Arsitektur Teknologi Informasi Rumah Sakit

PENDAHULUAN

Dinamisme lingkungan bisnis, perubahan dan perkembangan teknologi, baik teknologi informasi maupun teknologi komunikasi, dari waktu ke waktu yang sangat cepat, membawa dampak pada makin ketatnya persaingan antar perusahaan  dalam mendapatkan persaingan. Kompetisi antar perusahaan mengakibatkan makin pendeknya siklus hidup produk karena perusahaan berlomba untuk menawarkan sesuatu yang baru dan bernilai bagi konsumennya, Sistem perekonomian saat ini dikendalikan oleh pelayanan, dengan perkataan lain, permintaan konsumen menjadi pengendali dalam sistem, untuk meraih keunggulan, pelayanan harus menjadi suatu bagian yang terintegrasi dalam pelaksanaan bisnis untuk mewujudkan superior customer value.

Untuk  dapat mewujudkan superior customer value pada sebuah Rumah Sakit, haruslah mampu menciptakan nilai-nilai sehingga kepuasan pasien dapat dicapai, untuk mendukung proses penciptaan nilai bagi pelanggan dan mencapai tujuan rumah sakit melalui peningkatan kinerja dan pencapaian keunggulan kompetitif. Apakah memerlukan sistem baru atau paling tidak melakukan revisi atas sistem yang telah ada. Pengembangan sistem merupakan satu set aktifitas yang dapat menciptakan sistem untuk memproses informasi secara efektif dan efisien.

Teknologi informasi Rumah sakit merupakan  dan suatu strategi kompetitif rumah sakit untuk dapat berkompetisi dengan para pesaing atau lawan pada suatu pasar. Aplikasi teknologi informasi adalah suatu perwujudan dari rencana strategis yang telah ditetapkan dalam bentuk suatu perencanaan dan kemudian pengendalian dari implementasi strategi teknologi informasi tersebut.

Sistem informasi rumah sakit akan menjadi lebih efektif dengan mengoptimalkan implementasi teknologi informasi yang kemudian dapat menguntungkan dalam bersaing.

Proses arsitektur membutuhkan kreativitas dan judgement dalam melakukan analisa dan pemahaman teknis, Arsitektur rancangan kerja teknologi terdiri dari 4 elemen :

  1. Pemrosesan data menjadi informasi
  2. Komunikasi
  3. Data
  4. Sistem aplikasi utama

TEKNOLOGI INFORMASI RUMAH SAKIT

Rumah  Sakit adalah suatu tempat yang terorganisasi dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien, baik yang bersifat dasar, spesialistik, maupun subspealistik. Selain itu Rumah Sakit juga dapat digunakan sebagai lembaga pendidikan bagi tenaga profesi kesehatan, secara umum unit operasional rumah sakit terdiri dari dua bagian besar, yakni unit kegiatan medik dan unit nonmedik.

Implementasi teknologi informasi dapat memberikan pengarahan, pengembangan dan realisasi rencana yang biasanya memperhitungkan efisiensi biaya, efektivitas sistem, responsif dan inovatif.

Teknologi dan sistem informasi diaplikasikan dalam perusahaan untuk meningkatkan produktivitas dan membantu pencapaian kualitas, standar waktu, dan kepuasan baik bagi konsumen maupun karyawan

Perkembangan pesat teknologi informasi membawa tampak perubahan kultur perekonomian setiap negara berarah ekonomi digital, dimana setiap aktivitas bisnis yang  dilakukan rumah sakit/perusahaan berbasis pada aplikasi teknologi world wibe web (www atau lebih dikenal dengan web) dan teknologi internet. Hal ini mengakibatkan perekonomian dan bisnis yang semula relatif stabil dan dapat diprediksi menjadi rumah penuh ketidakpastian, semakin kompleks, dan cepat berubah. Batas-batas antar negara semakin kabur dan cenderung hilang dari segi investasi, operasi industri, informasi, serta mengarah pada internasionalisasi dan globalisasi. Globalisasi memberikan tantangan dan peluang bagi rumah sakit yang beroperasi di dalamnya. Untuk dapat bertahan hidup dan mengemban persaingan rumah sakit perlu membuat perencanaan dengan mengubah tantangan yang ada menjadi peluang bagi bisnis mereka.

