Makalah Filsafat tentang Perkembangan Pola Pikir Manusia

Sebelumnya kita berbiacara banyak tentang filsaft di blog ini. Ada pembahasan tentang cabang-cabang filsafat, pengertian filsafat dan lain sebagainya. Kali ini kita akan melihat tentang perkembangan pola pikir manusia. Ada kecenderungan bahwa konflik-konflik intelektual yang besar sepanjang sejarah manusia menurut oposisi Binar (dua oposisi utama yang saling bertubrukan). Persoalan-persoala besar membelah umat manusia kedalam dua kutub. Keyakinan dari hasil pemikiran sangatlah berbeda dengan pengungkapan kebenaran itu dai keyakinan. Suatu agamanya, kendala saat ini adalah bagaimana para pemikir melahirkan suatu pola pikir yang nantinya mampu menyatukan oerkenbangan dari segala lini kehidupan baik itu dari alam, realistis serta keyakinan agama dalam kalbu.

Saat ini tanggung jawab pemberian pengetahuan sangat besar, generasi-generasi muda harus ada pedoman untuk memulai perilaku dalam masyarakat, apakah itu dari faham yang telah diwariskan dari orang tua merekaataupun didapatkan dari jalur pendidikan dan pergaulannya, maka sangatlah berguna apabila manusia itu menciptakan suatu ide yang cemerlang mengangkat derajat kehidupannya maupun mengangkat derajat  negaranya sendiri.

Makalah Filsafat tentang Perkembangan Pola Pikir Manusia

Perkembangan pola pikir manusia dewasa ini cenderung semakin  meruncing. Semua manusia menginginkan pengetahuan yang sebenar-benarnya walaupun keyakinan sebagai taruhannya. Banyak pemikiran yang kontemporer mengharapkan rasio yang murni dan itu sebagai suatu permasalahan yang tak kunjung terselesaikan. Jelas pola pikir dari jaman prasejarah ke jaman sejarah sampai ke era modernisasi sangatkah memiliki perbedaan mencolok karena semua telah terkaji dalam pemikiran manusia.

Hasil dari pemikiran ini adalah dualisme kontian yang menegangkan, yang meletakkan segala sesuatu yang berada pada alam (termasuk manusia sebagai fenomenon yang bisa diteliti) pada sebab akibatnya, yang berimplikasi pada realitivisme jika hal ini diterapkan pada nilaibudaya. Akan tetapi hal ini dapat membebaskan manusia, sebagai agen moral dan kogitif dari alam dan memungkinkan kita  untuk memiliki akses pada pengtahuandan moralitas yang benar secara unik. “mitos” sesuatu pemikiran yang unik dimana peristiwa trsebut adalah hasil dari pemikiran manusia dan diterima dalam masyarakat bahkan sampai merambah di era modern ini. Memang pada waktu itu manusia masih minim akan keyakinan dan keimanan ataupun karena lelah untuk memikirkannya, serta adanya kekuasaan yang menghambat mereka menerima tanpa ada penakaran sebelumnya.

Inilah etika kognitif yang sebenarnya. Hal ini menghendaki pemilihan data menjadi bagian-bagian dan konfrontasi kenetralan. Pandangan ini memiliki kemiripan dengan agama skipritual dalam hal kepecayaannya  terhadap kebenaran yang suatu yang unik, bukan dengan pluralitas sistem yang tidak berujung. Filosofis dari kalangan bangsa barat masih mencari dan mencari kebenaran yang tersimpan, mereka memiliki  pola pikir yang kontroversial bahan mereka berani menalarkan Tuhan mereka ketimbang keyakinan terdahulunya.

Perbedaan pemikiran umat islam dan non Islam sangatlah berbeda, umat Islam umunya menggunakan keyakinan kalbu mereka sedangkan umat non Islam penuh dengan pertimbangan pemikiran dalam pengungkapan kebenaran karena mereka melihat akan realitas yang  ada. Karena itulah pada umumnya bangsa barat yang berkomunitas non Islam cukup cerdas di banding dengan umat Islam, tetapi merekatidak memiliki landasan yang kokoh dan sakral sehingga nkebanyakan dari mereka menjadi ingkar dengan pemikiran itu.

