Proposal Skripsi Biologi : Peningkatan Hasil Belajar Biologi Melalui Metode Karya Wisata

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pendidikan nasional bertujuan untuk membebaskan manusia dari kebodohan dan kemiskinan oleh karena itu, pemerintah terus berupaya untuk penyempurnaan kurikulum, penyediaan fasilitas, pemantapan proses belajar mengajar dan lain sebagainya. Usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional ditentukan oleh guru itu sendiri, karena gurulah yang berperan penting dalam proses belajar mengajar oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.[1] Dan tidak kalah pentingnya adalah guru dituntut untuk menampilkan kepribadian yang mampu menjadi teladan bagi siswa, maupun menciptakan situasi yang dapat menunjang perkembangan belajar, termasuk motivasi siswa untuk belajar.

Kemampuan sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pengelolaan berbagai sumber daya lainnya. Peranan sumber daya manusia yang berkualitas sangat penting dalam upaya untuk mengarahkan dan merumuskan kebijakan yang stabil. Sumber daya manusia yang merupakan aset yang paling berharga dan memegang peranan penting bagi kesinambungan dan kelangsungan pembangunan. Dengan demikian, sumber daya manusia setiap waktu harus dikembangkan, dikelola dan direncanakan semaksimal mungkin. Guna mewujudkan tujuan di masa akan datang sesuai dengan visi dan misi yang diinginkan.

Berdasarkan upaya yang telah dilaksanakan pemerintah sebagai pihak yang bertanggung jawab secara langsung terhadap penyelenggaraan pendidikan untuk meningkatkan mutu kualitas pendidikan. Salah satunya adalah melalui penyempurnaan kurikulum, peningkatan profesionalisme guru dalam menemukan peserta didik.

Berbagai upaya yang dilakukan guru di sekolah untuk meningkatkan hasil belajar siswa sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai. Salah satunya adalah guru harus terampil menggunakan pendekatan pembelajaran pada saat proses belajar mengajar berlangsung sehingga mudah dalam memahami materi-materi pelajaran yang sedang dipelajari dan dapat diaplikasikan dalam berbagai problem.

Dalam proses belajar mengajar, ada beberapa metode pengajaran yang dapat merangsang kreativitas dan minat siswa terhadap pelajaran, salah satunya adalah metode karya wisata, kadang-kadang dalam proses belajar siswa diselimuti perasaan-perasaan jenuh, malas, bosan dan lain-lain. Sehingga siswa perlu diajak keluar sekolah untuk meninjau tempat tertentu atau objek yang lain dalam rangka belajar, dalam hal karya wisata ini guru harus memberikan batasan-batasan tertentu sehingga siswa tidak hanya memanfaatkan waktu dan tempat itu sebagai ajang rekreasi, tetapi betul-betul memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataan secara langsung.

Hal tersebut telah menjadi fenomena hampir di semua sekolah khususnya di SMP Pesantren Darul Ulum Panaikang Kabupaten Bantaeng misalnya pada bidang study Biologi. Hasil belajar biologi di sekolah tersebut masih tergolong rendah karena masih banyak siswa yang mendapatkan nilai dibawah standar ketuntasan, mengingat bahwa mata pelajaran Biologi merupakan mata pelajaran  yang masuk dalam Ujian Akhir Nasional. Oleh karena itu, sebagai peneliti sangat tertarik untuk  melakukan penelitian di sekolah tersebut. Dalam upaya membuktikan bahwa metode karya wisata dapat merangsang kreativitas siswa dalam belajar, apalagi melihat keadaan bawa siswa lebih senang belajar di luar kelas dibanding di dalam kelas. Jadi metode karya wisata bukan sekedar rekreasi saja, tapi siswa bisa secara langsung melihat dan mengenal apa yang akan dipelajari.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk  mengetahui hasil belajar Biologi melalui metode karya wisata pada pokok bahasan keanekaragaman tumbuhan pada siswa kelas VII SMP Pesantren Darul Ulum Panaikang Kabupaten Bantaeng.

Rumusan Masalah

  1. Bagaimana hasil belajar biologi melalui penerapan metode karya wisata dalam pokok bahasan keanekaragaman tumbuhan pada siswa kelas VII SMP Pesantren Darul Ulum Panaikang Kabupaten Bantaeng ?
  2. Apakah hasil belajar biologi dalam pokok bahasan keanekaragaman tumbuhan dapat meningkat setelah penerapan karya wisata pada siswa kelas VII SMP Pesantren Darul Ulum Panaikang Kabupaten Bantaeng ?

