Model Pengasuhan Orang Tua dan Implikasinya dalam Praktek Pendidikan

Berdasarkan hasil diskusi kelompok satu terkait uraian latar belakang, fakta dan kajian teoritik serta pembahasan tentang Model Pengasuhan Orang Tua dan Implikasinya dalam Praktek Pendidikan, dapat dirumuskan beberapa kesimpulan yakni sebagai berikut:

    1. Komunikasi dengan anak sangatlah penting, bahkan sejak dalam kandungan pun anak sudah bisa mengenal suara. Maka dari itu dianjurkan mengucap yang baik-baik di dekat ibu hamil. Dengan komunikasi kita bisa mengendalikan diri sendiri, setelah kita dapat mengendalikan diri sendiri dengan kemampuan intrapersonal komunikasi kita, maka kita pun dapat mengendalikan orang lain dengan kemampuan interpersonal komunikasi kita. Komunikasi sendiri berarti menyampaikan pesan atau informasi dari   pemberi Pesan kepada  penerima yang diharapkan ada kesamaan makna dan timbal balik sesuai yang diharapkan
    2. Kualitas hubungan antar pribadi bagi perkembangan dan pembelajaran anak, khususnya yang terkait dengan peningkatan perkembangan dan pembelajaran pada anak yang rentan akan masalah psikososial. Merupakan sebuah tantangan besar bagi kita untuk mengubah tren yang menyedihkan dalam masalah psikososial yang terdapat di bagian dunia kita.  Pencegahan dan intervensi sedini mungkin pada usia sekolah dan prasekolah harus diprioritaskan,dan Persepsi tentang perkembangan dan pembelajaran yang diorientasikan pada interaksi harus menjadi “bilangan penyebut” bagi upaya pencegahan bagi anak dan remaja, dan untuk meningkatkan rasa kompetensi bagi orang dewasa yang berinteraksi dengan generasi muda dan mendukung perkembangannya.
  • Umpan balik, dorongan semangat, dan disiplin, dijadikan sebagai  upaya perbaikan perilaku anak agar anak bersedia melakukan sesuatu dengan benar disertai dengan dorongan semangat dan keyakinan bahwa dia mampu mengerjakan, pada akhirnya bila ia mampu mengerjakannya dengan baik maka harus diberikan penghargaan yang tulus baik berupa pujian atupun hadiah tertentu yang bersifat konstruktif.   Bila hal ini tidak berhasil dan anak menunjukkan tanda-tanda emosi yang tidak terkendali harus segera dihentikan atau dialihkan pada kegiatan lainnya yang lebih ia sukai. Strategi di tempat umum, terkadang anak justru akan terpicu perlaku distruktifnya di tempat-tempat umum, dalam hal ini berbagai rangsangan yang diterima baik berupa suasana ataupun suatu benda tertantu yang dapat membangkitkan perilaku hiperaktif / destruktif haruslah dihindarkan dan dicegah, untuk itu orang tua dan guru harus mengetahui hal-hal apa yang yang dapat memicu perilaku tersebut. Modifikasi perilaku, merupakan pola penanganan yang paling efektif dengan pendekatan positif dan dapat menghindarkan anak dari perasaan frustrasi, marah, dan berkecil hati menjadi suatu perasaan yang penuh percaya diri.
  1. Pengasuhan yang dilandasi oleh kekerasan baik itu kekasaran secara sadar maupun tidak sadar mengakibatkan jiwa dan psikologi remaja menjadi tertekan, selalu sedih, tidak percaya diri, tidak berguna, tidak mampu mengendalikan diri, mendendam, dan memberontak.. sehingga tidak  mampu untuk berpikir jernih, tidak  mampu menghargai diri sendiri dan tidak  bisa mengelola dan mengontrol emosinya, Secara psikologis, sebenarnya remaja semacam ini ingin mendapatkan pengakuan sosial dan perhatian dari orangtuanya, namun karena mereka tidak mendapatkan hal itu di rumah, sebagai gantinya adalah mencari pengakuan di luar rumah dengan cara melakukan tindakan kenakalan. Oleh karena itu peran ibu   sangat penting untuk mencegah remaja dari perbuatan kenakalan, baik kenakalan umum maupun kenakalan kriminal dibandingkan peran pengasuhan ayah.  Karena ikatan antara seorang ibu dan anaknya lebih kuat dan berpengaruh sangat besar pada perilaku sehari-hari anak hingga memasuki masa remaja dibandingkan dengan ikatan antara seorang ayah dan anaknya.
  2. Setiap perilaku dan  pendekatan  yang digunakan orangtua, akan selalu dilihat, dinilai, dan ditiru oleh anak. Dengan cara demikian,  sikap terhadap diri dan metode khas untuk menanggapi orang dan situasi, di peroleh anak melalui belajar, pengulangan dan kepuasan yang diberikan orang tua. Semua itu secara sadar atau tak sadar diresapi anak  hingga menjadi kebiasaan.   Hal demikian disebabkan karena anak mengidentifikasikan diri pada orang tuanya sebelum mengadakan identifikasi pada orang lain
  • Pengasuhan Authoritarian menghasilkan kepribadian anak menjadi penakut, cenderung memupuk kebencian dan permusuhan kepada semua orang yang berkuasa, menimbulkan perasaan menyerah, suka cemas atau gelisah, suka murung, tidak bahagia, mudah tergganggu dan suka mengganggu, mudah stres atau tegang, mudah dongkol dan menarik diri dari masyarakat, serta tidak terarah.
  • Pengasuhan Authoritative membentuk kepribadian dan prilaku  anak  penuh semangat ,  ramah tamah, percaya diri, kontrol  diri baik,  menyenangkan, mampu bergaul utamanya  dengan teman sebaya, mampu mengatasi stres atau tekanan, memiliki perhatian dan rasa ingin tahu pada cerita roman, dapat bekerja sama dengan orang dewasa, taat atau mudah diatur, mempunyai tujuan tertentu, dan berorientasi prestasi, selalu berpikir rasional dan punya semangat kompetisi yang sehat.
  • Pengasuhan Permissive, menghasilkan kepribadian dan perilaku  anak bersifat menurutkan kata hati, mau menang sendiri dan agresif, cenderung menentang, tidak mau mengalah terhadap orang dewasa atau orangtua, kepercayaan diri rendah, orientasi untuk berkompetisi dan berprestasi rendah, kontrol diri sangat kurang, cepat marah, tanpa tujuan dan lemah dalam mengarahkan tujuan-tujuan aktivitasnya, serta bersifat menguasai dengan keras sekali. (Source : K’ Masni, Mahasiswa Pasca Sarjana PKLH UNM Makassar | Guru Biologi SMAN 1 Bone-Bone Kab. Luwu Utara, Sulsel)