Berikut ini akan saya postingkan sebuah jurnal pendidikan matematika yang telah ditranslate dalam Bahasa Indonesia. Jurnal ini berjudul : “Superitem Test : An alternatif Assessment Tool to Assess Students’ Algebraic Solving Ability”. Silakan membaca, semoga bermanfaat.
TES SUPERITEM : SEBAGAI ALAT PENILAIAN ALTERNATIF UNTUK MENILAI KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH ALJABAR
Superitem Test: An Alternative Assessment Tool to Assess Students’ Algebraic Solving Ability
Lim Hooi Lian & Wum Thiam Yew
Latar Belakang
Penilaian berperan penting dalam mengetahui kemajuan pemahaman siswa dalam belajar. Menurut Webb, Norman dan Briars (1990), penilaian adalah interaksi antara guru dan siswa diamana guru berusaha untuk memahami apa yang siswa dapat lakukan dan memahami bagaimana seorang siswa mampu melakukannya. Sebagai konsekuensinya, penilaian prosedur dan praktek-praktek harus direvisi dan diperbaiki dalam memberikan informasi yang berguna dalam perubahan pembelajaran. oleh karena itu, penilaian alternatif dianggap lebih baik dalam memberikan gambaran yang lengkap kepada guru tentang pemahaman siswa terhadap materi pelajaran matematika. Selain itu, penilaian alternatif akan mendorong perubahan teknik pembelajaran kearah berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah diantara siswa serta bersifat otentik atau nyata daripada penilaian tradisional. Dalam penelitian ini, peneliti mengeksplorasi jenis penilaian alternatif yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi pemahaman siswa apa yang telah dipelajarinya dan bagaimana mengidentifikasi konsepsi dan kesalahpahaman siswa. jenis penilaian alternatif yang dimaksud adalah tes Superitem. Tes Superitem digunakan untuk menunjukkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dalam materi aljabar khususnya persamaan linear.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut:
“Apakah Tes Superitem dapat menilai kemampuan siswa dalam memecahkan masalah pada materi aljabar khususnya persamaan linear ?”
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai kemampuan siswa kelas 9 SMP di Malaysia dalam memecahkan masalah materi aljabar khususnya persamaan linear pada pokok bahasan pola Linear (bergambar)
Kerangka Teoritik
Pengertian Tes Superitem
Tes Superitem adalah tes yang dikembangkan berdasarkan taksonomi SOLO yang digunakan sebagai alat penilaian alternatif untuk memantau perkembangan kemampuan kognitif siswa dalam memecahkan masalah matematika (Collis, Romberg dan Jurdak (1986), Lam & Foong (1998), Wilson & Iventosh (1988)). Tes Superitem terdiri dari situasi masalah dan empat tingkatan item yang kompleks dan saling terkait. Situasi masalah terdiri atas tes, gambar atau grafik, sementara item terdiri atas 4 tingkatan penalaran berdasarkan taksonomi model SOLO meliputi:
- Unistructural, Pelajar berfokus pada satu atau beberapa informasi yang relevan untuk memberikan respon terhadap realitas konkret yang terlibat langsung dalam masalah. Sebagai contoh, pelajar menggunakan dan mengacu objek konkret (gambar) yang diberikan dalam stem untuk menemukan pola berikutnya dari pola berikutnya
- Multistructural, Pelajar mengambil informasi yang lebih relevan untuk mendapatkan solusi, tetapi tidak mengintegrasikan. Misalnya pelajar mulai mengidentifikasi hubungan antara pola variabel dan mampu menjelaskan bagaimana pola tersebut berpindah dalam urutan.
- Relasional, Pelajar mengintegrasikan semua aspek informasi yang diberikan masing-masing ke dalam struktur yang koheren. Dengan kata lain informasi yang di berikan cukup untuk memecahkan masalah
- Extended Abstrak, pelajar menggeneralisasikan struktur menjadi baru dan lebih abstrak.
