Istilah Klasik berarti kebudayaan Yunani yang dijelmakan ke dalam lapangan kesusasteraan dan kesenian. Mereka berorientasi pada alam pikiran manusia untuk mencari hakekat kebenaran dan bertujuan ingin mencapai kebahagiaan hidup. Tokoh –tokohnya ialah Plato, Socrates dan Plotinus.
I. ARISTOTELES ( 384 – 322 SM.)
Aristoteles lahir di stageira pada semenanjung kalkidike di Trasia (Balkan) Bapaknya bernama Machaon adalah seorang dokter istana pada raja Macedonia Amyntas II. Sejak kecil mendapat asuhan dari bapaknya sendiri, ia mendapat pelajaran teknik membedah, karena itu perhatiannya banyak tertumpu pada ilmu alam, terutama ilmu biologi.
Setelah bapaknya meninggal ia pergi ke Athena belajar pada Plato di Akademia. Selama 20 tahun menjadi murid Plato, pertama kali ia menyusun buku Bibliotik yang pertama terdapat di Athena.
Karya-karya Aristoteles
Berbagai macam cabang ilmu pengetahuan yang menjadi karya Aristoteles bila diperinci terdiri dari delapan cabang yang meliputi Logika, Filsafat Alam, Psikologi, Biologi, Metafisika, Etika Politik, Ekonomi, Retorika dan Poetika.
Ajaran – ajaran Aristoteles.
1. Logika
Aristoteles terkenal sebagai bapak logika, tapi tidaklah berarti bahwa sebelumnya tidak ada logika. Aristoteleslah orang pertama yang memberikan uraian secara sistematis tentang Logika.
Logika adalah ilmu yang menuntun manusia untuk berfikir yang benar dan bermetode. Dengan kata lain logika adalah suatu cara berfikir yang secara ilmiah yang membicarakan bentuk-bentuk fikiran itu sendiri yang terdiri dari pengertian, pertimbangan dan penalaran serta hukum-hukum yang menguasai fikiran tersebut.
Aristoteles membagi ilmu pengetahuan atas tiga bahagian ;
- Ilmu pengetahuan praktis, yang meliputi etika dan politik
- Ilmu pengetahuan produktif, yaitu teknik dan seni.
- Ilmu pengetahuan teoritis yang meliputi phisika, matematika dan filsafat.
Dalam hal ini Aristoteles tidak memasukkan Logika sebagai cabang ilmu pengetahuan, melainkan hanya suatu alat agar kita dapat mempraktekkan ilmu pengetahuan.
2. Metafisika
Dalam uraian ini Aristoteles mengkritik ajaran gurunya tentang idea-idea. Menurut Aristoteles ; yang sungguh ada itu bukanlah yang umum melainkan yang khusus, satu persatu. Bukanlah manusia pada umumnya yang ada, melainkan manusia ini, itu, Anas, dan lain-lain. Semuanya ada, jadi Aristoteles bertentangan dengan gurunya Plato yang mengatakan “bahwa semua yang nampak hanyalah merupakan bayangan semata”.
Menurut Aristoteles, tidak ada idea-idea yang umum serta merupakan realita yang sebenarnya. Dunia idea di ingkari oleh Aristoteles sebagai dunia realitas, karena tidak dapat di buktikan. Jadi Aristoteles berpangkal pada yang kongkrit saja, yang satu persatu dan bermacam-macam, yang berubah, itulah yang merupakan realitas sebenarnya.
3. Abstraksi
Bagaimana budi dapat mencapai pengetahuan yang umum itu sedangkan hal-hal yang menjadi obyeknya tidak umum.
Menurut Aristoteles ; obyek yang diketahui itu memang kongkrit dan satu persatu, jadi tidak umum. Yang demikian itu ditangkap oleh indera dan indera mengenalnya. Pengetahuan indera yang macam-macam itu dapat diolah oleh manusia (budi). Manusia itu menanggalkan yang bermacam-macam dan tidak sama, walaupun tidak di ingkari. Yang dipandang hanya yang sama saja dalam permacaman itu. Pengetahuan yang satu dalam macamnya oleh Aristoteles dinamai idea atau pengertian.