Definisi Operasional Variabel

Metode karya wisata

Metode karya wisata merupakan cara penyajian dengan membawa siswa mempelajari materi pelajaran di luar kelas. Karya wisata memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dapat merangsang kreativitas siswa, informasi dapat lebih luas dan aktual, siswa dapat mencari dan mengelolah sendiri informasi yang telah didapatkan.

Dengan mengajak siswa kelas VII SMP Pesantren Darul Ulum Panaikang Kabupaten Bantaeng mengamati keanekaragaman tumbuhan secara langsung. Menjelaskan kepada siswa berbagai jenis tumbuhan berpembuluh dan tidak berpembuluh dengan menggunakan buku cetak Biologi SLTP Kelas VII sebagai bahan ajar.

Ciri-ciri metode karya wisata:

  1. Adanya objek yang akan dipelajari, misal hutan lindung
  2. Objeknya berada di luar kelas
  3. Hasil belajar biologi

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya, yang secara garis besarnya terbagi atas tiga bagian yaitu hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik. Namun pada penelitian ini, peneliti hanya meninjau pada hasil belajar kognitif saja. Hasil belajar kognitif yang dimaksud adalah kemampuan kognitif yang diperoleh siswa setelah diberi evaluasi hasil belajar biologi sebagai tingkat penguasaan bahan pelajaran setelah mendapat pengalaman belajar dalam kurun waktu tertentu. Kemampuan kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini sesuai dengan masalah yang ada adalah sebagai berikut:

Tujuan Penelitian

  1. Untuk mengetahui hasil belajar biologi melalui penerapan metode karya wisata dalam pokok bahasan keanekaragaman tumbuhan pada siswa kelas VII SMP Pesantren Darul Ulum Panaikang Kabupaten Bantaeng
  2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar biologi dalam pokok bahasan keanekaragaman tumbuhan dengan menggunakan metode karya wisata.

Manfaat penelitian

  1. Untuk siswa, dapat memahami konsep biologi dengan menggunakan metode karya wisata.
  2. Untuk guru, sebagai masukan dalam menentukan berbagai langkah penanganan terhadap siswa yang mengalami masalah dengan peningkataan hasil belajar biologi baik di sekolah maupun di luar sekolah.
  3. Untuk akademisi atau lembaga, menjadi bahan informasi dalam perkembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang pendidikan biologi.
  4. Untuk peneliti, menjadi masukan dan acuan dalam mengembangkan penelitian di masa mendatang serta menjadi referensi sebagai calon pendidik

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Metode Karya Wisata

Karya wisata ini merupakan metode yang mempunyai arti tersendiri yang berbeda dengan karya wisata dalam arti umum, karya wisata di sini yang dimaksud sebagai kunjungan keluar kelas dalam rangka proses belajar.

Karya wisata adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan membawa siswa mengunjungi obyek yang akan dipelajari.[2]

Metode karya wisata mempunyai peranan yang sangat penting dalam pendidikan IPA-Biologi. Karena karya wisata ini adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan ilmu pengetahuan alam khususnya pada pokok bahasan keanekaragaman tumbuhan.

Bila ditinjau dari pendidikan IPA, metode karya wisata juga memiliki arti penting karena cara pemecahan masalahnya lebih mudah diadaptasikan kepada situasi sehari-hari. Oleh karena itu, kegiatan karya wisata ini sangat luas mulai dari aktifitas sederhana, sampai kepada aktivitas yang sangat kompleks.[3]

Agar pelaksanaan metode karya wisata ini berjalan dengan lancar, maka dibutuhkan persiapan atau perencanaan yang matang sehingga seluruh waktu yang tersedia selama karya wisata dapat digunakan sebaik-baiknya. Persiapan atau perencanaan itu meliputi tindakan-tindakan sebagai berikut:

  1. Memperhitungkan jumlah siswa yang akan berkarya wisata
  2. Mempersiapkan perlengkapan belajar yang diperlukan dalam mempelajari objek
  3. Memberi penjelasan tentang cara membuat  atau menyusun laporan
  4. Memperhitungkan keadaan iklim, musim, dan cuaca
  5. Menjelaskan secara global keadaan objek yang akan dikunjungi.
  6. Membentuk kelompok-kelompok atau regu siswa dan menentukan tugas kegiatan untuk masing-masing kelompok
  7. Semua siswa melakukan observasi sesuai dengan tugas-tugas yang telah dibicarakan di kelas dan tetap berada pada kelompok yang telah ditentukan
  8. Semua siswa harus dengan teliti memperhatikan semua objek, mencatat dengan cermat mendengarkan wawancara atau informasi yang sedang diberikan oleh juru penerang.
  9. Semua siswa harus dapat memperoleh penjelasan yang sebaik-baiknya mengenai objek yang diamati karena di sinilah terletak kegiatan yang sesungguhnya dari metode karya wisata.

