Aliran London (Fonologi Prosodi)

Pada tahun (1890-1960) seorang guru besar pada Universitas London yang bernama John R. Firth telah mengemukakan sebuah teorinya mengenai fonologi prosodi. Karena itulah, teori yang dikembangkannya tersebut kemudian dikenal dengan nama aliran Forosodi; tetapi disamping itu dikenal pula dengan nama aliran firth, atau aliran Firthian, atau aliran London.

Fonologi prosodi adalah suatu cara untuk  menentukan arti pada  tataran fonetis. Dimana fonologi prosodi tersebut terdiri dari satuan-satuan fonematis berupa unsur-unsur segemental; yakni konsonan, vokal, sedangkan satuan prosodi berupa ciri-ciri atau sifat-sifat struktur yang lebih panjang daripada suatu segmen tunggal.

Aliran London atau biasa juga disebut fonologi prosodi adalah  suatu cara untuk menentukan arti pada tataran fonetis. Dimana arti pada pokok tataran fonematis tersebut yaitu berupa unsur-unsur segemental (consonant  dan vokal).

Dan adapun pokok-pokok prosodi tersebut terbagi atas tiga macam yakni sebagai berikut:

  • Frosodi yang menyangkut gabungan fonem; struktur kata, struktur suku kata, gabungan konsonan dan gabungan vokal
  • Frosodi yang terbentuk oleh sendi atau jeda artinya jeda atau persendian mempunyai hubungan erat dengan hentian bunyi dalam arus ujar. Kenapa disebut jeda? Yakni karena ditempat perhentian itulah terjadinya persambungan antara segmen  yang satu dengan segmen yang lainnya.

Jeda ini bersifat penuh dan dapat juga bersifat sementara, sedangkan seni biasanya dibedakan adanya sendi dalam (internal juncture) atau sendi luar (open juncture), dimana sendi dalam menunjukkan batas  yang lebih besar dari segmen silabel. Dalam hal ini, biasanya dibedakan:

  1. Jeda antara kata dalam frase diberi tanda berupa garis miring tunggal (/)
  2. Jeda antara frase dalam klausa diberi tanda berupa garis miring ganda (//)
  3. Jeda antara kalimat dalam wacana diberi tanda berupa garis silang ganda (#)

Sehingga dapat diketahui bersama bahwa dalam bahasa Indonesia sangat penting karena tekanan dan jeda itu dapat mengubah makna kalimat

  • Frosodi yang realisasi fonetisnya melampaui yang lebih besar dari pada fonem-fonem sopra segmental. Artinya bahwa arus ujaran merupakan tuntutan bunyi sambung bersambung terus menerus diselang-seling dengan jeda singkat atau jeda agak singkat, disertai dengan keras lembut bunyi, tinggi rendah bunyi, panjang pendek bunyi dan sebagainya. Dalam arus ujaran itu ada bunyi yang dapat disegmentasikan sehingga disebut bunyi segmental; tetapi berkenaan dengan keras lembut, panjang pendek, dan jeda bunyi tidak dapat disegmentasikan. Bagian dari bunyi tersebut disebut bunyi supra segmental atau prosodi. Dalam studi mengenai bunyi atau unsur supra segmental ini biasanya dibedakan pula atas; tekanan atau stress, nada atau pitch, jeda atau persendian.