Jadi Aristoteles tidak mengingkari dunia pengalaman, sedangkan idea juga dihargainya serta diterangkan bagaimana pula mencapainya dengan berpangkal pada realitas yang bermacam-macam. Maka selayaknya aliran Aristoteles disebut “Realisme”.
4. Politik
a. Tujuan negara.
Aristoteles dalam bukunya menyatakan “bahwa manusia menurut kodratnya merupakan “Zoion Politikon”atau mahluk sosial yang hidup dalam negara.
Tujuan negara adalah memungkinkan warga negaranya hidup denga baik dalam arti sepenuhnya. Dengan kata lain lembaga-lembaga yang ada di dalamnya, keluarga di dalam suatu negara, hubungan antar negara tetangga semua baik.
- b. Rumah Tangga.
Aristoteles mengkritik pendapat Plato, bahwa para penjaga tidak boleh hidup berkeluarga, dan juga Aristoteles tidak setuju dilarangnya mempunyai milik pribadi.
Menurut Aristoteles, untuk hidup menurut keutamaan manusia perlu keluarga dan butuh milik pribadi. Tetapi kekayaan tidak boleh di tambah dengan sembarang cara.
- c. Susunan negara yang paling baik.
Negara yang paling baik ialah negara yang diarahkan buat kepentingan umum. Susunan negara yang paling baik menurut Aristoteles ialah “Politeia”. Poiteia adalah demokrasi moderat atau demokrasi yang mempunyai undang-undang dasar.
5. E t i k a
Dalam karya Aristoteles “ Ethika Nicomachea” mengatakan ; dalam segala perbuatannya manusia mengejar suatu tujuan. Ia selalu mencari sesuatu yang baik baginya. Dari sekian banyak tujuan yang ingin dicapai manusia, maka tujuan yang tertinggi dan terakhir dari manusia adalah kebahagiaan. Tugas Etika ialah mengembangkan dan mempertahankan kebahagiaan itu.
Menurut Aristoteles ; manusia hanya disebut bahagia jika ia menjalankan aktivitasnya dengan baik. Dengan kata lain agar manusia berbahagia ia harus menjalankan aktivitasnya dengan baik.
II. PLOTINOS ( 205 – 270 )
Plotinos dilahirkan pada tahun 205 di Lykopolis di mesir. Yang pada waktu itu dikuasai oleh Roma dan meninggal di Minturnea 270. tentang hidupnya orang tidak banyak tahu, namanya harum karena ajaran filosofinya, dan kehidupannya yang sederhana.
Ia bermula mempelajari filosofi dari ajaran Yunani, terutama dari buah tangan Plato, ia mempunyai pembawaan menjadi seorang filosofi. Plotinos mulai menulis karya-karyanya dalam usia 50 tahun pendapat-pendapat yang dikemukakan dalam karya-karyanya itu adalah didasarkan pada filsafat Plato, terutama ajarannya tentang Idea Tertinggi, baik atau kebaikan. Oleh karena itulah maka filsafat Plotinos disebut Platonisme, meskipun demikian Plotinus telah memajukan banyak hal yang dahulunya tidak pernah diselidiki oleh filosof Yunani. Dan ini adalah hal yang baru, karena ajarannya disebut “Ajaran Plato Baru” ( New Platonisme).
Pokok – Pokok Ajarannya
Apabila Platomendasarkan ajaran filsafatnya kepada Yang baik yang meliputi segala-galanya, ajaran Plotinus berpokok pada yang satu. Sebagai pangkal segala-galanya, Filosofi Plotinus berpangkal kepada keyakinan, bahwa segala ini, yang asal itu adalah satu dengan tidak ada pertentangan didalamnya. Yang satu itu bukan kwalita dan bukan pula yang terutama dari segala keadaan dan perkembangan dalam dunia, segalanya datang dari suatu, yang Asal. Yang asal itu adalah sebab dari kwantita, bukan akal bukan jiwa, bukan dalam bergerak bukan pula dalam tenang terhenti, bukan dalam ruang dan bukan dalam waktu.