Tantangan makin kompetitifnya persaingan bisnis dan kondisi lingkungan bisnis yang tidak dapat diprediksi, menonton rumah sakit untuk memiliki produktivitas tinggi dan perkembangan teknologi yang menjadi syarat penting untuk tetap bertahan dalam persaingan, kecepatan, kualitas dan fleksibilitas merupakan kunci kesuksesan rumah sakit dalam memenuhi kebutuhan konsumen, efisiensi dan efektivitas bisnis rumah sakit  harus ditingkatkan sehingga rumah sakit perlu meninjau kembali kegiatan operasi bisnis internalnya seperti manajemen persediaan dan distribusi.

Untuk memperbaiki daya saing rumah sakit secara relatif, rumah sakit perlu dukungan sumber daya manusia yang kompeten yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang mampu menguasai perkembangan yang terkonsentrasi khususnya dalam hal pemahaman target regional. Untuk itu diperlukan pemahaman pandangan konsumen dalam network, perlunya pengelolaan perubahan dalam metode kerja, perlu juga diperhatikan kemudahan penggunaan alat-alat untuk desain dan implementasi bisnis.

Untuk menghadapi perubahan yang tidak dapat diprediksi, sistem informasi harus diaplikasikan dalam semua bidang dalam rumah sakit. Sistem informasi harus dipertimbangkan sehingga salah satu sumber keunggulan kompetitif rumah sakit. Sistem informasi merupakan proses pengumpulan pemprosesan, penyimpanan, analisa informasi  untuk tujuan tertentu. Sistem informasi mencakup input dan output dan memproses input dengan menggunakan teknologi informasi untuk menghasilkan output yang dikirimkan kepada pengguna atau kepada sistem lain melalui jaringan kerja elektronik.

SISTEM MANAJEMEN INFORMASI LINGKUNGAN RUMAH SAKIT

Profil  Limbah Rumah Sakit

Rumah sakit merupakan penghasil limbah klinik terbesar. Limbah klinis ini bisa membahayakan  dan menimbulkan gangguan kesehatan bagi pengunjung dan terutama kepada petugas yang menangani limbah tersebut serta masyarakat sekitar rumah sakit. Limbah klinis adalah limbah yang berasal dari pelayanan medik, perawatan gigi, farmasi, atau yang sejenis; penelitian, pengobatan, perawatan atau pendidikan yang menggunakan bahan-bahan beracun, infeksius, berbahaya atau bisa membahayakan, kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu.

Berdasarkan potensi bahaya yang terkandung dalam limbah klinis, maka jenis limbah dapat digolongkan sebagai berikut.

(+) Limbah Benda Tajam

Limbah benda tajam merupakan objek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi ujung, atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit, seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, dan pisau bedah. Semua benda tajam ini memiliki potensi berbahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi dan beracun, bahan sitotoksik atau radioaktif. Limbah benda tajam mempunyai potensi bahaya tambahan yang dapat menyebabkan infeksi atau cedera karena mengandung bahan kimia beracun atau radioaktif. Potensi untuk menularkan penyakit akan sangat besar bila benda tajam tersebut digunakan untuk pengobatan pasien infeksi atau penyakit infeksi.

(+) Limbah Infeksius

limbah infeksius mencakup pengertian limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif) dan limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan atau isolasi penyakit menular. Namun, beberapa institusi memasukkan juga bangkai hewan percobaan yang terkontaminasi oleh organisme patogen ke dalam kelompok limbah infeksius.

(+) Limbah Jaringan Tubuh

Jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah, dan cairan tubuh biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau autopsi. Limbah ini dapat dikategorikan berbahaya dan mengakibatkan resiko tinggi infeksi kuman terhadap pasien lain, staf rumah sakit, dan populasi umum ( pengunjung RS dan penduduk sekitar RS) sehingga dalam penanganannya membutuhkan labelisasi yang lengkap.

