BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku akibat interaksi dengan lingkungan. Proses perubahan tingkah laku merupakan upaya yang dilakukan secara sadar berdasarkan pengalaman ketika berinteraksi dengan lingkungan. Pola tingkah laku yang terjadi dapat dilihat atau diamati dalam bentuk perbuatan, reaksi dan sikap secara mental dan fisik.
Tingkah laku yang berubah sebagai hasil proses pembelajaran mengandung pengertian luas, mencakup pengetahuan, pemahaman, sikap, dan sebagainya. Perubahan yang terjadi memiliki karakteristik: (1) perubahan terjadi secara sadar, (2) perubahan dalam belajar bersifat sinambung dan fungsional, (3) tidak bersifat sementara, (4) bersifat positif dan aktif, (5) memiliki arah dan tujuan, dan (6) mencakup seluruh aspek perubahan tingkah laku, yaitu pengetahuan, sikap, dan perbuatan.
Keberhasilan belajar peserta didik dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal, yaitu kondisi dalam proses belajar yang berasal dari dalam diri sendiri, sehingga terjadi perubahan tingkah laku. Ada beberapa hal yang termasuk faktor internal, yaitu: kecerdasan, bakat (aptitude), keterampilan (kecakapan), minat, motivasi, kondisi fisik, dan mental.
Faktor eksternal, adalah kondisi di luar individu peserta didik yang mempengaruhi belajarnya. Adapun yang termasuk faktor eksternal adalah: lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat (keadaan sosio-ekonomis, sosio kultural, dan keadaan masyarakat).
Pada hakikatnya belajar dilakukan oleh siapa saja, baik anak-anak maupun manusia dewasa. Pada kenyataannya ada kewajiban bagi manusia dewasa atau orang-orang yang memiliki kompetensi lebih dahulu agar menyediakan ruang, waktu, dan kondisi agar terjadi proses belajar pada anak-anak. Dalam hal ini proses belajar diharapkan terjadi secara optimal pada peserta didik melalui cara-cara yang dirancang dan difasilitasi oleh guru di sekolah. Dengan demikian diperlukan kegiatan pembelajaran yang disiapkan oleh guru.
Pembelajaran merupakan seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar peserta didik, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian eksternal yang berperanan terhadap rangkaian kejadian-kejadian internal yang berlangsung di dalam peserta didik
Pengaturan peristiwa pembelajaran dilakukan secara seksama dengan maksud agar terjadi belajar dan membuat berhasil guna. Oleh karena itu pembelajaran perlu dirancang, ditetapkan tujuannya sebelum dilaksanakan, dan dikendalikan pelaksanaannya
Proses pembelajaran yang berhasil guna memerlukan teknik, metode, dan pendekatan tertentu sesuai dengan karakteristik tujuan, peserta didik, materi, dan sumber daya. Sehingga diperlukan strategi yang tepat dan efektif.
Strategi pembelajaran merupakan suatu seni dan ilmu untuk membawa pembelajaran sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efesien dan efektif (T. Raka Joni, 1980). Cara-cara yang dipilih dalam menyusun strategi pembelajaran meliputi sifat, lingkup dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik. Strategi belajar mengajar tidak hanya terbatas pada prosedur dan kegiatan, melainkan juga termasuk di dalamnya materi pengajaran atau paket pengajarannya
Indrawati ( 1999 ) dalam Trianto (2007), menyatakan bahwa, suatu pembelajaran pada umumnya akan lebih efektif bila diselenggarakan melalui model-model pembelajaran yang termasuk rumpun pemrosesan informasi. Hal ini dikarenakan model-model pemrosesan informasi menekankan pada bagaimana seseorang berfikir dan bagaimana dampaknya terhadap cara-cara mengolah informasi.
Menurut Downey dalam Joyce (1992) dalam Trianto (2009), menyatakan bahwa, inti dari berfikir yang baik adalah kemampuan untuk memecahkan masalah. Dasar dari pemecahan masalah adalah kemampuan untuk belajar dalam situasi proses berfikir. dengan demikian, hal ini dapat diimplementasikan bahwa kepada siswa hendaknya diajarkan bagaimana belajar meliputi apa yang diajarkan, bagaimana hal itu diajarkan, jenis kodisi belajar, dan memperoeh pandangan baru, salah satu yang termasuk dalam model pemrosesan informasi adalah model pembelajaran inkuiri.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran berdasarkan inquiry merupakan seni penciptaan situasi-situasi sedimikian rupa sehingga siswa mengambil peran sebagai ilmuwan. Dalam situasi-situasi ini siswa berinisiatif untuk mengamati dan menanyakan gejala alam, mengajukan penjelasan-penjelasan tentang apa yang mereka lihat, merancang dan melakukan pengujian untuk menunjang atau menentang teori-teori mereka, menganalisis data, menarik kesimpulan dari data eksperimen, merancang dan membangun model, atau setiap kontribusi dari kegiatan tersebut di atas.
