Interaksi dalam Pembelajaran Melalui Model Pembelajaran Kooperatif

Berbagai macam inovasi dalam pembelajaran telah dilakukan, bahkan pada aspek yang awalnya luput dari perhatian. Akan tetapi sepertinya selalu saja ada hal yang perlu diperbaiki terus menerus muncul. Perbaikan ini dilakukan demi tercapainya pembelajaran yang efektif.

Pada dasarnya kegiatan pembelajaran itu sendiri merupakan proses interaksi antara guru dan siswa. Salah satu hal yang memegang peranan penting bagi keberhasilan pembelajaran adalah proses pelaksanaannya. Pengajaran berintikan interaksi antar guru dengan siswa atau sebaliknya antara siswa dengan guru dalam proses belajar mengajar. Proses interaksi ini, guru melakukan kegiatan mengajar dan siswa belajar. Kegiatan mengajar dan belajar ini, bukan merupakan dua hal yang terpisah tetapi bersatu, dua hal yang menyatukannya adalah interaksi tersebut.

Interaksi dalam Pembelajaran Melalui Model Pembelajaran Kooperatif

Namun, interaksi dalam kegiatan pembelajaran menjadi kurang maksimal ketika kegiatan pembelajaran didominasi oleh guru yang menjadi sumber informasi utama. Khususnya di dalam proses pembelajaran, interaksi antara guru dan anak didik sangatlah penting sebab kondisi anak didik yang beragam, kemampuan anak didik yang beragam. Jika guru hanya terfokus pada kegiatannya sendiri, maka akan terjadi blank (kekosongan) pada anak didik. Untuk itu, antara guru dan anak  didik harus selalu berinteraksi, tidak hanya guru yang aktif melainkan anak didik juga harus aktif. Misalkan, jika anak didik merasa tidak mengerti materi pelajaran, maka seharusnya mereka mengatakannya pada guru sehingga guru mengerti bahwa ada anak didiknya yang belum mengerti dan guru dapat menjelaskan materi yang ia bawakan kembali. Ini adalah salah satu bentuk interaksi antar siswa guru. Pembelajaran Kooperatif

Kurikulum saat ini seolah menuntut guru untuk menyelesaikan materi sesuai jadwal pendidikan yang terperinci dalam silabus seolah tanpa memerhatikan keadaan siswa. Sehingga sangat dilematis sekali jika harus mengajar terus-menerus. Tidak hanya itu, guru juga menjadi dilemma dalam menentukan  cara yang baik untuk mengajar.. Mengaktifkan hubungan timbal balik atau interaksi antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam peritiwa belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru dengan siswa, tetapi berupa interaktif edukatif agar tujuan pembelajaran tercapai. Khususnya pelajaran matematika yang banyak siswa anggap sangat susah dan membosankan. Materi matematika yang sangat sarat akan konsep menjadi alasan utama bagi guru untuk berfikir sacara maksimal mencari cara penyajian materi matematika di dalam “kelas” agar sesuai dengan perkembangan siswa, mampu mengaktifkan kegiatan kelas secara menyeluruh sekaligus mampu merangkul semua interaksi yang tejadi di dalamnya, baik intetaksi guru-siswa maupun interkasi siswa-siswa.

Interaksi pembelajaran harus diciptakan sedemikian rupa sehingga anak didik bisa tertarik dan menyenangkan untuk belajar. Model pembelajaran juga harus tepat disesuaikan dengan materi dan tidak monoton. Keadaan seperti ini akan mengarah pada pencapaian hasil pembelajaran yang efektif. Sayangnya, kenyataan demikian terlihat bahwa pada saat penyajian materi guru lebih dominan di dalam kelas dengan menerapkan model pembelajaran langsung yang dikombinasikan dengan beberapa metode yaitu ceramah, diskusi, tugas dan tanya jawab. Akan tetapi metode pembelajaran langsung ini tidak secara keseluruhan dapat menarik minat, motivasi dan antusias siswa untuk belajar matematika. Suasana demikian cenderung membuat siswa diam dan pasif ditempat duduk mendengar dan menerima materi dari guru. Jika mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran, siswa pada umumnya malu dan takut untuk bertanya kepada guru apalagi siswa yang berkemampuan rendah mereka cenderung diam dan enggan dalam mengemukakan pertanyaan atau pendapat. Hal ini secara langsung melumpuhkan interaksi yang seharusnya terjadi.