Teori Emanasi Plotinus
Yang satu itu adalah semuanya, tetapi tidak mengandung didalamnya satu pun dari barang yang banyak itu. Dasar dari pada yang banyak tidak bisa yang banyak itu sendiri. Sebalinya, yang satu itu adalah semuanya berarti bahwa yang banyak itu adalah padanya. Di dalam yang satu itu yang banyak belum ada, tetapi yang banyak itu akan ada, yang banyak itu datang dari dia. Oleh karena yang satu itu sempurna, yidak mencari apa-apa, tidak memiliki apa-apa, dan tidak memerlukan apa-apa, maka keluarlah sesuatu dari Dia, dan mengalir menjadi barang-barang yang ada.
Hal itu adalah Emanasi dari Dia, datang dari Dia. Emanasi adalah suatu pandangan baru yang kemukakan oleh Plotinus dalam ajaran filosofinya. Emanasi alam dari yang asal itu, janganlah dipahami sebagai suatu kejadian yang berlaku dalam ruang dan waktu. Sebab ruang dan waktu terletak pada tingkat terbawah dari Emanasi, ruang dan waktu adalah pengertian dalam dunia yang lahir.
Dalam ajaran Plotinus yang satu itu adalah dalam keadaan sempurna, sebab itu bertambah banyaknya yang tidak sempurna hanya bisa terjadi dalam bertambah banyaknya yang berbagai rupa, pembagian dan perubahan-perubahan. Wujud keseluruhannya ; Akal (Nous), Jiwa Alam (Al-Nafsul Kulliyah), dan Materi(al-Maddah).
Ajaran tentang Jiwa
Ajarannya tentang jiwa adalah merupakan dasar dari pada teorinya tentang hidup yang praktis serta ajaran moralnya. Bahwa benda sebagai pangkal dari segala sesuatu yang jahat. Akan tetapi logikanya lalu menimbulkan kesulitan terhadap pokok ajarannya sendiri, karena benda itu dihasilkan oleh jiwa Alam, jadi kalau demikian, apakah ini tidak berarti jiwalah yang bersalah dalam hal kejahatan benda itu.
Menurut Plotinus, jiwa dalam hal ini tidak langsung bersalah, karena karena jiwa sendiri mempunyai dua macam hubungan, yaitu keatas dan kebawah, keatas berhubungan dengan akal, kebawah berhubungan dengan dunia benda yang rendah. Jiwa hanyalah merupakan hubungan dari semuanya, mulai dari tingkat yang tertinggi sampai ke tingkat yang terendah. Jiwa darpada semua makhluk itu ada pada jiwa Alam, yang semuanya itu tidak lain dari pada Idea yang diterima dari akal.
Lahirnya susunan yang bertingkat-tingkat dalam alam (kosmos) ini, adalah disebabkan karena jiwa alam menumpahkan tenaganya kepada materi itu, menurut kesanggupan yang dapat diterima oleh materi itu, sehingga karenanya kosmos itu menjadi hidup dan berjiwa. Dengan demikian semuanya lalu merasakan adanya pertalian jiwa yang mengikat satu sama lain.
Ajaran tentang Hidup dan Moral
Ajaran Plotinus tentang hidup dan moral mudah sekali, ajaran itu tak lain darpada melaksanakan dalam praktik ajarannya tentang jiwa.
Sebagai tujuan hidup manusia dikatakannya mencapai persamaan dengan Tuhan, budi yang tertinggi ialah menyucikan roh. Itu adalah satu-satunya jalan menuju cita-cita kemurnian.
Benda yang ada di sekitar hidup manusia hendaklah diabaikan sama sekali dan jiwa itu harus mencoba semata-mata hidup dalam lingkungan alam rohaniah dan alam pikiran. Hanya dalam alam rohaniah dan alam pikiran itulah jiwa dapat melatih diri untuk mencapai langkah terakhir, yaitu bersatu dengan Tuhan. Ini hanya dapat dicapai dengan mengembangkan perasaan yang luar biasa, yaitu rasa keluar dari diri sendiri dengan Extase.
III. PLATO ( 427 – 347 SM)
Plato dilahirkan di Athena dari keluarga terkemuka, dari kalangan politisi. Pada mulanya ia ingin bekerja sebagai seorang politikus, namun ia kekacauan di negaranya, setelah kematian gurunya Socrates hal itu telah memadamakan ambisinya untuk menjadi seorang politikus, kemudian ia beralih ke filsafat sebagai jalan untuk memperbaiki kehidupan bangsanya, ajaran socrates sangat berpengaruh pada dirinya.