10. Pada umumnya siswa masih malu-malu bertanya untuk itu guru harus mendorong siswa untuk berani bertanya.[4]

Hasil Belajar Kognitif  Biologi

Hasil belajar kognitif diartikan sebagai nilai yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran melalui tes yang bekenaan dengan objek kognitif yang meliputi aspek pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.[5]

Menurut Bloom menyatakan bahwa hasil belajar kognitif meliputi beberapa aspek di bawah ini:

  1. Pengetahuan, yaitu tingkat kemampuan yang hanya meminta responden (testee) untuk mengenal atau mengetahui adanya konsep atau istilah-istilah, atau dapat menilai, atau dapat menggunakannya, dalam hal ini testee biasanya hanya dituntut untuk menyebutkan kembali atau menghafal saja.
  2. Pemahaman, yaitu tingkat kemampuan yang mengharapkan responden (testee) mampu memahami arti atau konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya.
  3. Aplikasi atau penerapan, yaitu responden dituntut kemampuannya untuk menerapkan atau menggunakan apa yang telah diketahui dalam situasi yang baru baginya.
  4. Kemampuan analisis, yaitu tingkat kemampuan responden untuk menganalisis atau menguraikan suatu integritas atau situasi tertentu ke dalam komponen-komponen atau unsur-unsur pembentuknya.
  5. Kemampuan sintesis, yaitu penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam suatu bentuk yang menyeluruh.
  6. Evaluasi, dengan kemampuan evaluasi testee diminta untuk membuat suatu penilaian tenteng suatu pernyataan, konsep, situasi dan berdasarkan kriteria tertentu. [6]

Evaluasi hasil belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guna memberikan informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang telah dicapai siswa.[7]

Ada beberapa tujuan dilakukannya evaluasi antara lain sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai.
  2. Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa dalam kelompok kelasnya.
  3. Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar.
  4. Untuk mengetahui sejauh mana siswa telah mendayagunakan kapasitas kognitifnya (kemampuan kecerdasan yang dimilikinya) untuk keperluan belajar.
  5. Untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna strategi, pendekatan, dan metode mengajar yang telah digunakan guru dalam proses belajar-mengajar.[8]

Penilaian pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa dan hasil mengajar guru. Dan merupakan informasi belajar atau hasil mengajar berupa kompetensi dasar yang dikuasai dan yang belum dikuasai oleh siswa. Hasil belajar siswa digunakan untuk memotivasi siswa dan untuk perbaikan serta peningkatan kualitas pembelajaran oleh guru.[9]

Selain dari tujuan, evaluasi juga mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut:

  1. Berfungsi sebagai penempatan, yaitu untu mengetahui keadaan siswa dan mengukur kesiapannya serta tingkat pengetahuan yang dicapai sehubungan dengan pelajaran yang akan diikutinya sehingga ia dapat ditempatkan pada posisinya yang tepat berdasarkan bakat, minat, kesanggupan, dan keadaan lainnya agar ia tidak mengalami hambatan dalam mengikuti setiap program.
  2. Berfungsi formatif (formative test), yaitu untuk memantau kemajuan belajar siswa guna memberikan umpan balik baik kepada siswa maupun kepada pendidik.
  3. Berfungsi sebagai diagnostik, yaitu untuk mengetahui masalah-masalah apa yang dialami oleh siswa katika ia mengalami kesulitan dalam belajar.
  4. Berfungsi sumatif (sumative test), yaitu untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan.[10]

Dari penjelasan-penjelasan di atas, dapat dinyatakan bahwa hasil belajar mempunyai kemampuan yang sangat penting dalam pendidikan, bahkan kualitas pendidikan dicerminkan antara lain oleh siswa pada mata pelajaran yang telah dipelajari di sekolah. Oleh karena itu, prestasi belajar penekanannnya pada hasil yang dicapai dari suatu kegiatan atau aktivitas. Prestasi belajar sebagai suatu hasil pendidikan yang diperoleh siswa setelah melewati proses pendidikan dalam jangka waktu tertentu (misalnya SMP selama tiga tahun). Sebagai kesimpulan dari hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah ia melakukan proses belajar baik dalam bidang studi tertentu maupun dalam suatu cakupan kurikulum sekolah dengan menggunakan tes standar sebagai alat ukur untuk mengetahui adanya perubahan dalam aspek kecakapan, tingkah laku, dan keterampilan yang dimiliki oleh siswa bersangkutan.

Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Karya Wisata

Langkah-langkah kegiatan belajar mengajar adalah sebagai berikut:

  1. Seseorang memiliki motivasi dan melihat suatu tujuan tertentu yang menjadi incentive untuk dicapai.
  2. Dengan sadar ia memimpin perhatiannya ke arah tujuan itu dan mengerahkan tenaga yang ada padanya ke arah tujuan tersebut.
  3. Secara inteligen ia berusaha mencoba (trial and confirmation activity) menemukan suatu metode atau cara baru untuk mencapai tujuan atau memperbaiki metode yang telah ia miliki.
  4. Ia menggunakan pengalaman-pengalaman yang lampau yang telah ia miliki (pengalaman apersepsi) terhadap tugas-tugas yang dihadapinya; mengadakan diferensiasi atas unsur-unsur yang ada di dalam situasi sekarang dengan maksud menghayati metode secara tepat; dan menyatu padukan semua jawaban-jawaban yang telah dikembangkan menjadi suatu jawaban yang baru sama sekali yang tingkatannya lebih tinggi.

Di dalam proses mendiferensisasikan (membeda-bedakan, memisah-misahkan) dan penyatupaduan itu ia menghilangkan atau membuang metode-metode yang tidak cocok, melaksanakan jawaban yang benar dan menjadikan metode yang baru menjadi pola kelakuan baru yang dapat digunakan ke dalam situasi lain.

Keanekaragaman Tumbuhan

Kita ketahui bahwa dengan tumbuh-tumbuhan di dunia ini yang sangat banyak jumlahnya sehingga jika tidak diklasifikasikan maka kita akan sulit mengenalnya satu persatu. Pengelompokan yang dilakukan tentu saja berdasarkan ciri-ciri tertentu yang dimiliki oleh tumbuhan itu.

Secara umum tumbuhan memiliki sejumlah ciri yakni memiliki batang, akar, dan daun. Namun ternyata ada  beberapa jenis tumbuhan yang tidak memiliki batang, akar dan daun tetap disebutkan dan dikelompokkan sebagai tumbuhan.

Tumbuhan dibedakan menjadi 2, tumbuhan tidak berpembulu dan tumbuhan berpembulu. Tumbuhan tidak berpembulu strukturnya masih sangat sederhana, kelompok tidak berpembulu meliputi tumbuhan ber sel satu dan bersel banyak. Sedangkan tumbuhan berpembulu adalah tumbuhan yang sudah tampak akar, batang dan daun yang sejati dan mempunyai ikatan pembulu.[11]

Kerangka Berpikir

Seorang guru harus cermat dan pandai dalam memilih metode mengajar yang cocok untuk materi yang diajarkan sehingga dapat menunjang keberhasilan dalam poses belajar mengajar. Pemilihan metode mengajar yang kurang tepat akan berdampak pada kurang optimalnya proses belajar mengajar yang pada akhirnya berimbas pada hasil pembelajaran yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Materi yang disajikan dengan metode yang tepat akan lebih mudah dipahami oleh siswa serta tidak membosankan, sehingga memberikan hasil yang memuaskan. Jadi keberhasilan dalam proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh metode pembelajaran.

Salah satu metode yang tepat yang dapat digunakan dalam pembelajaran biologi adalah metode karya wisata. Penggunaan metode karya wisata menekankan pada aktivitas proses belajar siswa. pengetahuan ditemukan sendiri oleh siswa sehingga sangat kuat tersimpan dalam ingatannya dan dapat menemukan rasa puas dalam dirinya. Perlu disadari bahwa hasil belajar yang rendah bukan sepenuhnya oleh faktor guru sebagai pendidik, tetapi juga dari faktor siswa itu sendiri.

