Metode-Metode Psikologi Pendidikan

Sebelunya kita telah sama-sama melihat tentang Metode Penelitian Psikologi dan Pengertian Psikologi Menurut Para Ahli. Kajian tentang Metode penelitian psikologi yang telah kita bahas adalah bagian A dan B yaitu tentang Metode Eksperimen dan Kuesioner. Kali ini kita lanjutkan ke bagian C yaitu Metode Studi Kasus.

Metode-Metode Psikologi Pendidikan

C. Metode studi kasus

Studi kasus (case study) ialah sebuah metode penelitian yang digunakan untuk memperoleh gambaran yang rinci mengenai aspek-aspek psikologis seorang siswa atau sekelompok siswa tertentu. Metode ini, selain dipakai oleh para peneliti psikologi pendidikan, juga sering dipakai oleh peneliti ilmu-ilmu sosial lainnya karena lebih memungkinkan peneliti melakukan investigasi (penyelidikan dengan mencatat fakta) dan penafsiran yang lebih luas dan mendalam.

Instrumen atau alat pengumpul data (APD) yang digunakan dalam studi kasus bisa bermacam-macam terutama yang dapat mengungkapkan variabel yang sukar ditentukan dalam satuan jumlah tertentu (Tardif, 1987). Selanjutnya karena kesimpulan-kesimpulan yang ditarik dari hasil studi kasus biasanya sulit dijadikan tolak ukur yang berlaku umum (digenerali­sasikan), studi tersebut sering diikuti dengan investigasi dan suvey lain yang berskala lebih besar. Tetapi, dalam hal subjek yang diteliti, studi kasus relatif sama dengan metode penyelidikan klinis yakni hanya terdiri atas seorang individu atau kelompok kecil individu.

Fenomena dan peristiwa yang diselidiki dengan metode ini lazimnya terus-menerus diikuti perkembangannya selama kurun waktu tertentu. Bahkan seorang peneliti psikologi pendidikan terkadang memerlukan waktu bertahun-tahun untuk menghimpun bahan-bahan berupa data dan informasi yang akurat, yang tepat dan cermat, mengenai seorang individu atau sekelompok kecil individu. Studi kasus akan memerlukan waktu yang lebih lama lagi apabila dipakai untuk menyelidiki fenomena genetika (karakteristik keturunan) yang dihubungkan dengan aktivitas pendidikan. Dalam hal ini, studi biasanya dimulai sejak seorang anak berusia muda (balita umpamanya) hingga berusia tertentu (remaja misalnya) untuk mendapatkan pengertian yang tepat mengenai aspek-aspek perkembangan yang perlu diperhatikan demi kepentingan praktik kependidikan untuk anak tersebut.

D. Metode penyelidikan klinis

Pada mulanya, metode penyelidikan klinis atau sebut saja metode klinis (clinical method) hanya digunakan oleh para ahli psikologi klinis atau psikiater. Dalam metode ini terdapat prosedur diagnosis dan penggolongan penyakit kelainan jiwa serta cara-cara memberi perlakuan pemulihan (psy­chological treatment) terhadap kelainan jiwa tersebut.

Jean Piaget adalah yang mula-mula memanfaatkan metode penyelidikan klinis tersebut untuk kepentingan pendidikan. Piaget telah sering menggunakan metode ini untuk mengumpulkan data dengan cara yang unik yakni interaksi semu alamiah, (quasi-natural) antara peneliti dengan anak yang diteliti (Reber, 1988).

Dalam hal pelaksanaan penggunaannya, peneliti menyediakan benda­benda dan memberi tugas-tugas serta pertanyaan-pertanyaan tertentu yang boleh diselesaikan oleh anak secara bebas menurut persepsi dan kehen­daknya. Kemudian, setelah data dari hasil penyelidikan pertama diangkat dan diberi perlakuan khusus (misalnya dianalisis sekilas), peneliti me­ngajukan lagi pertanyaan atau tugas tambahan untuk mendukung data yang terhimpun sebelumnya.

Selanjutnya perlu dicatat bahwa metode penyelidikan klinis pada umumnya hanya diberlakukan untuk menyelidiki anak atau siswa yang mengalami penyimpangan psikologis tak terkecuali penyimpangan perilaku (maladaptive behavior/misbehavior). Oleh karenanya, penggunaan

sarana dan cara yang dikaitkan dengan metode tersebut selalu memper­hatikan batas-batas kesanggupan siswa. Sama halnya dengan metode eksperimen yang dilakukan dalam laboratorium, metode klinis juga mementingkan intensitas dan ketelitian yang sungguh-sungguh.

Sasaran yang akan dicapai oleh penelitian dengan penggunaan metode l linis terutama untuk memastikan sebab-sebab timbulnya ketidaknormalan perilaku seorang siswa atau sekelompok kecil siswa. Kemudian, berdasarkan kepastian faktor penyebab itu penelitian berupaya memilih dan menentukan cara-cara yang tepat untuk mengatasi penyimpangan tersebut.

E. Metode observasi naturalistik

Metode observasi naturalistik (naturalistic observation) adalah sejenis observasi yang dilakukan secara alamiah. Dalam hal ini, peneliti berada di dalam objek yang diteliti atau ia tidak menampakkan diri sebagai orang yang sedang melakukan penelitian.

Pada mulanya, observasi naturalistik lebih banyak digunakan oleh para ahli ilmu hewan (ethologist) untuk mempelajari perilaku hewan tertentu, misalnya perkembangan perilaku ikan jantan terhadap ikan betina fazeison, 1975). Kemudian, metode observasi naturalistik digunakan oleh psikolog sosial untuk meneliti peranan kepemimpinan dalam sebuah masyarakat atau untuk meneliti sekelompok orang yang memerlukan terapi, (perawatan dan pemulihan) yang bersifat kemasyarakatan. Selanjutnya, metode ini juga digunakan oleh para psikolog perkembangan, para psikolog kognitif, dan para psikolog pendidikan.

Dalam hal penggunaannya bagi kepentingan penelitian psikolog pendidikan, seorang peneliti atau guru yang menjadi asistennya dapat mengaplikasikan metode observasi ilmiah itu lewat kegiatan pengajaran atau belajar-mengajar dalam kelas-kelas regular, yakni kelas tetap dan biasa, bukan kelas yang diadakan secara khusus. Selama proses belajar-mengajar berlangsung, jenis perilaku siswa yang diteliti (misalnya, kecepatannya membaca) dicatat dalam lembar format observasi yang khusus dirancang sesuai dengan data dan informasi yang akan dihimpun.

Sumber : Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru