PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendidikan secara umum, merupakan suatu usaha untuk menambah kecakapan, pengertian dan sikap belajar dan pengalaman yang diperlukan untuk mementingkan kelangsungan hidup serta mencapai tujuan hidup. Usaha tersebut terdapat baik dalam masyarakat yang masih terbelakang maupun masyarakat yang sudah maju atau masyarakat yang sangat maju.
Belajar mengajar sebagai salah satu proses merupakan suatu sistem yang tidak terlepas dari komponen-komponen lain yang saling berinteraksi di dalamnya. Salah satu komponen dalam proses tersebut adalah sumber belajar. Sumber belajar tidak lain adalah daya yang bisa dimanfaatkan guna kepentingan proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung. Olehnya itu dalam desain pengajaran yang biasa disusun guru terdapat salah satu komponen pengajaran. Begitu juga pendidik atau guru merupakan seorang fasilitator, yang bertugas memfasilitasi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam proses pembelajaran. Seorang pendidik harus mampu membangun suasana belajar yang kondusif sehingga siswa mampu belajar sendiri.
Dewasa ini khusus di kota Makassar, banyak acara-acara televisi dalam tayangannya sehingga sangat menyita waktu belajar, acara demi acara tersebut sangat fantastis dari satu chanel ke chanel yang lain. Semua stasiun televisi bersaing untuk menampilkan mulai dari film kartun hingga film Hollywood sehingga para siswa hampir engga untuk menjauhi acara tersebut sehingga banyak tugas-tugas mereka terabaikan, di lain pihak ada siswa yang memanfaatkan media elektronika untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah dengan menemukan jawaban yang dapat dipertanggungjawabkan, tentang kebenaran suatu penelitian ilmiah.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah penulis uraikan di atas, maka untuk mendapatkan kejelasan suatu Karya Ilmiah dan tujuan pembahasan yang hendak dicapai sehingga penulis dapat merumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
- Bagaimana langkah-langkah penerapan metode penugasan siswa dalam proses pembelajaran
- Bagaimana pengaruh metode penugasan terhadap efektivitas proses pembelajaran
Tujuan Penulisan
Setiap aktivitas manusia senantiasa diiringi dengan suatu harapan sebagai kerangka landasan untuk melangkah lebih jauh dalam membiasakan sesuatu, termasuk membuat dan menulis suatu karya tulis yang bermutu atau berguna. Harapan tersebut terkadang manifestasikan yang pada akhirnay dalam suatu tujuan, demikian halnya dengan penulisan karya ilmiah ini yang sasaran utamanya adalah :
- Untuk mengetahui langkah-langkah penerapan metode pengugasan siswa dalam proses pembelajaran
- Untuk mengetahui efektivitas metode penugasan siswa dalam proses pembelajaran
Manfaat Penulisan
- Untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis khususnya dan kepada pembaca pada umumnya serta menambah pemahaman terhadap manfaat dan kegunaan metode penugasan siswa, agar kelak penulis terjun ke dunia pendidikan dalam hal ini sebagai seorang pendidik, dapat memahami dan mengambil manfaat dari metode ini
- Hasil penulisan ini diharapkan menjadi bahan bacaan dalam rangka meningkatkan efektifitas belajar mengajar guna memperoleh hasil yang baik dan mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan bersama.
BEBERAPA HAL POKOK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR
Pengertian Interaksi Belajar Mengajar
Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa, sedangkan mengajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru. Kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru sangat mempengaruhi kegiatan belajar siswa apabila guru mengajar dengan pendekatan yang bersifat menyajikan atau eksploitasi, maka para siswa akan belajar dengan cara menerima, seperti pendekatan diskusi/inkuiri, maka para siswa akan belajar dengan cara yang aktif pula.
Interaksi belajar mengajar merupakan interaksi yang berlangsung antara guru dan siswa dalam rangka mencapai tujuan pengajaran atau mengandung arti pula adanya kegiatan interaksi dari guru yang melaksanakan tugas mengajar di satu pihak lain.
