Objek Formal Ilmu Ekonomi. Setelah membahas objek materil ilmu ekonomi, kini kita akan melihat objek formalnya. Pola hubungan ini menurut hemat para pakar akan terus berlanjut sampai pada abad mendatang, lantaran keadaan tersebut diperparah oleh kebutuhan riil masyarakat dunia berkembang yang jumlah penduduknya negara-negara industri maju serta rendahnya mutu sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki.
Belum lagi Viciouscircle (lingkaran sebab akibat) ini terselesaikan atau terjawab dengan baik, saat ini negara berkembang pun mulai disibukkan dengan membanjirnya kiriman “limbah industri beracun’ yang dimuntahkan dari negara-negara industri maju. Suatu tindakan dari negara-negara industri maju yang tidak etis dipandang dari sudut manapun juga. Suatu tindakan yang tidak terbayangkan akan terjadi 100 tahun yang lalu namun akan banyak terjadi dalam 100 tahun akan datang. Namun itulah kenyataan sejarah, dimana negara-negara kuat memaksakan kehendaknya lewat berbagai cara terhadap negara-negara berkembang yang bargaining position-nya lemah. Pengiriman limbah industri beracun adalah juga merupakan pelanggaran etika hubungan inter nasional sekaligus mencerminkan kekuatan hukum rimba ‘survival for the fittest’.
Objek Formal Ilmu Ekonomi
Demikian sekelumit hal ikhwal masyarakat dunia industri maju dan dunia berkembang dalam kaitannya dengan hubungan antara ekonomi dan ekologi. Jika saja dalam tahun-tahun mendatang mutu SDM di negara-negara berkembang meningkat secara impresif, namun juga dibarengi pola hidup konsumtif dan standar gaya hidup (life style) yang begitu saja mengkopi persis seperti yang ada di negara-negara industri maju agaknya bisa dipastikan bahwa pengalaman negara industri maju akan terulang kembali untuk kesekian kalinya, bahkan tidak menutup kemungkinan jauh akan lebih parah antara pranata sosial yang ada dinegara-negara berkembang belum cukup siap untuk mewadahinya. Dan keduanya yakni pola hidup konsumtif negara-negara industri maju dan negara-negara berkembang yang paling terkena getahnya adalah alam lingkungan atau ekologi itu sendiri. Tidak heran jika vicious circle antara ekonomi dan ekologi sejak pertengahan kedua abad ke 20 mulai dibicarakan secara serius dalam forum-forum internasional. Suatu pembicaraan yang sangat jauh terlambat, namun masih berlaku ungkapan ‘better late than never’. Dari berbagai pertemuan dan kesepakatan internasional, agaknya belum memberikan harapan yang begitu jelas. Semuanya masih dalam taraf ‘on going process’ yang muncul belakangan, justru malah pembentukan blok-blok ekonomi dan perdangagan baru yang cenderung lebih protektif. Suatu bentuk blok perdagangan dan zona ekonomi yang cenderung merugikan dunia berkembang yang sedang ingin keluar dari fungsinya sekedar sebagai pemasok bahan baku dan bukan mentah dari negara-negara industri maju dan bukannya sebagai negara produsen. Lagi-lagi dari perkembangan baru ini dunia berkembang dirugikan untuk kesekian kalinya.