Hubungan Filsafat dan Logika

Filsafat ilmu ialah segenap pemikiran mengenai apa dan bagaimana pembentukan dan perkembangan ilmu pengetahuan serta landasan, sifat dan fungsinya bagi kehidupan manusia,

Logika adalah pola pikir logis yang digunakan sebagai alat untuk menari kebenaran

Pola pikir logis yang dimaksud ialah pola pikir ilmiah yaitu suatu proses berfikir yang berpedoman pada tatacara tertentu berdasarkan landasan teori, konsep atau fakta emperis dan dilakukan secara sistematis dan logis.

Pola pikir ilmiah ini dikategorikan dalam pola berfikir modern dan digunakan sebagai pedoman dalam penelitian ilmiah, artinya langkah pokok dalam penelitian mengikuti pola pikir ilmiah ini.

Langkah pokok dalam pola berfikir ilmiah itu menurut penemunya yaitu john dewey ialah: 1). The felt need, 2). The problem, 3). The hypothesis, 4). Collection data as evidence, 5). Concluding belief.

MODEL LOGIKA

Ada 5 model logika, yang masing-masing model mempunyai cara yang berbeda dalam membuktikan kebenaran. Kelima model tersebut ialah:

  1. Logika formil aristoteles,  yang dikenal  dengan nama  “sylogisme”
  2. Logika deduktif yaitu bertolak dari asumsi umum(teori) menuju kepembuktian secara khusus (fakta emperis).
  3. Logika induktif yaitu berdasarkan fenomena khusus(fakta emperis), menuju kekesimpulan secara umum (teori yang berlaku umum)
  4. Logika probabilistik yaitu pola pikir yang menghasilkan proposisi-proposisi dalam pernyataan- pernyataan kebenaran relatif, artinya dalam pernyataan tersebut memberi peluang atas kemungkinan benar dan kemungkinan salah.
  5. Logika reflektif yaitu kombinasi logika deduktif dan induktif dengan jalan mondar-mandir dari kutup deduksi kekutup induksi sampai memperoleh kesimpulan yang memuaskan.

HUBUNGAN FILSAFAT ILMU DAN PENELITIAN

  • Filsafat ilmu berfungsi untuk memberi petunjuk tentang cara pandang hakekat sesuatu yang menjadi obyek penelitian.
  • Filsafat ilmu membahas 3 komponen dasar berkaitan dengan penelitian yaitu: 1).ontologi, 2).epistemologi dan 3).aksiologi.
  • -ontologi yaitu pembahasan tentang bagaimana cara memandang apa hakekat sesuatu itu, apakah dipahami sebagai sesuatu yang tunggal dan bisa dipisah dari sesuatu yang lain atau bernuansa jamak, terikat dengan sesuatu yang lain, sehingga harus dipahami sebagai suatu kebulatan (holistik).
  • -epistemologi yaitu pembahasan tentang bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan. Bagaimana tatacara memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan ini dipengaruhi oleh ontologi yang dipilihnya. Bila ontologi memahami sesuatu adalah tunggal, maka cara memperoleh kebenaranya dengan menggunakan jenis “penelitian kuantitatif”. Akan tetapi bila ontologinya memahami sesuatu secara jamak, maka digunakan jenis “penelitian kualitatif”.
  • -aksiologi adalah pembahasan tentang bentuk ilmu yang dihasilkan dari penelitian. Inipun dipengaruhi oleh ontologi yang digunakan. Ontologi yang memahami sesuatu itu tunggal, penelitianya jenis kuantitatif, maka ilmu yng dibentuknya  disebut “ nomotetik” dan bebas nilai (value free), sedangkan ontologi yang memahami sesuatu itu jamak dan penelitiannya jenis kualitatif, maka ilmu yang dihasilkan disebut “idiografik” dan bermuatan nilai (value bound).

HUBUNGAN FILSAFAT ILMU, LOGIKA DAN PENELITIAN

Keterkaitan ketiganya adalah sebagai berikut:

  • Pembahasan ontologi, epistemologi dan aksiologi dikaitkan dengan logika yang digunakan untuk pembuktian, baik mengenai kenyataan,  kebenaran dan tingkat kepastian, dapat dikelompokkan menjadi dua aliran filsafat ilmu yaitu emperisme  dan rasionalisme/realisme.
  • Filsafat emperisme menghendaki kebenaran terbatas pada emperik sensual atau indrawi, memunculkan logika positivistik, sedangkan filsafat resionalisme/realisme menghendaki kebenaran emperik logik, etik dan transendental/metafisik, memunculkan logika phenomenologik.
  • Logika positivistik menghendaki perencanaan riset yang rigor / ketat, rinci, terukur, terkontrol dan penetapan data yang konkrit yang teramati, memunculkan jenis penelitian kuantitatif. Logika phenomenologik menghendaki perencanaan riset yang longgar dan luwes, sebab data yang dicari tidak pasti, sangat tergantung pada fenomena yang dijadikan sasaran risetnya, memunculkan jenis penelitian kualitatif.
  • Emperisme     positivistik    kuantitatif
  • Rasionalisme/realisme – fenomenologik-kualitatif

PENELITIAN KUANTITATIF  vs  KUALITATIF

KUALITATIF
  • Ontologi : realitas ganda.
  • Logika    : phenomenologik.
  • Pola pikir: induktif.
  • Tujuan     :menyusunan konsep
  • Disain      : Konseptualisasi

realita emperik.

  • Strategi    : memahami, mencari
  • makna dibalik data.
  • Analisis    : analisis kualitatif.
  • Fokus        : proses  dan makna
  • Instrument: peneliti sendiri.
  • Paradikma : Alamiah.
  • Hasil Ilmu : idiografik.
KUANTITATIF
  • Ontologi : realitas tunggal
  • Logika    : positivistik
  • Pola fikir: deduktif
  • Tujuan    : pembuktian emperis
  • Disain    : Operasionalisasi konsep

yang  jelas.

  • Strategi   : pengukuran dan

kuantifikasi data

  • Analisis   : uji statistik.
  • Fokus       : besaran kejadian
  • Instrument: paper and pencil.
  • Paradikma: Ilmiah
  • Hasil Ilmu: nomotetik.

MENENTUKAN JENIS PENELITIAN KUANTITATIF ATAU KUALITATIF

Dalam menentukan jenis penelitian yang akan dilakukan, perhatikan:

  1. Ciri-ciri penelitian mana yang akan anda ikuti, kuantitatif atau kualitatif.
  2. Bila anda ingin lebih menekankan pada  proses dan makna dibalik fakta, maka anda harus memilih jenis penelitian kualitatif.
  3. Bila anda ingin mendalami realita  sosial dengan melibatkan diri secara langsung dilatar alamiah, pilihlah jenis penelitian kualitatif.
  4. Bila untuk meneliti sasaran itu mengharuskan anda untuk melakukan ukur mengukur dan menjumlah, maka anda harus memilih jenis penelitian kuantitatif.

PARADIGMA PENELITIAN KUANTITATIF – KUALITATIF

  • Paradigma yaitu kumpulan longgar dari sejumlah asumsi  yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berfikir dan penelitian (Moleong, 1993.30).
  • Sebuah paradigma penelitian harus memuat tiga element pokok yaitu: ontologi, epistemologi dan metodologi.
  • Ontologi           : bertanya tentang hakekat fenomena.
  • Epistemologi    : bertanya tentang bagaimana cara peneliti mengetahui dunia dan

bagaimana hubungan antara peneliti dan yang diteliti.

  • Metodologi       : bertanya tentang bagaimana peneliti memperoleh pengetahuan

tentang obyek studi.

  • Asumsi yang digunakan akan menentukan jenis penelitian, kuantitatif atau kualitatif.