Dari pengertian ini dapat kita melihat, bahwa dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang pasti mengadakan hubungan atau interaksi dengan orang lain. Interaksi tersebut dapat berupa interaksi yang berlangsung dalam bidang sosial ekonomi, politik, pendidikan, dan sebagainya. Dalam melakukan kegiatan belajar mengajar, terdapat pula komunikasi dalam interaksi, akan tetapi penulis merasa bahwa yang lebih cocok dalam pola komunikasi antara guru dan murid dalam proses interaksi edukatif diantaranya :
- Komunikasi sebagai aksi, atau komunikasi satu arah artinya menempatkan guru sebagai pemberi aksi dan anak didik sebagai penerima aksi. Dimana guru aktif dan anak didik pasif. Oleh karena itu, mengajar dipandang sebagai kegiatan menyampaikan bahan pelajaran
- Komunikasi sebagai interaksi artinya dalam komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah guru berperan sebagai pemberi aksi atau penerima aksi. Demikian pula halnya anak didik kita bisa sebagai penerima aksi, bisa pula sebagai pemberi aksi. Anak didik dan anak didik akan terjadi dialog.
- Komunikasi sebagai transaksi, maksudnya dalam komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi banyak arah, komunikasi tidak hanya terjadi antara guru dan anak didik. Anak didik dituntun lebih aktif dari pada guru, seperti halnya guru, dapat berfungsi sebagai sumber belajar bagi anak didik lain.
Komponen-Komponen Belajar Mengajar
Sebagai suat u sistem tentu saja kegiatan belajar mengajar mengandung sejumlah komponen yang harus dijalankan dalam kegiatan interaksi belajar mengajar diantaranya.
- Adanya tujuan yang jelas akan dicapai
- Adanya bahan yang menjadi isi interaksi
- Adanya siswa yang aktif mengalami
- Adanya guru yang melaksanakan
- Adanya metode tertentu untuk mencapai tujuan
Proses Belajar Mengajar Ditinjau dari Sudut Siswa, Guru dan Kurikulum
Proses Belajar Mengajar ditinjau dari sudut siswa
Dalam proses belajar mengajar yang mengaktifkan siswa, peranan siswa lebih besar, karena siswa tidak diberi bahan ajar yang sudah jadi atau yang sudah selesai untuk tinggal menghafal, tetapi mereka diberi persoalan-persoalan yang membutuhkan pencarian, pengamatan, percobaan, analisis, sintesis, perbandingan, penilaian dan penyimpulan oleh para siswa sendiri.
Guru dan anak didik tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan, dimana ada guru disitu ada anak didik yang ingin belajar dari guru, sebaliknya di mana anak didik di sana ada guru yang ingin memberikan binaan dan bimbingan kepada anak didik. Guru dengan ikhlas memberikan apa yang diinginkan oleh anak didiknya, tidak ada sedikitpun dalam benak guru terlintas pikiran negatif untuk tidak mendidik anak didiknya, meskipun sejuta permasalahan sedang merangsang kehidupan seorang guru.
Belajar merupakan serangkaian upaya untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan dan sikap serta nilai siswa, untuk memenuhi proses belajar mengajar ditinjau dari sudut siswa, penulis merumuskan beberapa ciri-ciri di mana adanya beberapa perubahan tertentu yang dialami siswa diantaranya :
a) Perubahan terjadi secara sadar. Hal ini berarti siswa yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya siswa merekam telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya
b) Perubahan dalam belajar bersifat fungsional. Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri siswa berlangsung terus menerus dan tidak statis.
c) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. Dalam perubahan belajar perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu lebih baik dari sebelumnya
d) Perubahan dalam proses belajar mengajar bukan bersifat sementara, artinya perubahan yang terjadi karena proses belajar yang sifat utamanya adalah menetap atau permanen
e) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, artinya perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai
f) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku, maksudnya perubahan yang diperoleh siswa setelah melalui proses belajar yang meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku secara menyeluruh dalam setiap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya.