Sund, seperti yang dikutip oleh Suryosubroto dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa, Inquiry merupakan perluasan proses discovery, yang digunakan lebih mendalam, inkuiry yang dalam bahasa Inggris Inquiry berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi.
Gulo, (2005) menyatakan bahwa, strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah : (1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, (2) keterarahan kegiatan secara maksimal dalam proses kegiatan belajar , (3) mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri .
Kondisi Umum yang merupakan syarat timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa adalah :
(1). Aspek sosial di kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa
berdiskusi;
(2). Inkuiri berfokus pada hipotesis
(3). Penggunaan fakta sebagai evidensi (informasi, fakta )
Untuk menciptakan kondisi seperti itu, peranan guru adalah sebagai berikut :
(1). Motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah berfikir.
(2). Fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan
(3). Penanya , menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat
(4). Administrator, bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan kelas
(5). Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan
(6). Manajer, mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas
(7). Rewarder, memberikan penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa.
Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah kedalam waktu yang relative singkat, Hasil penelitian Schlenker dalam joice dan weil (1992) menunjukkan bahwa latihan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berfikir kreatif dan siswa menjadi trampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi.
Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Inquiry
Strategi pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban yang sudah pasti dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2009). Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.
Menurut Sanjaya (2009) bahwa strategi pembelajaran inquiry, memiliki beberapa ciri utama, yaitu:
- Strategi Inquiry menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inquiry menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, akan tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
- Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri yang sifatnya sudah pasti dari sesuatu yang sudah dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sifat percaya diri. Dalam strategi pembelajaran inquiry, guru bukan sebagai sumber belajar tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.
- Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inquiry adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis.
Prinsip – prinsip Penggunaan Inquiri
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam penggunaan inquiri menurut Sanjaya (2009).
# Berorientasi pada pengembangan intelektual
Tujuan utama dari strategi inquiri adalah pengembangan kemampuan berfikir. Dengan demikian , strategi pembelajaran ini selain berorientasi pada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Karena itu, kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunkan strategi inquiri bukan ditentukan sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan.
# Prinsip Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru bahkan antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.
# Prinsip Bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunkaan model inquiri adalah guru sebagai penanya. Sebab kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berfikir.
# Prinsip Belajar untuk Berfikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berfikir (learning how to think) yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berfikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.
# Prinsip Keterbukaan
Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.
Proses Inkuiri
Gulo (2005) menyatakan bahwa, inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan keterampilan. inkuiri merupakan suatu proses yang bermula dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, dan membuat kesimpulan.
Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri
Gulo dalam Trianto (2009) menyatakan, bahwa kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut :
# Mengajukan Pertanyaan atau Permasalahan
Kegiatan inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan. Untuk meyakinkan bahwa pertanyaan sudah jelas, pertanyaan tersebut dituliskan di papan tulis, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesa.
# Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru menanyakan kepada siswa gagasan yang ada, dipilih salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan.
# Mengumpulkan Data
Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel, matrik, atau grafik.
# Analisis Data
Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Faktor penting dalam menguji hipotesis adalah pemikiran “benar” atau “salah”. Setelah memperoleh kesimpulan , dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan . Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukuannya.
# Membuat Kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri umum adalah membuat kesimpulan sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa.
Pembelajaran dengan Metode Inkuiri Suchman
Berdasarkan uraian pembelajaran inkuiri umum, kita dapat melihat bahwa waktu dan sumber yang tersedia merupakan permasalahan dalam pembelajaran. Menanggapi permasalahan ini, Richard Suchman mengembangkan suatu pembelajaran inkuiri yang telah dimodifikasi. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Suchman tentang model inkuiri ini menunjukkan bahwa keterampilan inkuiri siswa meningkat dan motivasi belajarnya juga meningkat.
Dahlan dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa, Suchman berkeyakinan bahwa siswa akan menyadari tentang proses penyelidikannya dan mereka dapat diajarkan tentang prosedur ilmiah secara langsung . Selajutnya, Suchman berpendapat tentang pentingnya membawa siswa pada sikap bahwa semua pengetahuan bersifat tentative. Joyce dalam Trianto (2009) menyatakan, bahwa teori Suchman dapat dijabarkan sebagai berikut :
(1) Mengajak siswa membayangkan seakan-akan dalam kondisi yang sebenarnya
(2) Mengidentifikasi komponen-komponen yang berada di sekeliling kondisi tersebut.