Penggunaan Tes Superitem untuk Menilai Kemampuan Pemecahan Masalah Aljabar
Saat ini ada kesepakatan umum dari para peneliti matematika mengenai aljabar tentang pola dan hubungannya. Para peneliti menentang pendekatan konvensional dalam menilai aljabar sebagai serangkain aturan abstrak mengenai x’, s dan y’, s, struktur formal, memanipulasi simbol dan keterampilan hafalan dengan alasan bahwa aljabar sebagai alat pemecahan masalah , metode untuk mengekspresikan hubungan, menjelaskan, menganalisis, dan menjelajahi sifat matematika dalam berbagai situasi masalah (Day & Jones, 1997; Fernandez & Anhalt, 2001; NCTM, 1988; Iman & Sirine, 2007)
Banyak peneliti dan guru matematika telah memfokuskan penyelidikan tentang pendahuluan dan pengembangan kemampuan pemecahan aljabar yang dilihat dari pendekatan yang berbeda yaitu generalisasi, pemecahan masalah, pemodelan dan fungsional. Namun , sebagai bagian perubahan pendekatan instruksional dan teknik penilaian yang digunakan untuk mengevaluasi kemajuan menuju tujuan-tujuan baru baik untuk mengevaluasi kinerja siswa dan studi tentang efektivitas pendekatan pembelajaran baru. Tetapi muncul pertanyaan tentang bagaimana menilai kemampuan pemecahan aljabar yang baru, mungkin menjadi masalah bagi banyak guru.
Untungnya, model SOLO (Structure Observed Learning Outcome) telah memberikan wawasan tentang penilaian alternatif kemampuan kognitif dan menuju pendekatan baru dalam pembelajaran di kelas. Isi dan struktur item penilaian ini dapat dirancang berdasarkan model SOLO untuk melatih siswa mengembangkan keterampilan berpikir .
Metode Penelitian
Jenis penelitian pada jurnal ini adalah penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menilai kemampuan pemecahan aljabar siswa berbasis pada model SOLO.
Subyek Penelitian
Subyek Penelitian dalam jurnal ini adalah siswa kelas 9 salah satu SMP di Malaysia. Penetapan subjek penelitian berdasarkan nilai matematika yang diperoleh siswa pada saat ujian semester, nilai siswa diurutkan dari peringkat tertinggi sampai rendah. Maka dipilihlah 9 siswa yang akan diwawancarai berdasarkan nilai yang diperoleh (3 siswa dengan nilai berkategori rendah, 3 siswa dengan nilai berkategori sedang, 3 siswa dengan nilai berkategori tinggi)
Instrument Penelitian
Instrument penelitian ini adalah
- Pedoman Wawancara
- Tes Superitem model SOLO dengan 8 pertanyaan (4 gambar pola linear, Unistructural, Multistructural, Relasional, abstrak diperpanjang)
Contoh Tes Superitem :
Masalah : Kereta Segitiga
Lihatlah kereta segitiga dibawah ini. Panjang kereta segitiga ditentukan oleh jumlah segitiga sama sisi yang panjangnya 1 cm. Keliling kereta segitiga 5 cm dan panjangnya 3 cm
Unistruktural
Berapa keliling kereta segitiga jika panjang adalah 4 (Garis interior tidak dihitung sebagai bagian dari keliling)
Jawab. 6 cm
Multistruktural
Berapa keliling kereta segitiga jika panjang (jumlah kereta) adalah 6 dan 15
Jawab. 8 cm dan 17 cm
Relasional
- Berapa keliling segitiga jika panjang (jumlah kereta) adalah h ? jawab. h + 2
- Coba tulislah persamaan linear untuk menemukan keliling kereta segitiga untuk setiap panjang kereta segitiga. jika diketahui r adalah keliling dan s adalah panjang. jawab. r = s + 2
- Jika kereta segitiga memiliki keliling 50 cm , berapa panjang ? Cobalah terapkan persamaan linear untuk memecahkan masalah ini.jawab. 50 = s + 2 ; s = 48
Extended Abstrak
Dapatkah anda mencoba untuk menunjukkan pola baru kereta dan membentuk persamaan linear jika diketahui keliling (r) dan panjang untuk setiap kereta (s) ?
jawab. R = 2s + 2 (kereta persegi)
r = 2s + 4 (heksagon kereta)
Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam jurnal ini adalah analisis data Kualitatif dalam bentuk kata-kata atau tulisan yang diperoleh dari hasil wawancara. Setiap sesi wawancara berlangsung selama antara 30 menit sampai satu jam.
Hasil Penelitian
Hasil penelitian jurnal ini hanya membahas pada 3 orang dari 9 orang siswa yang terlibat dalam penelitian ini, yaitu Zul, Sri, dan Seal. 4 faktor yang diselidiki dari penelitian ini dengan tujuan untuk mengungkapkan kemampuan pemecahan masalah aljabar pada gambar pola linear. Adapun 4 faktor yang diselidiki sebagai berikut.
Menyelidiki pola numerik berikutnya.