(+) Limbah Sitotoksik

Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik. Penanganan limbah ini membutuhkan absorben yang tepat dan bahan pembersihnya harus selalu tersedia dalam ruangan peracikan. Bahan-bahan tersebut antara lain swadust, granula absorbsi, atau perlengkapan pembersih lainnya. Semua pembersih tersebut harus diperlakukan sebagai limbah sitotoksik yang pemusnahannya harus menggunakan insinerator karena sifat racunnya yang tinggi. Limbah dengan kandungan sitotoksik rendah, seperti urin, tinja, dan muntahan dapat dibuang ke dalam saluran air kotor. Limbah sitotoksik harus dimasukkan ke dalam kantong plastik yang berwarna ungu yang akan dibuang setiap hari atau boleh juga dibuang setelah kantong plastik penuh. Metode umum yang dilakukan dalam penanganan minimasi limbah sitotoksik adalah mengurangi jumlah penggunaannya, mengoptimalkan ukuran kontainer obat ketika membeli, mengembalikan obat yang kadarluarsa ke pemasok, memusatkan tempat pembuangan bahan kemotrapi, meminimalkan limbah yang dihasilkan dan membersihkan tempat pengumpulan, menyediakan tempat pembersih tumpahan obat dan melakukan pemisahan limbah.

(+) Limbah Farmasi

limbah farmasi dapat berasal dari obat-obat yang kadarluarsa, obat-obatan yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat-obatan yang dikembalikan oleh pasien atau dibuang oleh masyarakat, obat-obatan yang tidak lagi diperlukan oleh institusi yang bersangkutan, dan limbah yang dihasilkan selama produksi obat-obatan.

(+) Limbah Kimia

Limbah kimia dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan medik, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset.

(+) Limbah Radioaktif

Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medik atau riset radionucleida. Limbah ini dapat berasal antara lain dari tindakan kedokteran nuklir, radioimmunoassay, dan bakteriologis, dapat berbentuk padat, cair atau gas. Beberapa bahan radioaktif yang umumnya digunakan oleh rumah sakit.

(+) Limbah Klinis

Dalam kaitan dengan pengelolaan limbah klinis, golongan limbah klinis dapat dikategorikan menjadi lima jenis berikut :

1)    Golongan A, terdiri dari dressing bedah, swab, dan semua bahan yang bercampur dengan bahan-bahan tersebut, bahan-bahan linen dari kasus penyakit infeksi, serta seluruh jaringan tubuh manusia (terinfeksi maupun tidak), bangkai atau jaringan hewan dari laboratorium dan hal-hal lain yang berkaitan dengan swab dan dressing.

2)    Golongan B, syringe bekas, jarum, cartridge, pecahan gelas dan benda-benda tajam lainnya.

3)    Golongan C, limbah dari ruangan laboratorium dan post partum, kecuali yang termasuk dalam golongan A.

4)    Golongan D, limbah bahan kimia dan bahan-bahan farmasi tertentu.

5)    Golongan E, pelapis bed-pan disposable, urinior, incontinence-pad, dan stamage bags.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan limbah klinis adalah sebagai berikut :

  1. Penghasil limbah klinis dan yang sejenis harus menjamin keamanan dalam memilah-milah jenis sampah, pengemasan, pemberian label, penyimpanan, pengangkutan, pengolahan, dan pembuangan.
  2. Penghasil limbah klinis hendaknya mengembangkan dan secara periodik meninjau kembali strategi pengelolaan limbah secara menyeluruh.
  3. Menekan produksi sampah hendaknya menjadi bagian integral dari srategi pengelolaan.
  4. Pemisahan sampah sesuai dengan sifat dan jenisnya (kategori) adalah langkah awal dalam prosedur pembuangan yang benar.
  5. Limbah radioaktif harus diamankan dan dibuang sesuai dengan peraturan yang berlaku oleh instansi yang berwenang.
  6. Insinerator adalah metode pembuangan yang disarankan untuk limbah tajam, infeksius dan jaringan tubuh.
  7. Insinerator dengan suhu tinggi disarankan untuk memusnahkan limbah sitotoksik.

Dampak Limbah Rumah Sakit Pada Kesehatan Masyarakat

Kegiatan pelayanan kesehatan di Rumah sakit di samping memberikan kesembuhan atau peningkatan derajat kesehatan masyarakat, juga menghasilkan sejumlah hasil sampingan. Hasil sampingan itu berupa buangan padat, cairan, dan gas yang banyak mengandung kuman patogen, zat kimia yang beracun, zat radioaktif dan zat lain-lain. Buangan tersebut dapat mengganggu kesehatan masyarakat dan kelestarian lingkungan ataupun ekosistem di dalam dan sekitar rumah sakit. Apabila pengelolaan bahan buangan ini tidak dilaksanakan secara saniter, maka akan menyebabkan gangguan terhadap kelompok masyarakat di dan sekitar rumah sakit serta lingkungan di dalam maupun di luar rumah sakit.