Sangat terlihat bahwa fokus utama kajian ini adalah interaksi dalam pembelajaran. Oleh karena dirasa perlu mengubah pembelajaran langsung yang terfokus pada guru sebagai pusat pembelajaran menjadi pembelajaran berkelompok (kooperatif) sehingga kegiatan pembelajaran menjadi berfokus pada siswa. Dalam makalah ini penulis menawarkan pembelajaran kooperatif sebagai solusi dari masalah di atas sehingga  penulis mengangkat judul makalah “Mengupayakan terciptanya Interaksi dalam Pembelajaran Matematika melalui model Kooperatif”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis  merumuskan masalah dalam makalah ini adalah “Bagaimana mengupayakan terciptanya interaksi dalam pembelajaran  matematika melalui  model kooperatif ”

Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui terciptanya interaksi dalam pembelajaran matematika melalui model  kooperatif

Pembelajaran Kooperatif

            Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimna guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud.

            Pembelajaran kooperatif mengacu kepada metode pembelajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk saling membantu mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif siswa diharapkan untuk saling membantu, berdiskusi, berdebat, saling menilai pengetahuan terbaru dan saling mengisi kelemahan dalam pemahaman masing-masing.

Orlich, et al (2007: 274) menyebutkan 5 (lima) karakteristik pembelajaran kooperatif.  Karakteristik yang dimaksud adalah 1) menggunakan kelompok kecil tiga atau empat orang siswa 2) berfokus pada penyelesaian tugas-tugas, 3) terjadi kerja sama dan interaksi kelompok, 4) tanggung jawab pribadi untuk belajar, dan 5) mendukung kerja kelompok.

              Benar bahwa tidak semua belajar kelompok kecil adalah kooperatif. Sering kali pengajaran dalam bentuk kelompok kecil tidak menjamin berlangsungnya suatu pembelajaran atau kerjasama, yang diharapkan adalah interaksi terjadi antara siswa dengan siswa maupun antara siswa dengan guru, dimana lebih mampu berperan aktif dan bekerja sama dalam kegiatan belajar kelompok, lebih mampu mentransfer pengetahuan kepada pasangannya, dan lebih berani mengemukakan pendapat maupun mengajukan pertanyaan pada saat diskusi yang melibatkan seluruh kelas.

Interaksi yang mendalam dan terarah dalam pembelajaran melalui diskusi maupun bentuk partisipasi intraktif  mendukung pemahaman mendalam dan prestasi siswa. Dengan itu, interaksi kelompok dalam pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengembangkan  intelejensi interpersonal  yang berkaitan dengan kemampuan seseorang menjalin relasi dan komunikasi dengan berbagai orang, dengan kata lain mengembangkan keterampilan sosial (social skill). Beberapa komponen keterampilan social adalah kecakapan berkomunikasi, kecakapan bekerja kooperatif  dan kolaboratif, serta solidaritas.

Kesimpulan

Interaksi dalam pembelajaran adalah proses pengajaran yang mengembangkan kegiatan siswa yang optimal, sehingga menumbuhkan siswa belajar aktif.

Bentuk interaksi dalam proses pembelajaran diantaranya guru berperan sebagai pemberi aksi dan siswa sebagai penerima aksi, guru dan siswa dapat berperan sama, guru dengan siswa tetapi juga melibatakan interaksi dinamis antara siswa dengan siswa lainnya.

Interaksi kelompok dalam pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan  keterampilan sosial yang terdiri dari beberapa komponen yaitu kecakapan komunikasi, kecakapan bekerja kooperatif dan kolaboratif, serta solidaritas.

Saran

Pemakalah mengharapkan agar makalah ini bisa menjadi sempurna maka diharapkan partisipasi teman-teman untuk memberikan kritik dan saranya yang membangun untuk menjadikan lebih baik

DAFTAR PUSTAKA

Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning, (Teori & Aplikasi Paikem) . Surabaya: Pustaka Pelajar

Cuteki. 2012. Pengertian belajar Matematika.http://Guru-matc-offline- blogspot.com. Diakses pada tanggal 26 November 2012 pukul 09 WITA.

Sardiman, A.M.  2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo

http://www.scribd.com/doc/45904266/Proses-Belajar-Mengajar-Matematika. Diakses pada tanggal 26 November 2012 pukul 09 WITA.

Baca juga Jurnal Pendidikan matematika dan Kesalahan Konseptual dan Prosedural