Otoregulasi & Sekresi Tubulus

Pembahasan kali ini adalah kelanjutan dari materi tentang Ekskresi pada Manusia dan Pengenalan. Selamat membaca.

Otoregulasi. Dari keterangan di atas terlihat bahwa perubahan dalam tekanan arteri sistematis yang terdiri dalam berbagai keadaan fisiologis diharapkan akan mempengaruh juga RBF dan GFR. Akan tetapi pemeliharaan jumlah dan glukosa melebihi nilai ini maka kelebihan glukosa tak dapat direabsorbsi lagi sehingga akan diekskresikan dalam urine

Gambar 3-8 memperlihatkan hubungan antara filtrasi reabsorbsi dan eksresi dan glukosa. Disini terlihat bahwa dengan meningkatnya kadar glukosa plasma, maka gluukosa filtrasi meningkat pula aka etapi reabsorbsi terlihat meningkat pula dan tetap sama besar dengan filtrasi sampai reabsorbsi mencapai suatu batas maximum. Bila kadar glukosa plasma ditingkatkan terus dan melewati suatu batas kritis (kadar glukosa plasma kritis) yang disebut “renal treshold” barulah glukosa muncul dalam urine (glukosuria). Peingkatan kadar glukosa selanjutnyaakan mengakibatkan peningkatan exkresi glukosa yang berjalan pararel dengan peningkatan filtrasi glukosa. Limitasi transport glukosa ini disebabkan oleh terlibatnya membrane carrier di dalam proses ini sehingga reabsorbsi glukosa terbatas sesuai dengan carrier yang tersedia pada sel-sel tubulus. Reabsorbsi glukosa terbatas pula pada tubulus proximalis

Berdasarkan hubungan antara kadar plasma kritis (threshold) dan kemunbulan suatu badan dalam urine maka dikenal:

  • Threshold Substances

Adalah bahan-bahan yang tidak akan muncil dalam urine sampai kadarnya dalam plasma mencapai suatu nilai yang disebut renal threshold. Misalnya glukosa, lysine, fosfat, dan sebagainya.

  • No-threshold Substances

Adalah bahan-bahan yang selalu muncul dalam urine tanpa memandang kadarnya dalam plasma. Khutbah Idul Fitri Terbaru dan SMS Lebaran

Asam Urat

Asam urat (uric acid) adalah hasil akhir dari metabolisme purine dan dikeluarkan melalui ginjal. Asam urat (uruc acid) mengalami filtrasi reabsorbsi dan sekresi pada tubulus ginjal. Pada laki-laki clearance asam urat kira-kira 10 % GFR. Reabsorbsi asam urat adalah aktif dengan suatu Tm dan terjadi pada tubulus proksimalis. Asam urat juga mengalami sekresi pada tubulus proximalis. Asam urat mengalami reabsorbsi secara bertahap sehingga asam urat yang diekskresikan hampis semua berasal dari asam urat diekskresikan.  Beberapa obet-obatan mempunyai efek erikosurik yaitu menyebabkan ekskresi asam urat dalam urine, misalnya salisilat. Reabsorbsi asam urat dihambat oleh probenecid sedangkan asam porazinoat (pyrazinoic acid) menghambat sekresi asam urat.

Walaupun sraksi ekskresi asam, urat pada laki-laki adalah sekitar 10 %, tetapi ada fariasi setiap individu. Bila seorang mempunyai fraksi ekskresi asam urat yang rendah maka kadar asam urat plasma bisa meningkat. Kadar asam urat plasma sebesar 0,56 mmol/l sudah cukup untuk menimbulkan serangan gout arthritis pada orang yang peka. Masalah lainnya yang menyangkut asam urat adalah insilubilitas (ketidak aturan)-Nya pada PH yang asam, pada beberapa orang, asam urat akan mengalami kristalisasi pada traktus urinaluis bagian atas dan membentuk batu ginjal.

Sekresi Tubulus

Sekresi tubulus adalah proses dimana bahan-bahan dari kapiler peritubukar ditransport melalui epitel tubuli ke dalam lumen tubulus. Seperti juga reabsorbsi pada tubulus maka sekresi tubulus bisa merupakan proses aktif maupun aktif. Phenolsulfopthalen adalah bahan yang pertama dibuktikan sebagai hasil sekresi tubulus. Dewasa ini dikenal beberapa bahan diekskresikan ke dalam lumen tubulus antara lain, hippuric acid, penicillin, diodrast hydroxyindoleacetic acid dan sebagainya.

Proses aktif terjadi pada sisi peritubular sel tubulus, dan menyebabakan penimbunan bahan yang ditransfort  transepithelial helial secara pasif. Beberapa bahan yang diekskresikan secara aktif memiliki batas transport maximum TM dan oleh sebab itu proses sekresi ini disebut juga sekresi terbatas (Tm-limited secretaion). Misalnya PAH, iodohippurate dan penisilin.

Bila sesuatu bahan disekresikan pada tubulus maka jumlah yang diekskresikan adalah sama dengan jumlah yang difiltrasi ditambah dengan jumlah yang diekskreiskan, bila tidak ada reabsorpsi (misalnya PAH).