Agen penyakit yang dihasilkan oleh kegiatan pelayanan kesehatan di rumah sakit memasuki media lingkungan melalui air (air kotor dan air minum), udara, makanan, alat atau benda, serangga, tenaga kesehatan, dan media lainnya. Melalui media ini agen penyakit tersebut akan ditularkan pada kelompok masyarakat rumah sakit yang rentan, misalnya penderita yang dirawat atau yang berobat jalan, karyawan rumah sakit, pengunjung atau pengantar orang sakit serta masyarakat di sekitar rumah sakit. Oleh karena itu, pengawasan terhadap mutu media ini terhadap kemungkinan akan adanya kontaminasi oleh agen penyakit yang dihasilkan oleh kegiatan pelayanan kesehatan di rumah sakit, hendaknya dipantau dengan cermat sehingga media tersebut bebas dari kontaminasi. Dengan demikian, kelompok masyarakat di rumah sakit terhindar dari kemungkinan untuk mendapatkan gangguan atau penyakit akibat buangan agen dari masyarakat tersebut.

Biaya Pengolahan Limbah Rumah Sakit

Berbagai pihak telah lama menyadari permasalahan komitmen pengolahan limbah dari kegiatan industrinya merupakan sesuatu yang sulit dilakukan. Tidak hanya karena minimnya teknologi alternatif yang tepat guna, faktor regulasi pemerintah pun menunjukkan semakin berpihak pada kepentingan konservasi lingkungan. Belum lagi faktor biaya merupakan alasan yang utama pihak industriawan termasuk pengurus rumah sakit yang menjadi penghambat investasi untuk instalasi pengelolaan air limbah (IPAL). Selama ini biaya pengolahan limbah rumah sakit dirasa mahal karena teknologi pengolahan limbah umumnya masih konvensional, memerlukan area IPAL yang luas, serta operasional dan perawatan instalasi yang rumit dan kompleks.

Teknologi Pengolahan Limbah Di Rumah Sakit

Rumah sakit mempunyai berbagai cara dalam mengolah limbahnya. Ada yang mengolah limbahnya sendiri dan ada juga rumah sakit yang bekerjasama dengan rumah sakit lain yang memiliki sarana pengolahan limbah yang lebih lengkap dalam mengelola limbahnya. Banyak rumah sakit yang mempunyai alat canggih sebagai sarana pengolah limbahnya. Hal ini diakui membawa konsekuensi besarnya biaya pengadaan dan operasional yang harus dikeluarkan. Mengirimkan limbah yang dihasilkan untuk diolah ke rumah sakit lain merupakan salah satu cara meminimalisasi biaya yang dikeluarkan dalam pengelolaan limbah.

PENUTUP

Faktor penentu keberhasilan pengembangan sistem informasi adalah : aspek SDM, baik dalam kasus pengembangan sistem informasi untuk masyarakat  publik dan perusahaan, aspek SDM merupakan penentu keberhasilan aplikasi sistem informasi, karena sistem informasi diciptakan untuk digunakan SDM  dalam membantu pelaksanaan aktifitas kerjanya, jika SDM tidak kompeten  dalam arti tidak mampu menguasai perkembangan sistem teknologi informasi maupun teknologi komunikasi, yang kedua perlunya keterlibatan dan dukungan penuh dari manajer dalam proses pengembangan sistem informasi , ketiga Pengembangan sistem informasi yang baru maupun dalam melakukan kerjasama dengan pihak lain harus merupakan sistem informasi  yang compatible dengan sistem informasi yang sebelumnya atau sistem informasi yang dimiliki rumah sakit lain.

Teknologi informasi muncul sebagai akibat makin merebaknya globalisasi  dalam kehidupan organisasi rumah sakit. Semakin ketatnya persaingan bisnis dan semakin singkatnya siklus hidup produk dan jasa yang ditawarkan, serta meningkatnya tuntutan selera konsumen terhadap jasa yang ditawarkan. Untuk mengantisipasi semua ini rumah sakit mencari cara-cara dan terobosan-terobosan baru. Diharapkan teknologi dapat menjadi fasilitator dan interpreter dalam menghadapi setiap gejolak yang muncul semula teknologi informasi digunakan hanya terbatas pada pemprosesan data. Dengan berkembangnya teknologi tersebut hampir semua aktivitas organisasi telah dimasuki oleh aplikasi dan otomatisasi teknologi informasi.