Cara Belajar Anak Kecil

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ketika kita seperti kebanyakan siswa, maka mengawali materi ini dengan satu antisipasi dan kewaspadaan yang bercampur-baur, misalnya dengan menggunakan psikologi pendidikan sebagai bagian dari suatu program pendidikan.

Permasalahan belajar pada anak dapat disebabkan oleh berbagai macam sebab, misalnya faktor inteligensi, faktor lingkungan dan faktor gizi. Anak yang belajar sebagian besar ingin mendapatkan kegembiraan, karena itu menangislah seorang anak bila tidak mendapatkan kesempatan melakukan aktivitas yang diinginkan.

Tujuan

Adapun tujuan pembuatan makalah ini yaitu agar para pembaca dapat memahami cara belajar anak melalui makalah ini.

Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

  1. Apakah pengertian belajar secara umum?
  2. Bagaimanakah cara belajar anak kecil?
  3. Apasajakah yang menjadi permasalahan belajar bagi anak?

BAB II

PEMBAHASAN

Orang dewasa belajar, dengan berusaha mencapai tujuannya yang terletak di luar aktivitas itu, sedang anak kecil belajar dengan mencapai tujuan yang terletak dalam aktivitas itu.  Artinya dengan aktivitas belajarnya akan nampak jelas kekhususan arti belajar bagi anak, dan dari belajarnya yang khusus  itu si anak akan merasakan kegembiraan. Kegembiraan itulah tujuan yang  akan dicapai  si anak. Karena itu menangislah si  anak yang  tidak mendapatkan kesempatan untuk melakukan aktivitas yang diinginkan.

Di dalam belajar, si anak memerlukan bantuan dari benda-benda sebagai alatnya sedang orang dewasa belajar tidak terlalu memerlukan bantuan dari benda-benda. Inilah sebabnya dikatakan anak learning by doing, sedang orang dewasa dikatakan dengan learning by the thinking. Hal ini disebabkan karena anak masih hidup di dalam dunia konkret (dunia nyata) sedang orang dewasa sudah dapat meninggalkan dunia nyata ke dunia abstrak atas bantuan kemampuan berpikirnya.

Pengertian Belajar Pada Umumnya

Pendapat para ahli berbeda-beda dalam mendefinisikan pengertian belajar disebabkan oleh dasar berpikir, landasan psikologi yang dipergunakan untuk merumuskannya, keyakinan hidupnya, filsafatnya, dan sebagainya.

Dr. Winarno Sarachmad, M. Sc. Ed. Berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses perubahan yang terjadi pada diri manusia.[1] Namun rumusan ini kurang lengkap sebab, banyak sekali yang mudah berubah pada diri0 manusia yang juga melalui proses tetapi tidak menghasilkan apa-apa. Misalnya seorang yang semula merasakan adanya rasa  sakit pada dirinya dan dengan pertolongan dokter rasa sakit itu hilang tapi tidak menyebabkan dimilikinya itu bergantung pada identitas atau kesungguhan.

Cara Anak Kecil Belajar

Dengan penjelasan tentang pengertian belajar secara umum seperti di atas maka akan menjadi mudah  untuk mengikuti bagaimana cara bagi atau anak kecil belajar.

Dalam hal ini para ahli psikologi membedakannya menurut fungsi jiwa, yang mana daripada si anak itu yang dipergunakan untuk melayani aktivitasnya. Di bawah ini diberikan keterangan dari beberapa contoh.

