Pengertian dan Perlunya Supervisi Pendidikan

Pengertian Supervisi Pendidikan

Secara histories mula-mula diterapkan konsep supervisi yang tradisional, yaitu pekerjaan inspeksi, mengawasi dalam pengertian mencari kesalahan dan menemukan kesalahan dengan tujuan untuk diperbaiki perilaku supervisi yang tradisional ini disebut snooper vision, yaitu tugas memata-matai untuk menemukan kesalahan, kemudian berkembang supervisi yang bersifat ilmiah yakni sistematis, obyektif dan menggunakan alat pencatat yang dapat memberikan informasi.

Dalam dictionary of education good carter (1959) memberi pengertian bahwa supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru serta merivisi tujuan-tujuan pendidikan, bahkan pengajaran dan metode serta evaluasi pengajaran.

Dalam  bukunya Adam dan Dickey (1959) mendefenisikan supervisi adalah program yang berencana untuk memperbaiki pengajaran.

Boardman (1953) mendefenisikan supervisi adalah suatu usaha menstimulasi, mengkoordinasi dan membimbing secara kontinyu pertumbuhan guru-guru disekolah baik secara individual maupun secara kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran. Berbeda dengan  Mc Nercy (1951) yang melihat supervisi itu sebagai suatu prosedur memberi arah serta mengadakan penilaian secara kritis terhadap proses pengajaran.

Thomas J Sergiovani dan Robert J. Stairat (1979) mengemukakan bahwa supervisi adalah suatu proses yang digunakan di sekolah oleh seseorang yang bertanggung jawab pada suatu aspek atau yang lainnya dari tujuan sekolah dan secara langsung orang lain bergantung padanya untuk membantu mencapai tujuan-tujuan itu.

Daresh (1989) mendefinisikan supervisi sebagai suatu proses mengawasi kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan organisasi.

Dari berbagai definisi tersebut, kelihatannya ada kesepakatan umum bahwa kegiatan supervisi ditujukan untuk perbaikan pengajaran. Perbaikan itu dilakukan melalui peningkatan kemampuan profesional guru dalam melaksanakan tugasnya.

Dan semua definisi yang diuraikan di depan bersifat umum. Perkembangan konsep supervisi pendidikan selanjutnya sudah menuju kepada sasaran yang khusus. Sudah ada yang membedakan supervisi pendidikan dalam pengertian yang luas dan ada yang melihat supervisi dalam batasan yang spesifik yaitu pengajaran. Robins mengemukakan pendapat bahwa supervisi pendidikan sebagai suatu aktivitas pengarahan langsung terhadap aktivitas bawahan.

Perlunya Supervisi Pendidikan

Perlunya supervisi pendidikan bertolak dari keyakinan dasar bahwa guru adalah suatu profesi, selalu tumbuh dan berkembang agar dapat melakukan fungsinya secara profesional

Kegiatan yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan supervisi antara lain :

  1. Membangkitkan dan merangsang semangat guru-guru dan pegawai sekolah lainnya dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya
  2. Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkapan termasuk macam-macam media intruksional yang diperlakukan bagi kelancaran jalannya proses belajar mengajar yang baik
  3. Bersama guru-guru berusaha mengembangkan, dan menggunakan metode-metode baru dalam proses belajar mengajar.
  4. Membina kerja sama yang baik dan harmonis antara guru dan murid, dan pegawai sekolah lainnya.
  5. Berusaha meningkatkan mutu dan pengetahuan guru-guru, pegawai sekolah, antara lain dengan mengadakan workshop, seminar, in-service- training atau up-grading.

Sehubungan dengan arti supervisi jelaslah bahwa fungsi pokok pemimpin sekolah sebagai supervisor terutama ialah membantu guru-guru dalam mengembangkan potensi mereka sebaik-baiknya. Oleh karena itu ada dua metaforaz untuk menggambarkan pentingnya sumber daya guru. Pertama; jabatan guru diumpamakan dengan sumber air, sumber air mengalir terus menerus, bila tidak, maka sumber air itu akan kering. Demikian juga bila seorang guru tidak pernah  diajarkan, maka ia tidak mungkin memberi ilmu dan pengetahuan dengan cara yang lebih menyegarkan kepada peserta didik. Kedua jabatan guru diumpamakan dengan sebatang pohon buah-buahan, pohon itu tidak akan berbuah lebat, bila akar induk pohon itu tidak menyerap zat-zat makanan yang berguna bagi pertumbuhan pohon itu. Begitu juga dengan jabatan guru, setiap guru harus belajar terus menerus, membaca informasi yang paling baru, mengembangkan ide-ide yang kreatif. Bila tidak, guru tidak mungkin mengajar dengan pernah gairah dan penuh kebugaran, gairah dan semangat kerja yang tinggi memungkinkan guru dapat menciptakan situasi belajar yang mengajar yang menyenangkan peserta didik. Itulah sebabnya diperlukan usaha mengembangkan sumber daya pendidikan khususnya sumber daya manusia, salah satunya adalah tenaga guru.

DAFTAR PUSTAKA

Husba Mustafa, Strategi Membangun Kinerja Supervisor Pendidikan, Al. Print, Makassar, 2007.

Soetjipto dan Kasasi Raflis, Profesi Keguruan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. 2004.

Sahertian, Piet A, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, Penerbit; Rineka Cipta, Jakarta. 2000.

Purwanto Ngalim, Administrasi Dan Supervisi Pendidikan, Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. 1987