Proses Belajar Mengajar ditinjau dari sudut guru
Untuk melaksanakan tugas dalam meningkatkan proses belajar mengajar, guru menempati kedudukan sebagai figur sentral, karena ditangan para gurulah terletak keberhasilan atau tidaknya pencapaian tujuan pembelajaran di sekolah, serta pada tangan mereka pulalah bergantungnya masa depan karier para peseta didik yang menjadi tumpuan para orang tuanya. Proses belajar mengajar tersusun atas sejumlah komponen atau unsur yang saling berhubungan secara timbal balik dan saling bergantung satu sama lain diantara komponen-komponen yang selalu terdapat dalam kegiatan proses belajar mengajar adalah :
a) Peserta didik yang terus berusaha mengembangkan dirinya seoptimal mungkin selalu berbagai kegiatan (belajar) guna mencapai tujuan sesuai harapan tahapan perkembangan di jalaninya
b) Tujuan (yaitu apa yang diharapkan) merupakan seperangkat tugas atau tuntutan yang harus dipenuhi atau sistem nilai yang harus tampak dalam perilaku yang merupakan karakteristik kepribadian peserta didik
c) Guru yang selalu mengusahakan segala sumber dan menggunakan strategi belajar mengajar dengan tepat dan baik.
Kegiatan belajar mengajar merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan sebab siswa melakukan kegiatan belajar karena guru mengajar, atau guru mengajar agar siswa belajar. Oleh karena keduanya merupakan suatu keterpaduan, maka pendekatan atau metode mengajar yang digunakan oleh guru menentukan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa, kegiatan belajar mengajar yang ditinjau dari sudut guru dapat kita lihat pada beberapa bentuk kegiatan mengajar yaitu :
1) Mengajar secara ekspositori. Kegiatan belajar mengajar yang bersifat menerima jadi karena guru menggunakan pendekatan belajar yang bersifat ekspositori baik pada tahap perencanaan maupun pada pelaksanaan mengajar.
2) Mengajar dengan mengaktifkan siswa. Berbeda halnya dengan kegiatan mengajar yang bersifat ekspositori, dalam pelaksanaan kegiatan mengajar dengan mengaktikan siswa, guru tidak banyak melakukan aktivitas, siswa walaupun demikian tidak berarti bahwa guru tinggal diam, akan tetapi harus memberikan petunjuk kepada siswa tentang apa yang akan diberikan kepada siswa.
Proses Belajar mengajar ditinjau dari sudut kurikulum
Kurikulum merupakan input dari sistem pengembang kurikulum sedangkan output sistem pengembangan kurikulum adalah sistem pengajaran agar dapat di peroleh pemahaman hubungan antara kurikulum dengan pengajaran yang akan dicapai. Kegiatan-kegiatan belajar selain mempelajari yang sudah di temukan, bahkan termasuk pada kegiatan kurikulum, bila kegiatan itu merupakan penunjang atau penyertaan dalam mempelajari suatu mata pelajaran tertentu dari kurikulum.
Kurikulum ini dianggap sebagai suatu yang nyata terjadi dalam proses pendidikan di sekolah. Semua pengalaman belajar yang diperoleh dari sekolah itu dipandang sebagai kurikulum. Inti dari kurikulum sebenarnya adalah dari pengalaman belajar. Pengalaman banyak kaitannya dengan melakukan berbagai kegiatan, seperti interaksi di lingkungan sekolah, proses kerja kelompok, bahkan interaksi dengan lingkungan fisik, seperti gedung sekolah, tata ruang sekolah, murid memperoleh berbagai pengalaman.
Kurikulum menunjukkan semua pengalaman belajar siswa di sekolah atas dasar ini dapat diperoleh kesan bahwa skala dapat dipandang sebagai miniato masyarakat karena di dalam lingkungan sekolah murid mempelajari segi-segi kehidupan sosial, seperti norma-norma nilai-nilai adat istiadat dan sebagainya. Dengan demikian proses pendidikan dapat diarahkan kepada pembentukan pribadi anak dengan utuh dan ini dicapai melalui proses belajar mengajar melalui kurikulum sekolah. Dalam pembentukan kurikulum ada beberapa komponen yaitu :
a) Komponen tujuan, yaitu arah atau sasaran yang hendak di tuju oleh proses penyelenggaraan pendidikan
b) Isi kurikulum yaitu pengalaman belajar yang diperoleh murid disekolah dalam hal ini murid melakukan berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh pengalaman belajar.
c) Metode atau proses belajar mengajar, yaitu cara murid memperoleh pengalaman belajar untuk mencapai tujuan, metode kurikulum berkenaan dengan proses pencapain tujuan sedangkan proses itu sendiri bertalian dengan bagaimana pengalaman belajar atau isi kurikulum diorganisasi. Setiap bentuk yang digunakan membawa dampak terhadap proses memperoleh pengalaman yang dilaksanakan.