  1. Belajar instinktif, yaitu belajar yang berwujud perkembangannya segala kemampuan yang telah ada pada anak sejak dilahirkannya, tanpa bantuan dari luar.  Hal ini dapat kita lihat dari perkembangan anak baik,  sampai kanak-kanak, dari keadaan tidak berdaya, sampai dapat menyusu, kemudian makan dan minum sendiri, dari belum dapat bergerak, sampai dapat bergerak, membalikkan diri merangkak berdiri kemudian berjalan. Dari belum mengenal apa-apa sampai dapat menggunakan segala sesuatu yang dilihatnya dan sebagainya. Hal itu semua, kecakapan yang dimiliki oleh anak dengan tidak direncanakan oleh si anak dan tidak disadari oleh anak itu sendiri melainkan oleh karena adanya dorongan dari dalam. Kalaupun ada pengaruh dari luar itu hanya sedikit sekali sehingga hampir tidak nampak kecuali dalam hal cepat atau lambatnya perkembangan itu.
  2. Belajar Dari Pengalaman. Dari belajar dengan instink seperti yang telah dijelaskan di atas nampak adanya cara-cara yang mengalami perbedaan melakukannya pada si anak kecakapan yang baru, apakah hilangnya rasa sakit itu hasil  dari belajar? Benar, bahwa belajar itu merupakan suatu proses. Artinya, berlangsungnya itu memakan jumlah waktu, yang panjang/pendeknya sangat ditentukan oleh masalahnya, oleh individu yang belajar,  dan oleh sarana dan prasarana yang tersedia. Berhentinya proses itu adalah pada saat tujuan belajar itu tercapai. Siapakah yang  menentukan tercapai nya tujuan belajar, tentulah individu yang belajar itu sendiri, yaitu pada saat kebutuhannya terpenuhi. Proses itu sendiri dapat berisi latihan, misalnya; belajar berenang, menari, bermain sepak bola, menyanyi, dapat berisi mengadakan percobaan (studi eksperimen). Dapat berisi mengadakan pertandingan (studi eksplorasi) dapat berisi mencari pengalaman (studi empiris) dapat juga berisi membaca, baca buku (study literary) juga dapat berisi mencari data dari dokumen-dokumen (study dokumentasi) Dalam hal tersebut biasanya dipergunakanlah cara-cara atau metode-metode tertentu, yang sesuai dan yang terbaik. Sehingga tujuannya dapat tercapai dengan baik tanpa membuang banyak waktu, tenaga dan biaya. Bila aktivitas yang menjadi isi proses itu telah selesai dilaksanakannya maka terjadilah kecakapan baru, secara fisis atau psikis. Yang secara fisis misalnya menjadi lebih tangkas, terampil, dan cermat dan sebagainya. Sedangkan secara psikis antara lain menjadi lebih cakap berpikir, mudah memproduksi ingatan, dapat melukiskan isi perasaannya dengan lancar dan sebagainya yang itu semua belum ada pada individu tersebut sebelum berlangsungnya proses tadi Tentang apakah hasil itu sudah atau belum memuaskan si individu itu sendiri tentu saja hal, misalnya dari cara yang kurang sempurna, menjadi lebih sempurna. Hal ini disebabkan oleh  karena pengalaman si anak. Dari hal cara menyusu, cara berjalan, dan sebagainya, kita lihat adanya cara yang lebih sempurna dibanding dengan sebelumnya. Adanya perbaikan cara itu adalah karena adanya pengalaman si anak sehingga dilihat dari hasilnya pun akan lebih memuaskan.
  3. Belajar Dari Pembiasaan. Perubahan cara melakukan yang ditemukan sendiri oleh si anak kita namakan belajar dari pengalaman. Tapi  bila cara-cara yang baru itu dengan sengaja diusahakan oleh orang lain, oleh ibu atau ayahnya. Misalnya, dengan berulang-ulang dan terus menerus sampai anak dapat melakukannya sendiri dengan benar maka, belajar semacam itu kita sebut belajar dengan pembiasaan. Dalam hal   inilah  orang tua secara kodrat melakukan tugasnya sebagai pendidik. Tingkah laku yang baik, cara-cara bicara dan  cara-cara yang lain disengaja dan dengan terus menerus dibiasakan kepada anak-anaknya, agar tingkah laku cara-cara berbicara dan lain-lainnya tadi dapat diterima oleh masyarakat sehingga tidak akan mengalami anak bila pada saatnya nanti menjadi anggota masyarakat yang baru. Dalam bentuk cara belajar si anak  tersebut di atas nampak benar adanya satu faktor  yang sangat memberi bantuan kepada si anak faktor tersebut adalah kemampuan untuk meniru, dengan kemampuan untuk meniru ini, maka tidak dijumpai kesukaran baginya untuk memilih kemampuan yang lain, dari lingkungan hidupnya. Dari kemampuan menyesuaikan diri dari lingkungannya. Tegasnya karena adanya tuntutan dari lingkungan, maka anak agar dapat  tetap hidup yang didorong dari dalam untuk dapat menyesuaikan diri ini, tumbuh makin lama makin kuat sehingga berubah dalam bentuk kemampuan untuk meniru. Bila kita amati benar, maka sebagian besar dari perbuatan yang kita miliki dan kita lakukan sekarang ini pun berasal dari meniru.

Permasalahan Belajar

Permasalahan belajar meliputi anak-anak yang mempunyai kesulitan dalam mempelajari pengetahuan yang diharapkan diperoleh di sekolah.

  1. Permasalahan membaca. Anak dengan kesulitan membaca disebut dialektis. Andai anak tersebut mempunyai keterbelakangan membaca yang besar di banding dengan teman-temannya sebaya dalam sekolah dasar.  Menurut Stanovic bahwa pada kesulitan membaca yang mula-mula dapat diberikan latihan kesadaran fenomis agar dapat terhindar dari akibat matthew yang bertumpuk-tumpuk.[2] Bagi mereka yang sudah terlanjur mempunyai kesulitan membaca  yang sungguh-sungguh dapat dianjurkan untuk memberikan banyak latihan membaca, menunjukkan suatu kata sekilas mungkin dapat memperkuat proses recording.
  2. Permasalahan Berhitung. Anak dengan permasalahan belajar biasanya mempunyai keterbelakangan besar dalam berhitung dibanding dengan teman-teman sebayanya. Di samping itu mereka juga tidak dapat menerapkan pengertian yang mereka miliki pada permasalahan berhitung yang ia hadapi (Karaemor, dkk). Keterbelakangan yang dialami oleh anak dengan kesulitan belajar dalam soal hitungan cerita mungkin disebabkan oleh sebab yang sama dengan sebab kesulitan yang dialami anak yang tanpa kesulitan belajar, yang lebih mudah. Dalam perkembangan yang normal anak yang lebih mudah tadi belum mempunyai pengertian yang cukup mengenai permasalahan yang ada pada soal hitungan dengan teks atau cerita. Anak dengan permasalahan ini dapat dibantu dengan mempelajari cara-cara penyelesaiannya yang dapat dipelajari dari anak-anak lain tanpa permasalahan berhitung. Hal ini antara lain ditunjukkan dengan melatih mereka dalam membuat gambaran yang benar mengenai soal-soal hitungan dan teks.

DAFTAR PUSTAKA

Monks, F.J. dan AMP  Knoers. 1998. Psikologi Perkembangan dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta; Gadjah Mada University Press.

Sujanto, Agus. 1988. Psikologi Perkembangan. Surabaya; Aksara Baru

Woolfolk, Anita E. 2004. Mengembangkan Kepribadian dan Kecerdasan Anak-anak. Jakarta: Inisasi Press.

 

 


[1]Agus Sujanto, Psikologi Perkembangan, (Cet. 6; Surabaya : Aksara Baru, 1984), h. 18.

[2]F.J. Monks dan AMP Roney, Psikologi Perkembangan Pengantar  dalam Berbagai Bagian-bagiannya (Cet. II; Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1998), h. 363.