MACAM PARADIGMA PENELITIAN

Paradigma penelitian terpola menjadi dua yaitu Paradigma Positivistik dan Non Positivistik

Paradigma Non Positivistik ada beberapa macam yaitu : Pospositivistik, Critical Theory, dan Constructivistik.

Kelompok Paradigma Non Positivistik ini disebut juga Paradigma Fenomenologi.

Paradigma Positivistik, disebut juga Paradigma Ilmiah dan menjadi dasar dari Penelitian Kuantitatif, sedang paradigma Fenomenologi, disebut juga Paradigma Alamiah, kemudian  menjadi landasan Penelitian Kualitatif.

Tiap paradigma mempunyai landasan ontologi. Epistemologi dan metodologi berbeda satu sama lain.

PENJELASAN CIRI TIAP PARADIGMA

Paradigma Positivistik:

Ontologi :menganggap realitas itu betul-betul ada secara nyata dan dapat diteliti secara terpisah.

Epistemologi : peneliti dam obyek yang diteliti independen, peneliti bisa meneliti tanpa menpengaruhi atau terpengaruh obyek.

Metodologi : percobaan atau memanipulasi  dan dapat mengontrol obyektivitasnya.

Paradigma Postpositivistik.

Ontologi : meskipun mengakui realitas obyektif, namun pengertiannya tidak dapat ditangkap dengan sempurna, karena kelemahan intelektual manusia, maka itu perlu keterlibatan subyektif untuk memudahkan memahami realitas.

Epistemologi : antara peneliti dan yang diteliti terlibat langsung untuk mengungkap realitas yang sebenarnya.

Metodologi   : percobaan atau manipulasi dengan mengambil seting alamiah.

Paradigma Critical Theory :

Ontologi : menganggap realitas sebagai kenyataan sejarah, terbentuk oleh banyak faktor, sehingga mengkristal menjadi sebagai kenyataan alamiah dan tidak berubah

Epistemologi : Peneliti dan yang diteliti terkait erat timbal balik, penilaian subyektif berpengaruh.

Metodologi : Dialog antara peneliti dan yang diteliti dengan bahasa yang sama dimengerti.

Paradigma construktivistik.

Ontologi : menganggap kenyataan itu jamak dan berupa konstruksi  mental  yang  tak dapat diraba, berbasis social dan pengalaman lokal dan spesifik.

Epistemologi : Peneliti dan subyek yang diteliti terkait timbal balik, sehingga penemuannya berupa konsensus.

Metodologi :  hermeneutical  dan dialectical.

DISAIN PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF

Menurut Norman dan Yvonna: 1994:200, setiap disain harus menjawab 4 pokok pertanyaan :

  1. Bagaimana  menghubungkan  disain dengan paradigma.
  2. Apa dan siapa yang akan diteliti.
  3. Strategi apa yang akan digunakan dalam meneliti.
  4. Metode apa yang akan digunakan.
  1. Cara menghubungkan Paradigma dengan Disain yalah mencari prespektif teoritik yang bisa menjelaskan proses terjadinya fenomena, bagaimana antar hubungan konsep dan  indikatornya sebagai sumber data.
  2. Dengan mengetahui proses terjadinya peristiwa (fenomena), model hubungan antar konsep (proposisi), jenis konsep dan indikatornya, maka bisa ditentukan apa dan siapa yang menjadi obek dan subyek penelitian.
  3. Dengan mengetahui 1 dan 2, maka bisa dipilih strategi penelitian yang jitu. Strategi penelitian yaitu suatu rencana dalam memilih tindakan dan alat agar sasaran bisa ditembak (diteliti) dengan jitu, akurat, valid dan reliabel.
  4. Jenis metodologi bisa penelitian kuantitatif  atau kualitatif.

MACAM DISAIN PENELITIAN

Disain ditentukan oleh filsafat, logika, paradigma, strategi yang diikuti.