Dari pembahasan di atas dapat penulis katakana atau simpulkan, bahwa dalam interaksi belajar mengajar terjadi proses pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara guru dan siswa aktif artinya dalam arti sikap, mental dan perbuatan. Hal ini dapat kita lihat pada pengertian belajar yang merupakan serangkaian upaya untuk mengembangkan kemampuan dan sikap serta nilai siswa, baik kemampuan intelektual, sosial, efektif maupun psikomotor, agar siswa mampu mandiri.
Kedudukan Metode dalam Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Guru dengan sadar berusaha mengatur lingkungan belajar agar bergairah bagi anak didik. Dengan seperangkat teori dan pengalamannya, seorang guru dapat mempergunakan metode untuk mempersiapkan program pengajaran dengan baik dan sistematis.
Dari hasil analisis yang dilakukan, lahirlah pemahaman tentang kedudukan metode sebagai alat motivasi ekstrinsik, sebagai pengajaran, dan sebagai alat untuk mencapai tujuan, untuk memahami kedudukan metode belajar mengajar penulis dapat membaginya ke dalam beberapa bagian yaitu:
Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik
Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode menempati peranan yang tidak kalah pentingnya dari komponen lainnya dalam kegiatan belajar mengajar. Tidak ada satupun kegiatan belajar mengajar yang tidak menggunakan metode pengajar. Ini berarti guru memahami benar kedudukan metode sebagai alat motivasi intrinsik dalam kegiatan belajar mengajar.
Motivasi ekstrinsik menurut Sardiman A.M adalah motif-motif yang akitif dan berfungsi, karena adanya perangsang dari luar. Oleh karena itu, metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar seseorang.
Metode sebagai strategi pengajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mampu berkonsentrasi dalam waktu relatif yang lama, daya serap anak didik terhadap bahan yang diberikan juga bermacam-macam, ada yang cepat dan yang sedang dan ada pula yang lambat. Faktor intelegensi mempengaruhi daya serap anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan sehingga menghendaki pemberian waktu yang bervariasi, agar penguasaan penuh dapat tercapai.
Menurut Dra. Rosita, guru harus memiliki startegi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mengenai pada tujuan yang diharapkan salah satu langkah untuk memiliki strategi ini adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasa disebut metode pengajar, dengan demikian, metode mengajar adalah strategi.
Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan
Tujuan adalah salah satu cita-cita yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Tujuan adalah pedoman yang memberi arah kemana kegiatan belajar mengajar akan dibawa. Guru tidak bisa membawa kegiatan belajar mengajar menurut sekehendak hatinya dan mengabaikan tujuan yang telah dirumuskan karena itu sama artinya dengan perbuatan yang sia-sia. Kegiatan belajar mengajar yang tidak mempunyai tujuan sama halnya ke pasar tanpa tujuan, sehingga sukar untuk menyelesaikan mana kegiatan yang harus dilakukan dan mana yang harus diabaikan dalam upaya yang mencapai keinginan yang dicita-citakan.
Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah tercapai selama komponen-komponen lainnya tidak terpenuhi. Salah satunya adalah komponen metode. Metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan, dengan memanfaatkan metode secara akurat, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran karena metode pengajaran pelicin jalannya pengajaran menuju tujuan. Ketika dirumuskan agar anak didik memiliki keterampilan tertentu, maka metode yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan.
Pemilihan dan Penentuan Metode dalam Pengajaran
Metode mengajar yang guru gunakan dalam setiap kali pertemuan kelas bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi yang berkesesuaian dengan perumusan tujuan instruksional khusus. Jarang sekali terlihat guru merumuskan tujuan hanya dalam satu rumusan, tetapi guru merumuskan lebih dari satu tujuan, karenanya guru pun selalu menggunakan metode lebih dari satu. Pemakaian metode yang satu digunakan untuk mencapai tujuan yang satu, sementara penggunaan metode yang lain juga digunakan mencapai tujuan yang lain. Sesuai dengan kehendak tujuan pengajaran yang telah dirumuskan diantaranya :
1) Nilai strategi metode. Kegiatan belajar mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilai pendidikan yang di dalamnya terjadi interaktif edukatif antara guru dan anak didik, ketika guru menyampaikan bahan pengajaran kepada anak didiknya di kelas.
