Reinforcement

Pengertian Reinforcement

Sebelum kita melangkah lebih jauh tentang bagaimana penerapan reinforcement orang tua terlebih dahulu penulis memaparkan pengertian reinforcement sebagai berikut :

Reinforcement dalam kamus bahasa Inggris Indonesia ialah penguatan.[1]

Istilah reinforcement (peneguhan atau penguatan berasal dari skinner salah seorang ahli psikologi belajar behavioristik, dia mengartikan reinforcement ini sebagai setiap konsekuensi atau dampak tingkah laku yang memperkuat tingkah laku tertentu.[2] Reinforcement juga dapat diartikan stimulus yang meningkat kemungkinan timbulnya respon tertentu.[3]

Reinforcement Orang Tua

(+) Hukuman (punishment)

Ketika ingin melihat keberhasilan dalam mendidik sebagai orang tua harus mampu memberikan rangsangan atau penguatan kepada anak sehingga dalam proses belajar anak dapat efektif, baik itu reinforcement dalam bentuk hukuman atau hadiah. Orang tua adalah pendidik utama dan pertama. Kegiatan orang tua mendidik anaknya sebagian terbesar dilakukan di rumah. Kegiatan itu hampir tak ada yang berupa pengajaran. Bentuk kegiatan pendidik  yang dilakukan orang tua ialah pembiasaan, pemberian contoh, dorongan hadiah, pujian dan hukuman[4].

Alisuf Sabri mengemukakan bahwa dalam pemberian hukuman, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

  1. Hukuman harus diberikan atas dasar cinta kasih sayang
  2. Hukuman diberikan karena suatu keharusan, artinya tidak ada lagi alat pendidikan lain yang dapat dipergunakan.
  3. Pemberian hukuman harus dapat menimbulkan kesan kesadaran dan penyesalan dalam hati anak didik
  4. Pemberian hukuman harus diikuti dengan pemberian ampunan dan disertai dengan harapan kepercayaan bahwa anak sanggup memperbaiki diri. [5]

Dalam pemberian hukuman dalam proses sebaiknya dilakukan secara hati-hati dan dikurangi seminimal mungkin karena apabila kurang hati-hati dan sering memberikan hukuman dapat berdampak negatif dan perkembangan pribadi anak.[6]

Bentuk hukuman itu sendiri berupa; hukuman badan, hukuman perasaan (diejek, dipermalukan, dimaki) dan hukuman intelektual tampaknya lebih baik dilakukan karena akan mengantar langsung ke perbaikan proses belajar sedangkan hukuman-hukuman yang bersifat fisik justru akan mengganggu kasih sayang orang tua dengan anak-anaknya, berkenaan dengan hukuman ada beberapa macam teori yang mendasarinya yaitu sebagai berikut :

  1. Teori memperbaiki, anak  memperbaiki perbuatannya. Hukuman diberikan kepada anak dengan mempertimbangkan beratnya sanski yang diberikan sehingga anak dapat memperbaiki sikapnya karena hukuman itu.
  2. Teori ganti rugi, anak mengganti kerugian akibat perbuatannya. Hukuman diberikan kepada anak bertujuan untuk memberi pengertian kepada anak bahwa setiap sesuatu yang dilakukan memiliki konsekuensi.
  3. Teori melindungi, orang lain dilindungi hingga tidak meniru perbuatan yang salah. Anak diberi penjelasan tentang hal-hal (tingkah laku) yang salah, yang mungkin baik dilihat dari orang lain.
  4. Teori menakutkan, anak takut mengulangi perbuatannya yang salah. Setiap hukuman yang diberikan seharusnya dapat membuat anak takut untuk kembali mengulangi perbuatannya.
  5. Teori hukuman  alam, anak belajar dari pengalaman (hukuman). Hendaknya hukuman yang diberikan dapat dijadikan sebagai pengalaman bagi anak bahwa setiap kesalahan yang dilakukan akan diikuti oleh hukuman sehingga anak berusaha untuk tidak mendapatkan hukuman itu dengan berbuat kesalahan lagi.[7]

Maka dengan demikian esensi dari hukuman diatas, tidak bermaksud menyakiti anak, tetapi dilakukan untuk mendorong dan memotivasi anak untuk selalu bertindak dan belajar yang baik serta terus berkreasi.

(+) Hadiah (Reward). Reward adalah hadiah atau penghargaan, imbalan dan ganjaran baik yang berupa pujian (dengan kata-kata) maupun dengan isyarat, senyuman, hadiah benda-benda. Penghargaan ini adalah dasar berbaginya rasa percaya diri akan berprestasi juga dapat menimbulkan keinginan untuk berusaha mencapai kemajuan atau prestasi-prestasi baru, hadiah, kecil apapun adalah bentuk kesungguhan yang dapat ditangkap oleh pemahaman anak.[8]

(+) Metode Pemberian Reinforcement

  1. Penguatan terhadap pribadi tertentu. Penguatan terhadap pribadi tertentu adalah cara penguatan yang dimaksudkan, jika seorang guru atau orang tua hendak memberikan penguatan kepada siswa tertentu atas tingkah laku ditampilkannya maka penguatan tersebut harus jelas ditujukan kepada anak yang bersangkutan. Sehingga nantinya ia dapat merasakan secara langsung bahwa penguatan ditujukan kepadanya.
  2. Penguatan terhadap kelompok siswa/ anak. Penguatan ini tidak hanya ditujukan kepada siswa tertentu melainkan untuk seluruh kelompok siswa atau anak yang berada di kelas, penguatan ini cenderung di gunakan di kelas (sekolah). Jadi penguatan diberikan tidak didasarkan atas prestasi yang ditampilkan oleh kelompok atau kelas yang bersangkutan.
  3. Memberikan penguatan dengan segera. Salah satu penggunaan reinforcement atau penguatan secara efektif, yaitu memberikan penguatan dengan segera setelah munculnya tingkah laku yang diharapkan baik secara individu maupun dalam kelas yang bersangkutan, namun perlu diketahui pemberian penguatan dengan cepat  kadang-kadang terhambat oleh beberapa faktor sehingga penguatan tersebut ditunda pelaksanaannya.

[1]John M. Echols, Hasan Shadly, Kamus Inggris Indonesia, (Cet. XXIII; Jakarta : PT. Gramedia Jakarta, 1996), h. 475.

[2]Syamsu Yusuf, Psikologi Belajar, (Cet. I; Bandung : Pustaka Bani Quraisy, 2003), h. 78.

[3]Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Cet. VI; Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2001), h. 109.

[4]Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Cet. III; Bandung:  PT. Remaja Rosda Karya, 2000), h. 186.

[5]Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 45

[6]Syamsu Yusuf, Psikologi Belajar, (Cet. I; Bandung : CV. Pustaka Bani Quraisy, 2003), h. 80

[7]Hisbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Cet. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1991), h. 31

[8] Syamsu Yusuf, op.cit., h. 78.