Emperisme – Logika Positivistik- Paradigma Ilmiah- Strategi Penelitian – Disain Kuantitatif.

Rasionalisme/Realisme- Logika Fenomenologik- Paradigma Alamiah- Strategi Penelitian – Disain Kualitatif.

Jadi Disain Mengikuti Strategi Penelitian Yang Digunakan.

Dari Paradigma Ilmiah  Muncul Beberapa Strategi:

STRATEGI  PENELITIAN                   DISAIN PENELITIAN

– DESKRIPTIF                                      – DESKRIPTIF

– KORELASI                                         – KORELASI

– KAUSAL                                             – KAUSAL

– KOMPARATIF                                   – KOMPARATIF.

– EXPERIMENT                                    – EXPERIMENT

DLL.

LANJUTAN :

DARI PARADIGMA ALAMIAH MUNCUL BEBERAPA STRATEGI PENELITIAN:

STRATEGI PENELITIAN                                DISAIN PENELITIAN

– FENOMENOLOGI                                      – FENOMENOLOGI

– STUDI KASUS                                                      – STUDI KASUS

– GROUNDED THEORY                                           – GROUNDED

– ETNOMETHODOLOGY                                          – ETHNOMETHODOLOGY

– ETHNOGRAPHY                                                   – ETHNOGRAPHY

– HISTORIS                                                             – HISTORIS

– BIOGRAPHICAL METHOD                                     – BIOGRAFI

– APPLIED AND ACTION RESEARCH                      – ACTION RESEARCH

MENGGABUNG PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF
Pada Dasarnya Tiap Penelitian Harus Jelas Jenisnya, Apakah Kuantitatif Atau Kualitatif. penggabungan hanya dimungkinkan dalam pendekatan atau analisis data. misalnya : penelitian kuantitatif menambah penjelasan dengan analisis data kualitatif, hasil uji statistik ditambah penjelasan hasil analisis data  kualitatif.

Penelitian kualitatif dengan pendekatan positivistik yaitu disain kualittatif tetapi tetap menggunakan tata cara penelitian kuantitatif, analisis data kualitatif dipertajam dengan data kuantitatif.

Paradigma postpositivistik menggunakan model ini.

KARAKTERISTIK DISAIN KUALITATIF

QUALITATIVE DESIGN ( QD), MEMPUNYAI KARAKTERISTIK (DALAM

NORMAN dan YVONNA: 212) SBB:

1. Q.D adalah holistik, dimulai dengan meneliti untuk memahami arti keseluruhan.

2. Q.D. mengamati pada hubungan-hubungan  didalam suatu sistem atau budaya.

3. Q.D. menuju pada person, berhadapan muka dan segera.

4. Q.D memusatkan perhatian pada pemahaman menurut seting sosial (a given social

setting).

5. Q.D. menuntut peneliti untuk tinggal beberapa lama dilokasi (setting) penelitian.

6. Q.D. menuntut peneliti menyediakan waktu analisis  selama di lapangan.

7. Q.D. menuntut  kemampuan peneliti untuk mengembangkan suatu model seperti

apa yang terjadi di lapangan.

8. Q.D. mengharuskan peneliti  sebagai instrument pengumpul data.

9. Q.D. mengumpulkan informasi tentang keputusan yang disepakati dan responsif

terhadap kode etik setempat.

10.Q.D. menyediakan ruang bagi peneliti untuk mendeskriksikan peranannya sebagai

peneliti yang mempunyai prasangka dan preferensi ideologi sendiri.

11.Q.D. memerlukan proses analisis data selama penelitian berjalan.

TAHAPAN RISET KUALITATIF

(Menurut JANICE dalam NORMAN dan  YVONNA, 1994: 220-232)

Ada  6 tahap dalam menyusun rancangan riset kualitatif yaitu sbb:

1. The stage of reflection.

2. The stage of planning.

3. The stage of entry.

4. The stage of productive data collection.

5. The stage of withdrawal.

6. The stage of writing.