Kelebihan & Kekurangan Metode Ceramah dalam Pembelajaran

Hi sahabat … Setelah kemarin membahas tentang Metode Ekspositori dalam Upaya Mengajar yang Efektif, kini kita akan membahas tentang Metode ceramah.

Metode Ceramah

Ceramah merupakan salah satu metode mengajar yang paling banyak digunakan dalam proses belajar mengajar. Metode ceramah ini dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik secara langsung atau dengan cara lisan. Penggunaan metode ini sifatnya sangat praktis dan efisien bagi pemberian pengajaran yang bahannya banyak dan mempunyai banyak peserta didik. Metode ceramah merupakan cara mengajar yang paling tradisional dan telah lama dijalankan dalam sejarah pendidikan, oleh karena itu metode ini boleh dikatakan sebagai metode pengajaran  tradisional karena  sejak dulu   metode   ini  digunakan sebagai alat komunikasi guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Metode ini sejak dulu sudah digunakan dalam mengembangkan dan mendakwakan agama Islam baik Nabi Muhammad saw maupun para Sahabat-sahabatnya. Kelebihan & Kekurangan Metode Ceramah dalam Pembelajaran. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pengertian metode ceramah, dapat kita lihat beberapa defenisi yang dikemukakan oleh para ahli yaitu:

  • Menurut Suryono

Metode ceramah adalah Penuturan atau penjelasan guru secara lisan, di mana dalam pelaksanaanya guru dapat menggunakan alat bantu mengajar untuk memperjelas uraian yang disampaikan  kepada murid-muridnya.[1]

  • Menurut  Roestiyah N.K

Metode ceramah adalah Suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan.[2]

  • Menurut Team Didaktik Metodik

“Metode ceramah adalah Penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelas”.[3]

Dengan berbagai macam pendapat yang penulis paparkan di atas, maka setelah dianalisa dengan baik dan seksama maka pada dasarnya pengertian itu sama, yaitu penulis mengambil kesimpulan bahwa metode ceramah merupakan suatu cara penyampaian informasi dengan lisan dari seorang kepada sejumlah pendengar di suatu ruangan. Kelebihan & Kekurangan Metode Ceramah dalam Pembelajaran

Metode ceramah merupakan metode mengajar yang paling banyak digunakan, hal ini mungkin dianggap oleh guru sebagai metode mengajar yang paling mudah dilaksanakan. Kalau bahan pelajaran dikuasai dan sudah ditentukan urutan penyampaiannya, guru tinggal menyajikannya di depan kelas. Siswa-siswa memperhatikan guru berbicara, mencoba menangkap apa isinya dan membuat catatan[4].

Gambaran pengajaran matematika dengan pendekatan metode ceramah adalah Guru mendominasi kegiatan belajar mengajar, defenisi dan rumus diberikan oleh guru, penurunan rumus atau pembutian dalil dilakukan sendiri oleh guru, diberitahukannya apa yang harus dikerjakan dan bagaimana menyimpulkannya, contoh-contoh soal diberikan dan dikerjakan pula sendiri oleh guru, langkah-langkah guru diikuti dengan teliti oleh siswa dan mereka meniru cara kerja dan penyelesaian yang dilakukan oleh guru.

Setiap metode pengajaran terdapat kelebihan dan kekurangannya termasuk metode ceramah. Adapun kelebihan dan kekurangan dari metode ceramah tersebut adalah sebagai berikut. Kelebihan & Kekurangan Metode Ceramah dalam Pembelajaran

Kelebihan Metode Ceramah

  1. Dapat menampung kelas besar, tiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk mendengarkan, dan karenanya biaya yang diperlukan menjadi relatif lebih murah.
  2. Konsep yang disajikan secara hirarki akan memberikan fasilitas belajar kepada siswa.
  3. Guru dapat memberi tekanan terhadap hal-hal yang penting hingga waktu dan energi dapat digunakan sebaik mungkin.
  4. Kekurangan atau tidak adanya buku pelajaran dan alat bantu pelajaran, tidak menghambat terlaksananya pelajaran dengan ceramah.[5]

Kekurangan Metode Ceramah

  1. Pelajaran berjalan membosankan dan siswa-siswa menjadi pasif, karena tidak berkesempatan untuk menemukan sendiri oleh konsep yang diajarkan. Sisawa hanya aktif membuat catatan saja.
  2. Kepadatan konsep-konsep yang diberikan dapat berakibat siswa tidak mampu menguasai bahan yang diajarkan.
  3. Pengetahuan yang diperoleh melaui ceramah lebih cepat terlupakan.
  4. Ceramah menyebabkan belajar siswa menjadi “Belajar Menghafal” yang tidak mengakibatkan timbulnya pengertian.[6]

Salah satu peran penting dalam kegiatan belajar mengajar adalah guru atau pendidik. Tugas guru adalah melihat apakah berbagai pengaruh yang ada disekeliling siswa telah dipilih dan diatur agar dapat mendorong timbulnya minat belajar dikalangan anak didik. Untuk bidang studi matematika, guru diminta agar tidak mendominasi kelas dan pengajaran supaya berpusat kepada anak atau siswa.

Sebenarnya dalam penggunaan metode ceramah pada proses belajar mengajar adalah metode yang sangat baik, dengan memperhatikan isyarat yang dikemukakan oleh Iman Al Gazali dalam M. Athiyah Al Abrasyi Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam

Seorang guru membatasi dirinya dalam berbicara dengan anak-anak sesuai dengan daya pengertiannya, jangan diberikan kepadanya sesuatu yang tidak dapat ditangkap oleh akalnya karena akibatnya ia akan lari dari pelajaran atau akalnya memberontak terhadapnya.[7]

Isyarat tersebut di atas harus diperhatikan oleh seorang guru di dalam memberikan pelajaran, karena ketika guru memberikan pelajaran yang tidak sesuai dengan materi pelajaran yang diterimanya atau tingkat kecerdasannya maka akan sangat fatal akibatnya bagi anak bahkan akan menimbulkan dekadensi belajar dan trauma bagi anak . Olehnya itu di dalam menyajikan suatu pelajaran bagi guru hendaknya sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan dan sesuai dengan tingkat pola pikir anak didik.


[1]Suryono, dkk, Teknik Belajar Mengajar Dalam CBSA, (Cet. I;Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h. 99

[2]Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), h. 137

[3]Team Didaktik Metodik, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM, (Cet. V; Jakarta: PT. Grafindo persada, 1995), h. 39

[4]Erman Suherman, dkk., op cit, h. 201

[5] Erman Suherman, dkk., op cit., h. 202

[6]Ibid

[7]M. Athiyah Al Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Bulan Bintang; Jakarta: 1979), h. 12