Ada tiga tawaran utama yang tersedia dalam wahana intelektual kita yakni fundamentalisme agama, realitivisme, dan rasionalisme penceraha. Fundalisme agama pula ini jelas telah  memberikan kepuasan psikis terhadap banyalk orang. Saat ini fundamentalisme agama cukup persuasif dan berpengaruh ada dalam tradisi tertentu yaitu Islam. Bagi mereka yang telah dirasuki apa yang disebut sebagai etika kognisi kontain atau pencerahan, yaitu keharusan untuk memperlakukan semua bukti secara sama dan seluruh kesempatan tidak ada yang istimewah, penekanan pada suatu wahyu secara moral tidak dapat diterima karena pandangan tentang wahyu yang unik dan final.

Secara logis, fundamentalis agama tentu bertentangan dengan relativis yang tidak akan mengakui keyakinan mereka tentang suatu kebenaran dari sekian banyak kebenaran, yang juga merupakan sistem makna yang sama-sama benar dan realiitivisme kini banyak menjamur di masyarakat barat, tetapi mereka tidak banyak menghiraukan  dasar filosofisnya. Lain halnya dengan rasionalisme pencerahan (suatu yang  paling dekat dengan sebuah kepercayaan). Pola pikir ini memiliki beberapa kelemahan, bak dilihat dari penggunaannya sebagai sebuah kepercayaannya praktis ataupun dari posisinya sebagai dasar kehidupan individu serta tatanan sosial. Pola ini sulit untuk menolong seseorang yang berada dalam krisis dan terlalu abstrak untuk  dimengerti , keccuali bagi para intelektual yang memang memiliki kecenderungan pada jenis pemikiran ini.pada praktiknya, intelektual bara ketika menghaedapi kerumitan pribadi cenderung berpaling pada metode yang secara emosional lebih kaya dan menawarkan janji-janji bagi pemulihan pribadi misalnya psikoanalisa, tetapi pada tingkat sosial dan politik pencerahan pola pikir ini memiliki faedah yang cukup banyak.

Di era ilmu pengetahun dan tehnologi semakin berkembang seperti yang sekarang ini dirasakan, cukup menuntut manusia untuk lebih memperbaiki pola pikirnya, salah melangkah saja maka fatal akibatnya, sebab kebebasan berpikir kiniu telah memnyeluruh ke seluruh negara. Orang-orang bebas menentukan apa yang mereka inginkan meskipun dengan jalan apapun. Dikalangan mahasiswa ada berbagai warna pola pikir yang muncul tergantung dari mahasiswa itu mampu menerimanya. Kini ada dikatakan ideologisme. Politik, strategi dan taktik, jika kesamaan itu telah dikuasi maka yakin mahasiswa tersebut memiliki suatu keputusan yang relevan dan mampu diterima.

Adapun kreteria pada manusia jika mereka akan mengambil keputusan yakni bagaimana mereka berfikir melihat dirinya dari sejumlah kelemaha, kelebihan, pelunag serta tantangan yang harus lakoni. Adanya komunikasi saling berbagi pengetahuan, dan kajian reverensi yang didapatkannya. Meluasnya teknologi media massa adlah faktor mutlak yang harus dibedah, karena rasa ketinggalan akan wacana yang lahir dari dunia ini sangatlah akan dirasakan manusia itu. Kini penuntutan pemikiran setiap personal harus lebih sistemmatis dan pandai-pandai mengkritis, menganalisis serta pola pikir yang rasional dan universal.

Dari tahun-ketahun perkembangan pola pikir semakin meningkat, kita tidak tahu akan ada apa lagi pemikiran berikutnya. Kaum intelektual di haruskan bagaimana menciptakan suatu ide  yang cemerlang guna dapat membandingkan suatu pemikiran dan keyakinan kepada manusia itu sendiri