Tumpuan Dasar Penelaahan Ilmu

Kegiatan pengembangan ilmu :

  1. Objektivitas pada kebenaran merupakan landasan pola dasarnya
  2. Nilai kemanusiaan merupakan pertimbangan

Pertimbangan nilai dalam penentuan tujuan ilmu pengetahuan dan kegiatan ilmiah :

Pendapat I :

Pertimbangan nilai kebenaran dengan mengesampingkan  pertimbangan nilai metafisik lain seperti nilai etika, kesusilaan dan kegunaannya.

Ilmu pengetahuan harus bebas nilai.

Ilmuwan :

Jacob Bronowski, Victor Reisskop, Carl.G.Hempel Dan Paul Oppenheim, Mauurice Richter.

Pendapat II :

Pertimbangan nilai kebenaran yang memasukkan nilai-nilai etika, kesusilaan dan kegunaannya.

Ilmu pengetahuan harus gayut /taut nilai.

Ilmuwan :

Francis Bacon, Daoed Joesoef, Ca Van Peursen

Tiga Landasan Ilmu Pengetahuan :

1.   Ontologi

  • Membahas tentang apa yang ingin diketahui.
  • Suatu pengkajian mengenai teori tentang ada.
  • Objek yang ditelaah ilmu  adalah sesuatu yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang diuji indera manusia.(berorientasi empiris)

2.  Epistimologis

  • Membahas secara mendalam segenap proses yang terlibat dalam usaha untuk memperoleh pengetahuan.
  • Epistimologi suatu teori pengetahuan.
  • Ilmu pengetahuan diperoleh melalui proses metode keilmuan, dan sah disebut keilmuan.
  • Hakikat keilmuan ditentukan oleh cara berfikir yang dilakukan dengan sifat terbuka, dan menjunjung tinggi kebenaran di atas segala-galanya.

3.  Aksiologis

  • Membahas tentang manfaat yang diperoleh    manusia dari pengetahuan yang didapatkannya.
  • Analisis tentang penerapan hasil-hasil temuan ilmu penegtahuan. Penerapan ilmu pengetahuan dimaksudkan untuk memudahkan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dan keluhuran hidup manusia.
  • Ilmu bersifat netral
  • Tidak mengenal sifat baik atau buruk.
  • Netralitas ilmu terletak pada epistimologi.
  • Secara ontologis dan aksiologis, ilmuwan harus mampu menilai baik, buruk.
  • Ilmuwan yang harus menentukan sikap.

Kebenaran ilmiah

Kata “kebenaran” dapat digunakan sebagai suatu kata benda yang konkret maupun abstrak

  • Subjek yang menuturkan kebenaran artinya proposisi yang benar.
  • Proposisi adalah makna yang terkandung dalam suatu pernyataan atau statement.

Keterkaitan kebenaran tidak lepas dari :

1.  Kualitas pengetahuan

Setiap pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang yang mengetahui sesuatu objek ditilik dari jenis pengetahuan yang dibangun berupa : pengetahuan biasa, pengetahuan ilmiah, pengetahuan filsafati, pengetahuan agama.

2. Sifat atau karakteristik dari bagaimana cara atau dengan alat apakah seseorang membangun pengetahuannya.

Jenis Pengetahuan :

pengetahuan indrawi, pengetahuan akal budi, pengetahuan intuitif, pengetahuan kepercayaan, otoritatif.

  1. Nilai kebenaran pengetahuan yang digantungkan pada terjadinya pengetahuan itu.

Teori-Teori Kebenaran :

  • Plato melalui metode dialog membangun teori pengetahuan yang cukup lengkap sebagai teori pengetahuan yang paling awal dan diteruskan oleh Aristoteles.
  • Para pemikir sekarang ini hanya melengkapi dan menyempurnakan filsafat Plato dan filsafat Aristoteles (Hamersma, 1985)

Teori kebenaran yang telah terlembaga adalah :

  1. 1. Teori Kebenaran Korespondensi

Kebenaran atau keadaan benar berupa kesesuaian (correspondence) antara makna yang dimaksudkan oleh suatu pernyataan dengan apa yang sungguh-sungguh merupakan halnya atau apa yang merupakan fakta-faktanya

Teori kebenaran korespondensi paling awal dan tua berangkat dari pengetahuan aristoteles : segala sesuatu yang kita ketahui adalah sesuatu yang dapat dikembalikan pada kenyataan yang dikenal oleh subjek.(ackerman, 1965)

Suatu pengetahuan mempunyai nilai benar apabila pengetahuan itu mempunyai saling kesesuaian dengan kenyataan yang diketahuinya.

2. Teori kebenaran koherensi Atau teori kebenaran saling berhubungan

Dibangun oleh pemikir rationalis :

Leibniz, Spinoza, Hegel Dan Bradley.

Suatu proposisi atau makna pernyataan dari pengetahuan bernilai benar bila proposisi itu mempunyai hubungan dengan ide-ide dari proposisi terdahulu yang bernilai benar.