2) Efektifitas penggunaan metode. Ketika anak didik tidak mampu berkonsentrasi, ketika sebagian besar anak didik membuat kegaduhan, ketika anak didik menunjukkan kelesuan, ketika minat anak didik semakin berkurang dan ketika sebagian besar anak didik tidak menguasai bahan yang telah guru sampaikan, ketika itulah guru mempertanyakan faktor penyebabnya dan berusaha mencari jawaban secara tepat, karena bila tidak, maka apa yang guru sampaikan akan sia-sia.
3) Pentingnya pemilihan dan penentuan metode. Tidak sentral yang harus dicapai oleh setiap kegiatan belajar mengajar adalah tercapainya tujuan pengajaran dan sejauh mana tingkat efektifitas dan efisiensi suatu metode yang dipergunakan oleh guru dalam memberikan pelajaran, sehingga siswa mampu memenuhi isi pelajaran yang diberikan oleh guru mereka.
4) Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode. Metode yang biasa disebut dengan cara penyajian pelajaran tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Olehnya itu untuk jelasnya akan dikemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi metode diantaranya :
a) Anak didik, faktor anak didik merupakan suatu hal yang agak rumit
b) Tujuan yaitu sasaran-sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar mengajar
c) Situasi artinya kegiatan belajar mengajar yang guru ciptakan tidak selamanya sama dari hari ke hari
d) Fasilitas, merupakan hal yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar
e) Guru, setiap guru mempunyai kepribadian yang berbeda-beda.
PENUTUP
Kesimpulan
Setelah menguraikan beberapa pembahasan, dalam karya tulis, maka untuk memahami isi karya ilmiah penulis mengambil beberapa kesimpulan dari isi karya tulis ini sebagai berikut :
1) Metode penugasan siswa dan resitasi sangat efektif karena dapat memberikan kepada siswa untuk berkreasi atas tugas yang diberikan kepadanya, apalagi waktunya lebih lama di luar jam pelajaran sekolah, sehingga siswa memiliki keluasan waktu untuk mengerjakan tugas dengan sebaik mungkin, bahkan siswa dapat menjawab tugas sesuai dengan hasil bacaannya dari beberapa literatur atau pendapat para ahli sehingga dapat memberi atau membuka cakrawala berpikir secara luas dan kritis. Atau pengetahuan yang siswa peroleh dari hasil bacaannya dapat diingat lebih lama, sehingga ia memiliki keberanian untuk mengambil inisiatif bertanggung jawab terhadap masalah yang diberikan kepadanya dan berdiri sendiri untuk mengatasi kesulitan masalah
2) Bila dibandingkan dengan metode-metode yang lain dalam proses belajar mengajar maka metode pemberian tugas hampir mencakup beberapa metode di dalamnya, termasuk metode tanya jawab, artinya pada saat guru dan murid, termasuk juga mengandung metode demonstasi, yaitu jika tugas berbentuk penelitian, maka siswa akan menjawabnya dengan menggunakan alat peraga untuk mendekatkan pemahaman jawabannya.
3) Efektifitas metode penugasan siswa jika dikaitkan dengan interaksi, maka akan terjadi interaksi antara dua pihak yaitu pihak guru, dan pihak siswa yang saling aktif.
Saran
Berdasarkan uraian dan kesimpulan di atas, maka penulis dapat memberikan saran-saran yang dapat dijadikan bahan kajian ulang dalam kegiatan belajar mengajar, terutama dalam hal penugasan bagi siswa
1) Dalam memberikan tugas kepada peserta didik, kiranya tugas itu dapat diuji kevalidannya terhadap hasil kajian siswa yang bersangkutan, sehingga seorang guru akan mengetahui sejauh mana kreativitas dan pertanggungjawaban kebenaran terhadap hasil temuan siswa yang bersangkutan
2) Seorang guru yang baik yaitu tidak mudah atau serta merta menyalahkan jawaban siswa, mungkin hasil temuannya itu di dapat pada buku-buku hasil bacaan lain, karena untuk memperoleh ilmu pengetahuan tidak terfokus kepada jawaban yang ada dalam buku paket sekolah saja, atau terikat pada teori pakar saja. Olehnya itu, jawaban siswa itu perlu dianalisa dan diambil jalan tengah sebagai salah satu bentuk penghargaan kepada siswa atas jawabannya itu.
3) