Ekskresi Kalium

Mineralocorticoid Escape. Bila hormon ini (mineralocortircoid) diberiikan pada orang normal maka tejadi retensi garam untuk suatu jangka waktu yang pendek. Hal ini  meningkatkan volume CES. Setelah CES meningkat maka reabsorbsi Na pada  tubulus proksimalis akan menurun, ini bukanlah suatu retensi terhadap efek dari steroid, tetapi suatu kompensasi dari ginjal terhadap efek dari steroid tersebut. Pemberian hormaon ini selanjutnya akan menyebebkan peningkatan ekskresi natrium

Hanya sebagian kecil Na difiltrasi akan di reabsorbsi dibawah pengaruh mineralocorticoid, sehingga transpor Na tetap berlangsung dengan baik walaupun hormon ini tidak ada. Hormon ini mepunyai efek pada tubulus distalis dan ductus kolectivus.

Sekresi aldosteron dari kelenjar korteks adrenal dirangsang oleh agiotensin yang dibentuk atas pengaruh enzim renin yang dihasilkan oleh JGA sebagai respon terhadap:

  1. Penurunan tekanan perfusi ginjal (renal perfusion pressure), Seperti pada keadaan perdarahan, peningkatan tonnus simpatis, dan penurunan volume cairan ekstrasel
  2. Penurunan jumlah natrium yang mencapai makula densa, misalnya bila intake garam berkurang. Sekresi aldesteron ju diranngsang oleh peningkatan kadar K plasma, yang mempunyai efek langsung pada sintesa aldesteron

4. Diuresis osmotik

Yang dimaksud dengan diuresis osmotik adalah meningkatnua aliran urine akibat meningkatnya ekskresi solut. Setiap peningkatan ekskresi solut akan diikuti pula dengan peningkatan ekskresi natrium. Osmotik diuresis dapat terjadi akibat pemberian bahan-bahan yang sukar di reabsorbsi misalnya mannitol, pemberian glukosa dalam jumlah yang melebihi transfer maksimumnya, intake Na yang berlebihan, infus NaCL, pemberian diuretik yang menghambat reabsorbsi  Na, meningkatnya ekskresi urea

Peningkatan kadar glukosa darah melewati renal thresholdnya yaitu dimana kapasitas reabsorbsi glukosa menjadi maksimal akan menyebabkan ekskresi glukosa dalam urine (misalnya pada penyakit diabetes mellitus). Meningkatnya  glokusa dalam cairan tubulus akan menyebabkan peningkatan jumlah solut yang tidak direabsorbsi. Akibatnya ekskresi Na meningkat dan kadar Na ekstrasel akan menurun (hiponatremia). Hal yang sama terjadi pada pemberian bahan-bahan yang sukar direabsorbsi seperti mannitol dan urea

5. Nonreabsorbed Anion Effect

Bila dalam lumen terdapat banyak anion yang tidak direabsorbsi maka lumen akan menjadi lebih negatif. Ini akan menahan kation dalam lumen agar jumlah anion dan kation yang diekskresikan adalah sama. Dengan demikian Na yang bermuatan positif akan dihambat reabsorbsi sehingga ekskresinya meningkat dalam urine. Anion-anion ini misalnya sulfat, fosfat dan PAH

6. Hambatan transport Na yang spesifik

Diuretika, seperti merkuri organik, thaizide, furosemide, ethacrynic acid, carbonic anhydrase inhibitor, semuanya mempunyai kemampuan untuk menekan transport Na atau CI pada tubulus. Carbonic anhydrase inhibitor (misalnya diamox) menghambat transport Na pada tubulus proksimalis dengan cara mengadakan interverensi pada reabsorbsi bicarbonat.

Osmolar Clearance (COSM)

Osmolar clearance adalah jumlah solut yang diekskresikan dibagi menjadi dengan osmilalitas plasma atau:

Cosm  = Uosm.V/ Posm

C osm adalah volume air yang dibutuhkan mengekskresikan solut dalam konsentrasi yang isoosmotik, jadi bila C osm = volume urine maka urine adalah isosmotic. Bila C osm lebih kecil dari volume urine maka urine adalah hipoosmotik (encer), sedang bila C osm lebih besar dari volume urin berarti urine adalah hiperosmotik (pekat)

Free Water Clearence (CH2 O)

Free water clearence adalah volume air ya harus ditamabahkan atau dikurangi dan volume urine semenit untuk menghasilkan urine yang isosmotik (isotonik) dimana

CH2O = C osm

Bila urine hiperosmostik C osm lebih besar dari V sehingga CH2O adalah negatif artinya air harus ditambahkan untuk memperoleh urine hiposmotik. Bila urine Hiposmotik, C osm lebih kecil dari V, sehingga CH2O adalah positif, artinya air harus dikurangi agar urine menjadi hisosmotik

Ekskresi Kalium

Kalium mengalami reabsorbsi ekskresi pada tubulus. Dari junlah K untuk difiltrasi pada glomeruli, kira-kira 15% yang diekskresikan dalam urine walaupun jumlah K yang diekskresikan adalah lebih kecil dari jumlah yang difiltrasi, ternyara K dalam Urine sebagian besar berasal dari hasil sekresi tubulus. Reabsorbsi K di mulai pada tubulus proksimalis yang merupakan suatu proses pasif dan dilanjutkan pada bagian bawah tubulus proksimalis sehingga hanya sedikit K yang mencapai tubullus distalis. Sekresi K dimulai pada tubulus distalis dan dilanjutkan sampai ke duktus kolectivus. Proses sekresi ini adalah proses pertukaran Na dan K

Reabsorbsi Na akan menciptakan suatu gradien elektris dimana lumen akan menjadi lebih negatif. Ini menyebabkan K akan berdifusi kedalam lumen oleh karena tubulus distalis adalah permeabel terhadap K. proses ini diimbangi  oleh proses transport aktif dari K sehingga jumlah K dalam lumen ditentukan oleh kedua proses ini. Bila Na dalam lumen berkurang maka difusi K akan menurun sehingga K akan lebih banyak diabsorbsi

Regulasi Ekskresi Kalium

1. Kadar kalium intrasel

Transport K terutama di pengaruhi oleh kadar kalium intra sel, terutama pada sel-sel tubulus distalis dan duktus kolectinvus. Kadar K intra sel ini ditentukan oleh kadar K plasma dan hidrasi sel. Bila air dalam sel berkurang akibat hipertonisitas CES maka sekresi K meningkat

2. Jumlah Na yang mencapai tubulus distalis

Jumlah Na yang mencapai tubulus distalis mempengaruhi pula ekskresi K, oleh karena reabsorbsi  Na menetukan sekresi K. peningkatan volume CES yang menyebabkan peningkatan ekskresi Na akan meningkatkan pula ekskresi K sehingga terjadilah “kalsiuresis”. Demikian pula halnya dengan pemberian diuretika yang meningkatkan ekskresi natrium.

3. Status asam basa

Alkalosis meningkatkan, sedang asidosis menekan sekresi kalium. Hal ini disebabkan oleh karena Uptake K dalam sel-sel tubulus distalis ditingkatkan oleh alkalosis dan ditekan oleh asidosis

4. Mineralokoticoid

Aldosteron merangsang ekskresi K sedangkan adrenalektomi menghambat sekeresi K pada tubulus distalis

5. Pemberian kalium

Pemberian K yang akut menyebabkan peningkatan ekskresi K sedangkan pemberian secara kronik menyebabkan terjadinya suatu toleransi terhadap K dimana terjadi penuimbulan kalium pada jaringan-jaringan

Fungsi Lengkungan Henle (Loop Of Henle)

Dalam lengkungan henle cairan isotonik yang kaya akan Na+ dan CI dari tubulus proksimalis akan mengalami penurunan dalam volume dan dirubah menjadi cairan hipotonik dengan bahan osmotik aktif utamanya berupa urine. Lengkungan henle melakukan hal ini dengan jalan reabsorbsi kira-kira 25% dari Na+ dan 20% air dari cairan tubuler dan menambahkan sejumlah urea. Lengkungan henle memegang peranan penting dalam mekanisme pemekatan dan pengenceran urine.

henle dari nefron kortikalis (kanan) hanya mencapai pertemuan antara bagian dalam dan  bagian luar medulla sedang lengkungan dari nefron JM (kiri) mencapai ujung papilla

Fungsi yang lain lengkungan henle

Lengkungan henle mengekskresikan K+ (pada bagian tipis dari parsdesendens) dan reabsorbsi K+ (pada bagian tipis dan tebal parsdensendens). Juga bagian tebal dari parsdesendens mengadaklan reabsorbsi Ca++