(3) Merumuskan permasalahan dan membuat hipotesis pada kondisi tersebut.
(4) Memperoleh data dari kondisi tersebut dengan membuat pertanyaan dan jawabannya “ya’ atau “tidak”.
(5) Membuat kesimpulan dari data-data yang diperolehnya.
Pembelajaran inkuiri dengan metode Suchman menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada siswa sebagai alternative untuk prosedur pengumpulan data.
Inkuiri Suchman seperti yang dikutip oleh Kardi dalam Trianto(2009) mempunyai kelebihan, yaitu :
(1) Penelitian dapat diselesaikan dalam waktu satu periode pertemuan. Waktu yang singkat ini memungkinkan siswa dapat mengalami siklus inkuiri dengan cepat, dan pelatihan mereka akan terampil melakukan inkuiri.
(2) Lebih efektif dalam semua bidang di dalam kurikulum.
Perbedaan utama antar inkuiri Suchman dengan Inkuiri umum adalah pada proses pengumpulan data. Suchman mengembangkan suatu motode penemuan baru yang menuntun siswa mengumpulkan data melalui bertanya.
1). Struktur Sosial Pembelajaran. Suasana kelas yang nyaman merupakan hal yang penting dalam pembelajaran inkuiri Suchman karena pertanyaan-pertanyaan harus berasal dari siswa agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Kerja sama guru dengan siswa, siswa dengan siswa diperlukan juga adanya dorongan secara aktif dari guru dan teman. Dua atau lebih siswa yang bekerja sama dalam berfikir dan bertanya, akan lebih baik hasilnya jika dibanding bila siswa bekerja sendiri.
2). Peran Guru. Pembelajaran inkuiri Suchman, peran guru memonitor pertanyaan siswa untuk mencegah agar proses inkuiri, tidak sama dengan permainan tebakan. Hal ini memerlukan dua aturan penting, yaitu : Pertanyaan harus dapat dijawab “ya” atau “tidak” dan harus diucapkan dengan suatu cara siswa dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan melakukan pengamatan; Pertanyaan harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak mengakibatkan guru memberikan jawaban pertanyaan tersebut, tetapi mengarahkan siswa untuk menemukan jawabannya sendiri.
3). Sintaks Pembelajaran Inkuiri. Dalam upaya menanamkan konsep , misalnya konsep IPA Biologi pokok bahasan saling ketergantungan pada siswa, tidak cukup hanya sekedar ceramah. Pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk tahu dan terlibat secara aktif dalam menemukan konsep-konsep dari fakta-fakta yang dilihat dari lingkungan dengan bimbingan guru.
Pada penelitian ini tahapan pembelajaran yang digunakan mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Eggen & Kauchak dalam Trianto (2009). adapun tahapan pembelajaran inkuiri sebagai berikut:
Tahap Pembejaran Inkuiri
Fase | Perilaku Guru |
| Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan masalah dituliskan di papan. Guru membagi siswa dalam kelompok. |
| Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memproiritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan. |
| Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan . Guru membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan |
| Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan |
| Guru memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul. |
| Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan. |
Sudjana (1989) menyatakan, ada lima tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan pembelajaran inkuiri, yaitu :
(1) Merumuskan masalah untuk dipecahkan oleh siswa;
(2) Menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis;
(3) Mencari informasi, data, dan fakta yang diperlukan untuk menjawab hipotesis atau permasalahan;
(4) Manarik kesimpulan atau generalisasi; dan
(5) Mengaplikasikan kesimpulan.
Kesimpulan
1. Gulo dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa, strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
2. Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah : (1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, (2) keterarahan kegiatan secara maksimal dalam proses kegiatan belajar , (3) mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri
3. Langkah-langkah pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut : a. Mengajukan Pertanyaan atau Permasalahan; b. Merumuskan Hipotesis; c. Mengumpulkan Data; d. Analisis Data; e. Membuat Kesimpulan
Daftar Pustaka
Joni T. Rakaa,1980. StrategiBelajar Mengajar. Jakarta. P3G
Sanjaya, Wina, 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Prenada Media. Jakarta
-, 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Prenada Media. Jakarta
Trianto, 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif berorientasi konstruktivis. Prestasi Pustaka.Jakarta
Trianto, 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Prenada Media.Jakarta
W. Gulo. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Grasindo. Jakarta.
***
(Source : Fitriani Nur, Mahasiswa PPs UNM Makassar | Prodi Pendidikan Matematika, 2008)