan setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai warna afektif baik pada tingkat lemah maupun pada tingkat yang luas (mendalam).
Dari beberapa pendapat di atas, maka yang dimaksud emosi dalam penelitian ini adalah suatu respon atas rangsangan yang diberikan .baik dari lingkungan maupun dari dalam diri individu sendiri, sehingga individu dapat menentukan pilihan dalam hidup yang menentukan kehidupannya.
Winkel (1991) mengemukakan pendapat beberapa ahli mengenai pengertian inteligensi, yaitu sebagai berikut.
- Terman: inteligensi adalah kemampuan untuk berpikir abstrak.
- Thorndike: inteligensi adalah kemampuan untuk menghubungkan reaksi tertentu dengan perangsang tertentu pula, misalnya orang mengatakan “meja” bila melihat sebuah benda berkaki empat dan mempunyai permukaan yang datar.
- Spearman: inteligensi merupakan hasil perpaduan antara faktor umum dan sejumlah faktor khusus. Faktor umum (faktor g) berperan dalam semua bentuk prestasi, sedangkan faktor-faktor khusus (s1, s2, s3, …) berperan dalam bentuk-bentuk prestasi tertentu, misalnya dalam hal berbahasa, berhitung, dan lain-lain.
- Thurstone: inteligensi merupakan kombinasi dari beberapa kemampuan dasar (primary abilities). Kemampuan-kemampuan dasar itu disebut “faktor-faktor utama” dan berjumlah tujuh, yaitu: faktor bilangan, ingatan, penggunaan bahasa, kelancaran kata-kata, pemecahan masalah, kecepatan dan ketepatan dalam mengamati, dan pengamatan ruang. Adanya variasi dan corak inteligensi diakibatkan oleh adanya variasi dari perpaduan di antara faktor-faktor itu.
- Guilford: inteligensi merupakan kombinasi perpaduan dari banyak faktor khusus (operasi, isi, dan produk). Dimensi operasi intelektual terdiri dari lima faktor, isi (materi operasi intelektual) terdiri dari empat faktor, dan produk (hasil operasi intelektual) terdiri dari enam faktor, sehingga terdapat 120 kemampuan intelektual yang spesifik (faktor khusus).
- Wechsler: inteligensi adalah kemampuan berpikir secara rasional dan berhubungan dengan lingkungan secara efektif.
- Binet: inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan, mempertahankan, dan mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai suatu tujuan, dan kemampuan bersikap kritis terhadap diri sendiri.
Selanjutnya, Heidenrich (Soemanto, 1990) mengemukakan bahwa inteligensi menyangkut kemampuan untuk belajar dan menggunakan apa yang telah dipelajari dalam usaha penyesuaian terhadap situasi-situasi yang kurang dikenal atau dalam pemecahan masalah-masalah. Manusia yang belajar sering menghadapi situasi-situasi baru serta permasalahan. Hal itu memerlukan kemampuan individu yang belajar untuk menyesuaikan diri serta memecahkan setiap masalah yang dihadapinya.
Inteligensi menurut Sabri (1996) merupakan kata benda yang menerangkan kata kerja atau keterangan. Seseorang menunjukkan inteligensinya ketika ia bertindak atau berbuat dalam suatu situasi secara cerdas atau bodoh; inteligensi seseorang dapat dilihat dalam caranya orang tersebut berbuat atau bertindak. Selanjutnya menurut Munandir (2001) inteligensi juga merupakan istilah umum untuk menggambarkan ‘kepintaran’ atau ‘kepandaian’ orang.
Berdasarkan uraian di atas, maka inteligensi dapat diartikan sebagai suatu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mencapai suatu tujuan. Kemampuan tersebut meliputi kecakapan berpikir dan bertindak dengan memanfaatkan semua potensi yang ada pada diri manusia. Akal merupakan potensi yang dominan digunakan dalam hal kecakapan berpikir. Dalam hal kecakapan bertindak, di samping bertindak, di samping akal masih banyak potensi lain yang cukup berperan, antara lain: penginderaan, perasaan, keinginan, dan kemauan. Kecakapan berpikir seseorang akan mengacu pada kecerdasan kognitifnya, sedangkan kecakapan bertindak, terutama dalam berinteraksi dengan lingkungannya, akan mengacu pada kecerdasan emosionalnya.
Baca juga Hubungan Intelegensi dengan Kreatifitas dan Pengertian Spiritual Quotient