Ajaran-ajaran Plato tentang Idea
Ajaran tentang Idea – Idea merupakan inti dan dasar seluruh filsafat Plato. Idea yang dimaksudkan Plato disini bukanlah suatu gagasan yang terdapat dlam pemikiran saja yang bersifat subyektif belaka. Bagi Plato Idea merupakan sesuatu yang obyektif, ada idea-idea, terlepas dari subyek yang berfikir, Idea-idea tidak diciptakan oleh pemikiran kita, tidak tergantung pada pemikiran, tetapi sebaliknya pemikiranlah yang tergantung pada idea-idea. Justru karena adanya idea-idea yang berdiri sendiri, pemikiran kita dimungkinkan. Pemikiran itu tidak lain daripada menaruh perhatian kepada idea-idea.
Ethika Plato
Etik Plato bersifat intelektual dan rasional. Dasar ajarannya adalah mencapai budi baik. Budi ialah tahu. Orang yang berpengetahuan dengan sendirinya berbudi baik. Sebab itu sempurnakanlah pengetahuan dengan pengertian.
Tujuan hidup ialah mencapai kesenganan hidup. Yang dimaksud dengan kesenangan hidup itu bukanlah memuaskan hawa nafsu didunia ini. Kesenangan hidup diperoleh dengan pengetahuan. Yang tepat tentang nilai barang-barang yang dituju.
Etik Plato bersendi pada ajarannya tentang idea. Dualisme dunia dalam teori pengetahuan lalu di teruskan dalam praktik hidup. Oleh karena kemauan seseorang bergantung pada pendapatnya, nilai kemauannya itu ditentukan oleh pendapatnya. Dari pengetahuan yang sebenarnya yang dicapai dengan dialektika timbul budi yang lebih tinggi dari pada yang dibawakan oleh pengetahuan dari pandangan. Menurut Plato ada dua macam budi.
Pertama, budi filosofi yang timbul dari pengetahuan dengan pengertian.
Kedua, budi biasa yang terbawa oleh kebiasaan orang banyak. Sikap hidup yang dipakai tidak terbit dari keyakinan disesuaikan kepada moral orang banyak dalam hidup sehari-hari.
Negara Ideal
Plato hidup dalam masa Athena menempuh jalan turun setelah mencapai kedudukan yang gilang gemilang dalam segala lapangan, pertentangan antara kaya dan miskin sangat menyolok mata. Karena itu pertentangan politik juga hebat. Menurut Plato nasib Athena hanya dapat tertolong dengan mengubah dasar sama sekali hidup rakyat dan sistem pemerintahan. Itulah alasan baginya untuk menciptakan bentuk suatu negara yang ideal.
Peraturan yang menjadi dasar untuk mengurus kepertingan umum kata Plato tidak boleh diputus oleh kemauan atau pendapat orang seorang atau oleh rakyat seluruhnya, melainkan ditentukan oleh suatu ajaran. Yang berdasarkan pengetahuan dengan pengertian.dari ajaran itu datanglah keyakinan, bahwa pemerintah harus dipimpin oleh idea tertinggi, yaitu idea kebaikan.kemauan untuk melaksanakan itu tergantung kepada budi. Tujuan pemerintah yang benar adalah mendidik warga warganya mempunyai budi. Plato membagi kedudukan penduduk menajdi tiga golongan yakni :
Golongan yang dibawah ialah golongan rakyat jelata, yang berupakan petani, pekerja, tukang dan saudagar. Kerja mereka adalah menghasilkan keperluan sehari-hari bagi ketiga-tiga golongan.
Golongan yang tengah ialah golongan penjaga atau “pembantu” dalam urusan negara. Terhadap keluar tugas mereka mempertahankan negara dari serangan musuh. Tugas kedalam menjamin supaya undang – undang dipatuhi rakyat.
Golongan atas ialah kelas perintah atau filosof. Mereka terpilih dari paling cakap dan yang terbaik dari kelas penjaga, setelah menempuh pendidikan dan pelatihan special untuk itu. Tugas mereka adalah membuat undang-undang dan mengawasi pelaksanaannya. Mereka memangku jabatan tertinggi.
Salam …