Bahan-bahan yang diekskresikan oleh tubulus tampaknya saling bersaing satu sama lain. Jadi kadar yang tinggi dari suatu bahan akan menyebabkan penurunan sekresi dari bahan lain. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena mekanisme sekresi dari bahan-bahan tersebut adalah melalui carrier. Sehingga bila carrier tersebut digunakan untuk melakukan transpor bahan yang lain akan berkurang. Beberapa bahan-bahan ternyata dapat mengahmbat mekanisme sekresi tersebut,  antara lain carinanide, probenecide, phenybutazone.

Difusi Noionik (Noionic Diffucion)

Ekskresi dari ion-ion asam ooragnik lemah dan basa lemah sangat dipengaruhi oleh pH urine. Asam dan basa lemah dalam bentuk nonionik adalah relatif larut dalam lemak (lipid solubbe) sehingga dapat bedifusi dengan mudah melalui membran sel. Bahan-bahan ini setelah masuk kedalam Iumen tubulus akan dirubah menjadi ionik yang sudah larut dalam lemak (low lipid solubility). Dengan demikian bahan-bahan tersebut tidak dapat lagi berdifusi keluar dari lumen dan akan diekskresikan. Jadi sekresi dari suatu asam lemah adalah maksimal bila urine bersifat asam. Sebagai contoh amonia adalah suatu basa lemah yang diekskresikan secara nonionik NH3 kemudian akan terperangkap dalam urine yang asam sebagai NH4 dan akan diekskresikan dengan urine.

Selain pada proses sekresi, difusi nonionik dapat pula terjadi pada proses reabsorbsi. Misalnya reabsorbsi bicarbonat setelah dirubah menjadi CO2. fenomena  ini dipakai sebagai dasar untuk pengobatan intoksikan bahan-bahan tertentu, misalnya intoksikan barbiturat (phenobarbital seabagai contoh). Phenobarbital adalah suatu asam organik lemah yang sekresinya melalui proses nonionik difusion. Pemberian infus NaHCO3 dalam jumlah besar akan menyebabkan urine menjadi alkalis sehingga ekskresinya akan meningkat.

Reabsorbsi Dan Sekresi Air

Salah satu fungsi yang sangat penting pada  ginjal adalah melakukan kontrol terhadap jumlah air dalam tubuh sehingga osmolalitas cairan tubuh yang dipertahankan dalam suatu batas fisiologis. Didalam menjalankan fungsi ini ginjal mempunyai kemampuan untuk memekatkan atau mengencerkan urine yang dibentuk, dengan cara mengatur reabsorbsi air pada tubulus dan ductus colectivus. Reabsorbsi ini dipengaruhi oleh suatu hormon yang disebut anti Diuretic Hormone (ADH) atau disebut pula Vasopresin. ADH mempunyai pengaruh meningkat permeabilitas sel-sel tubulus distalis dan ductus kolektifus terhadap air sehingga reabsorbsi air akan meningkat. Pelepasan ADH dipengaruhi oleh osmolalitas dan volume plasma atau darah.

Regulasi Ekskresi Natrium

Akskresi natrium dipengaruhi oleh beberapa faktor

1. Filtrasi glomerulus (GFR)

Peningkatan GFR hanya 1% dapata menyebabkan peningkatan ekskresi Natrium 2-3 kali lipat. Hal ini disebabkan karena Na ektra yang difiltrasi itu tidak ada yang di reabsorbsi. Akan tetapi perubahan ini hanya tejadi bila perubahan tersebut bersifat akut. Perubahan filtrasi yang kronis akan menyebabkan perubahan dala reabsorbsi sehingga tidak terjadi perubahan ekskresi lagi.

2. Volume CES

Infus larutan garam isotonis secara intravena akan menyebabkan peningatan ekskresi Na yang disebut “Na Diuresis” atau “Natriuresis”. Penurunan GFR, pemberian aldosetron atau denervasi ginjal tidak mempengaruhi respon ini. Natriusresis ini disebabkan oleh menurunnya reabsorbsi Na dengan hebat pada tubulus proksimalis dan juga perubahan reabsorbsi pada tubulus distallis dan ductus kolectivus

Beberapa kelaianan klinik seperti sirosis hepatis, sindroma nefrotik dan gagal jantung ditandai dengan adanya penimbulan cairan pada jaringan perifier (edema). Hal ini akan menyebabkan reduksi dari efective circulating fuild volume (ECFV) walaupun pada kenyataannya volume CES meningkat. Dikatakan bahwa menurunnya ECFV merupakan salah satu sinyal untuk meningkatkan retensi Na pada ginjal. Sebaliknya bila ECFV ini meningkat, misalnya setelah pemberian Na maka ekskresi Na akan meningkat untuk mengembalikan keseimbangan natrium. Hal ini disebabkan oleh karena pemberian Na akan menyebabkan penigkatan volume CES, sehingga kadar protein menurun sedang tekanan hidroststik pada kapiler peritubulus meningkat. Hal tersebut akan mengurangi reabsorbsi Na pada tubulus proksimalis sehingga ekskresi meningkat

3. Adrenocortical steroid

Hormon yang mempunyai efek samping besar pada reabsorbsi Na adalah aldetron, akan tetapi hormon-hormon lain seperti deoxcorticosterone, corticosterone, cortisol dan synthetic steroid juga mempunyai efek yang sama. Steroid ini mempunyai efek meningkatkan reabsorbsi Na dan CI pada tubulus dan juga pertukaran pada ion K dan H. jadi mineralokortikoid seperti aldosteron merangsang reabsorbsi natrium dan sekresi kalium.