Hasil analisis wawancara : Ketiga siswa mampu memecahkan dan menjawab dengan benar mencari pola urutan nomor berikutnya. adapun wawancara antara peneliti ( R ) dengan ketiga siswa ( Sri, Seal, Zul ) sebagai berikut:
R : Tolong beri tahu saya, bagaimana anda mendapatkan jawaban pertanyaan item itu ?
Sri : (menghitung sisi segitiga dalam gamabar yang diberikan). saya menghitung setiap sisi segitiga untuk mendapatkan jawabannya.
R : Bagaimana anda mendapatkan jawaban itu ?
Seal: (menunjuk pada gamabar), saya menghitung dari sini. AB, AD, DF, EF, CE, dan SM
Menyelidiki pola dengan menggunakan rumus-rumus yang sesuai.
Hasil analisis wawancara : Sri dan Seal tidak lagi menggunakan gambar untuk mendapatkan jawaban, tetapi menggunakan nilai-nilai tertentu kedalam bentuk aritmatika. Sedangkan, Zul tidak dapat menemukan pola linear dalam gambar. Zul menjawab pertanyaan dengan menggunakan gambar untuk menghitungnya.
Menyelidiki nilai yang tidak diketahui dengan menggunakan huruf.
Hasil analisis wawancara : Sri dan Seal mampu mentransferkan bentuk arimatika ke dugaan abstark. mereka dapat menghubungkan simbol yang tepat dalam bentuk aljabar untuk melakukan perhitungan. Sedangkan, Zul tidak dapat menggunakan konsep aljabar atau tidak dapat menghubungkan pola numerik kedugaan abstrak
Menulis persamaan linear untuk membuat pola
Hasil analisis wawancara : Sri dan Seal mampu membuat persamaan linear berdasarkan informasi yang diberikan. Sedangkan, Zul tidak mampu menggunakan persamaan linear atau membuat persamaan linear dari informasi yang diberikan.
Penerapan aturan untuk memecahkan masalah
Hasil analisis wawancara: Sri dan Seal mampu menganalisis atau menemukan aturan yang berlaku. Namun, Sri tidak mampu menerapakan karena kesalahpahaman pengunaan operasi antara perkalian dan pembagian.
Membuat generaliasasi untuk pola baru atau situasi baru dengan membentuk solusi alternatif.
Hasil analisis wawancara : dari ketiga siswa, hanya Seal yang mampu membuat pola baru sebagai solusi alternatif dalam memecahkan pertanyaan d (Extended Abstak). Seal mampu membuat pola linear dari informasi/pertanyaan yang diberikan untuk membentuk persamaan linear baru. dari hasil ini simpulkan bahwa Zul dikategorikan dalam tingkat mulistructural (rendah), Sri dikategorikan dalam tingkat relasional (sedang) dan Seal dikategorikan dalam tingkat Extended Abstrak (tinggi)
Pembahasan dan Kesimpulan
Pembahasan
Tes Superitem diklaim dapat diterapkan dalam menilai kemampuan kognitif siswa dalam memecahkan masalah matematika (Collis, Romberg dan Jurdak (1986), Lam & Foong (1998), Wilson & Iventosh (1988)). Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang berada pada tingkat relasional dan extended abstrak (kemampuan tinggi) mampu mengkoordinasikan semua informasi yang diberikan untuk membuat pola aljabar dan persamaan linear yang digunakan pada konsep aljabar linear. Hasil ini juga didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan Levis, 2009 dan Moooney, 2002 menemukan bahwa siswa yang berada pada tingkat extended abstrak mampu mengintegrasikan dan mengeneralisasi semua konsep dan ide-ide yang relevan dalam memecahkan suatu masalah matematika. Sedangkan, siswa yang berada pada tingkat unistructural dan multistructural (kemampuan rendah) menunjukkan kemampuan pada metode perhitungan yang dipahami saja dan tidak mampu menghubungkan pola persamaan linear yang diberikan. Selain itu, hasil penelitian ini menunjukan bahwa Zul dan Sri mengalami kesalahpahaman dalam menghubungkan huruf dan angka serta kesalahpahaman penggunaan operasi pembagian dan perkalian.
Kesimpulan
Penggunaan tes Superitem model SOLO tidak hanya menyarankan menulis beberapa item pada format tes Superitem tetapi juga dapat digunakan oleh guru dalam menilai kemampuan siswa memecahkan masalah matematika khususnya pada materi aljabar.
Lihat juga Contoh Proposal Penelitian Deskriptif dan Kumpulan Judul Skripsi Matematika