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dugunakan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan merupakan suatu pencarian sistematik yang dilaksanakan oleh para pelaksana program dalam kegiatannya sendiri, jika dalam pendidikan dilakukan oleh guru, dosen, kepala sekolah, dan konselor dalam mengumpulkan data tentang pelaksanaan kegiatan, keberhasilan, dan hambatan yang dihadapi untuk kemudian menyusun rencana dan melakukan kegiatan-kegiatan penyempurnaan.[12]

Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama yang meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi secara berulang.[13]

Subjek Penelitian

Pada penelitian tindakan kelas tidak lagi mengenal populasi dan sampel karena dampak perlakuan hanya belaku bagi subjek yang dikenai tindakan saja.[14] Dari penjelasan ini, maka  peneliti menetapkan siswa kelas VII SMP Pesantren Darul Ulum Panaikang Kabupaten Bantaeng sebagai subjek yang dikenai tindakan dalam penelitian. Karena hasil belajar siswa di kelas tersebut berada dalam kategori yang rendah sehingga mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar siswa di kelas tersebut.

Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam dua siklus dan dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Siklus pertama dilaksanakan selama dua minggu dan siklus kedua juga dilaksanakan selama dua minggu. Adapun hal-hal yang penting dilakukan pada kedua siklus tersebut tercakup dalam hal yaitu:

  1. Merancang siklus (perencanaan)
  2. Melaksanakan tindakan
  3. Memantau tindakan yang dilakukan (pengamatan)
  4. Mengadakan refleksi.[15]

Selanjutnya diuraikan gambaran kegiatan yang dilakukan dalam masing-masing siklus penelitian sebagai berikut:

Gambaran Umum Siklus I

Tahap Perencanaan

  1. Menelaah kurikulum Biologi SMP Pesantren Darul Ulum Panaikang Kabupaten Bantaeng
  2. Mempelajari bahan yang diajarkan dari berbagai sumber
  3. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
  4. Merancang dan membuat kisi-kisi serta soal sebagai alat evaluasi

Tahap Pelaksanaan

Siklus I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan sebanyak 6 jam pelajaran (6 x 45 menit).

Pertemuan I (1 x 45 menit)

Mengadakan tes awal kepada siswa tentang keanekaragaman tumbuhan dengan menggunakan soal pilihan ganda.

Pertemuan II (3 x 45 menit)

  1. Memberikan materi tentang keanekaragaman tumbuhan (tumbuhan berpembulu dan tumbuhan yang tidak berpembulu.
  2. Peneliti memperlihatkan kepada siswa mengenai tumbuhan yang berpembulu dan tumbuhan yang tidak berpembulu yang ada di lapangan.
  3. Setiap siswa diberikan kesempatan untuk bertanya tentang apa yang belum dimengerti.

Pertemuan ketiga (2 x 45 menit)

  1. Membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil observasi lapangan
  2. Mengadakan tes akhir dan seluruh hasil observasi serta hasil tes siklus I dianalisis

Observasi

Observasi selain dilakukan peneliti juga dilakukan oleh kolaborator (guru Biologi SMP Pesantren Darul Ulum). Semua kejadian dicatat baik oleh kolaborator (guru Biologi SMP Pesantren Darul Ulum Panaikang Kabupaten Bantaeng) maupun peneliti.

Refleksi

Hasil yang didapatkan dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis demikian pula hasil evaluasinya, apakah kegiatan yang telah dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil analisis pada tahap ini digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan siklus selanjutnya sehingga yang dicapai pada siklus berikutnya sesuai dengan yang diharapkan dan hendaknya bisa lebih baik dari siklus sebelumnya.

Gambaran Umum Siklus II dan siklus berikutnya

Perencanaan Tindakan

Pada siklus II dan seterusnya prosesnya sama dengan siklus I, tapi setiap pergantian siklus peneliti tetap memperhatikan siswa yang kurang aktif di lapangan serta memiliki hasil akhir yang tidak mencapai target supaya diupayakan untuk lebih baik pada siklus berikutnya:

Tahap pelaksanaan

  1. Membentuk dua kelompok dimana kelompok yang satu adalah semua siswa yang memiliki hasil tes akhir yang tidak memuaskan sedangkan kelompok yang satunya lagi adalah siswa yang memiliki hasil tes akhir sudah memuaskan
  2. Peneliti memberikan perhatian khusus kepada kelompok yang memiliki nilai rendah
  3. Pada akhir siklus diadakan tes.

Refleksi

Mengumpulkan semua data yang telah diperoleh dari beberapa siklus yang telah dilakukan, kemudian dibuat suatu kesimpulan mengenai peningkatan hasil belajar siswa melalui metode karya wisata.

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan adalah

  1. Tes awal, dilaksanakan sebelum masuk pada siklus I
  2. Tes akhir, dilaksanakan pada setiap akhir siklus

Prosedur Pengumpulan Data

  1. Data awal diperoleh dari hasil tes awal yang dilaksanakan sebelum siklus I dimulai
  2. Data mengenai tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran dikumpulkan dengan menggunakan tes pada setiap akhir siklus.

Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis kuantitatif dan analisis kualitatif

Analisis kuantitatif

Untuk  analisis kuantitatif digunakan statistik deskriptif dengan tujuan untuk  menjawab rumusan masalah.

  1. Membuat tabel distribusi frekuensi dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1)     Menentukan rentang nilai, yaitu data terbesar dikurangi data terkecil

R = Xt – Xr

Keterangan : R = Rentang nilai

Xt = Data terbesar

Xr = Data terkecil

2)     Menentukan banyak kelas interval

K = 1 + (3,3) log n

Keterangan : K = Kelas interval

n = Jumlah siswa

3)     Menghitung panjang kelas interval

p = R/K

Keterangan : p = panjang kelas interval

R = Rentang nilai

K = Kelas interval

4)     Menentukan ujung bawah kelas pertama

5)     Membuat tabel distribusi frekuensi.[16].

Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif ini digunakan peneliti untuk  menjawab rumusan masalah. Adapun untuk  keperluan analisis kualitatif akan digunakan skala lima berdasdarkan teknik kategorisasi standar yang diterapkan oleh departemen pendidikan dan kebudayaan yaitu:

  1. Nilai 0 – 34 dikategorikan “sangat rendah”
  2. Nilai 35 – 54 dikategorikan “rendah”
  3. Nilai 55 – 64 dikategorikan “sedang”
  4. Nilai 65 – 84 dikategorikan “tinggi”
  5. Nilai 85 – 100 dikategorikan “sangat tinggi”[17]

Dan untuk  mengetahui ketuntasan belajar siswa dapat dikategorikan sebagai berikut:

  1. Tingkat penguasaan siswa 0 – 64 dikategorikan “tidak tuntas”
  2. Tingkat penguasaan siswa 65 – 100 dikategorikan “tuntas”[18]

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi.. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008.

Departemen Pendidikan Nasional. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Fisika. Sulawesi Selatan, 2003.

Depdikbud, Pendidikan Nasional. Cet. II; Jakarta: Katalog Klode Putra Timur, 1995.

Djarwoto dan Pangesti. Statistik Induktif. Cet. I; Yogyakarta: BPFE, 1992.

Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional. Cet. VII; Bandung: Rosdakarya, 2008.

S, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Cet. II; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.

Sabri, Ahmad. Strategi Belajar Mengajar Mikro Teaching. Cet. II; Ciputat: Quantum Teaching, 2007.

Safei. Strategi Belajar Mengajar. Laboratorium Biologi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar, 2007.

Soetjipto dan Raflis Kosasi. Profesi Keguruan. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004.

Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2006

Sudjana, Nana. Dasar-dasar Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2002.

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004.

Tiro, Muhammad Arif. Dasar-Dasar Statistika. Makassar: Universitas Negeri Makassar, 2000.

Wahyu, Asep. Biologi untuk SLTP Kelas I. Bandung: Lubuk Agung, 2002.


[1]E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (Cet. VII; Bandung: Rosdakarya, 2008), h. 37.

[2]Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar Mikro Teaching (Cet. II; Ciputat: Quantum Teaching, 2007), h. 61.

[3]Safei, Strategi Belajar Mengajar (Laboratorium Biologi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar, 2007), h. 75.

[4]Ahmad Sabri, op.cit., h. 61-63.

[5]Nana Sudjana,  Penilaian Hasil Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 22.

[6]Ngalim, Purwanto. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 43

[7]Soetjipto dan Raflis Kosasi. Profesi Keguruan. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), h. 162.

[8] Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h. 142

[9]Departemen Pendidikan Nasional. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Fisika. (Sulawesi Selatan, 2003), h. 25.

[10]Mukhtar,  Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta: CV Misaka Galiza, 2003), h. 155.

[11]Asep Wahyu, Biologi untuk SLTP Kelas I (Bandung: Lubuk Agung, 2002), h. 42-47

[12]Nana Syaodih Sukmadinata. Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h.  139.

[13]Arikunto, Suharsimi. Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h. 3.

[14]Ibid., h. 27

[15]Ibid., h. 17.

[16] Muhammad Arif Tiro,  Dasar-Dasar Statistika. (Makassar: Universitas Negeri Makassar, 2000), h. 116.

[17]Depdikbud, Pendidikan Nasional (Cet. II; Jakarta: Katalog Klode Putra Timur, 1995), h. 23.

[18]Ibid.