3. Teori Kebenaran Pragmatis

Teori kebenaran pragmatik muncul sebagai pandangan pragmatik filsafat kontemporer akhir abad 19 awal 20 oleh : cs pierce, william james, john dewey.

Suatu proposisi bernilai benar bila proposisi itu mempunyai konsekuensi praktis seperti yang terdapat secara inheren dalam pernyataan itu sendiri.

Maka tidak ada kebenaran yang bersifat mutlak, umum dan tetap, yang berdiri sendiri dan lepas dari akal yang mengenal, pengalaman berjalan terus dan segala yang dianggap benar dalam perkembangannya senantiasa berubah.

Suatu pengertian itu tak pernah benar melainkan hanya dapat menjadi benar kala saja dapat dimanfaatkan secara praktis.

4. Teori Kebenaran Sintaktis

Pernyataan memiliki nilai benar bila mengikuti aturan-aturan sintaktis / gramatika yang baku.

Dimotori filusuf bahasa : F. Schleimacher (1768-1834) yang menurutnya pemahaman adalah rekonstruksi, bertolak dari ekspresi yang selesai diungkapkan menjurus kembali ke suasana kejiwaan dimana ekspresi tersebut diungkapkan.

Ada dua momen : momen tata bahasa dan momen kejiwaaan.

5. Teori Kebenaran Semantis

Proposisi mempunyai nilai benar bila proposisi itu mempunyai arti. Arti ini dengan menunjukkan makna yang sesungguhnya dengan menunjuk pada referensi/ kenyataan. Arti yang definitif : arti yang jelas menunjuk ciri yang khas dari sesuatu yang ada

6. Teori kebenaran non deskripsi

Pengetahuan akan memiliki nilai benar sejauh pernyataan itu memiliki fungsi yang amat praktis dalam kehidupan sehari-hari.

7. Teori kebenaran logik yang berlebihan

Setiap proposisi memiliki dengan menunjukkan bahwa proposisi itu mempunyai isi yang sama, memberikan informasi yang sama dan semua orang sepakat, maka apabila kita membuktikannya lagi maka merupakan bentuk logis yang berlebihan.

Karena suatu pernyataan yang hendak dibuktikan nilai kebenarannya sesungguhnya telah merupakan fakta atau data yang telah memiliki evidensi artinya bahwa objek pengetahuan itu sendiri telah menunjukkan kejelasan dalam dirinya sendiri.

Sifat kebenaran ilmiah

  1. Kebenaran ilmiah muncul dari hasil penelitian ilmiah
  2. Kebenaran dalam ilmu : kebenaran yang sifatnya objektif (kebenaran dari teori yang lebih tinggi dari aksioma / paradigma)
  3. Dari sisi ontologik, maka kebenaran ilmu mengacu pada kebenaran korespondensi atau koherensi.
  4. Kebenaran dalam ilmu harus selalu merupakan hasil persetujuan atau konvensi dari para ilmuwan di bidangnya.kebenaran ilmu memiliki sifat universal sejauh kebenaran ilmu itu dipertahankan.
  5. Keuniversalan sifat ilmu masih dibatasi oleh penemuan-penemuan baru atau penemuan baru yang hasilnya menolak atau bertentangan. Maka dilakukan penelitian ulang yang mendalam. Jika berbeda maka kebenaran yang lama harus diganti dengan kebenaran yang baru atau kedua-duanya berjalan bersama dengan kekuatannya atas kebenarannya masing-masing.

Simpulan :

Pembuktian kebenaran ilmiah suatu pernyataan ilmiah harus sesuai dengan sifat dasar metodologis yang digunakan dan amat tergantung pada konvensi.

Peran masyarakat ilmiah juga menentukan karakteristik dari kebenaran ilmiah.

Sarana berfikir ilmiah

Berfikir merupakan ciri utama manusia

Berfikir merupakan proses bekerjanya akal.

Akal merupakan salah satu unsur kejiwaan di samping rasa. Berfikir dapat dilihat secara alamiah dan ilmiah.

Berfikir alamiah :

Pola penalaran berdasarkan kebiasaan sehari-hari dari pengaruh alam sekelilingnya.

Berfikir ilmiah :

Pola penalaran berdasarkan sarana tertentu secara teratur dan cermat.

Sarana ilmiah mempunyai fungsi yang khas, sebagai alat bantu untuk mencapai tujuan dalam kaitan kegiatan ilmiah secara keseluruhan.

Sarana berfikir ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang pengetahuan untuk mengembangkan materi pengetahuannya pada dasarnya ada tiga :

  1. Bahasa ilmiah : bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan jalan fikiran seluruh proses berfikir ilmiah.
  2. Logika dan matematika : mempunyai peranan penting dalam berfikir deduktif sehingga mudah diikuti dan dilacak kembali kebenarannya.
  3. Logika dan statistika : mempunyai peranan penting dalam berfikir induktif untuk mencari konsep-konsep yang berlaku umum.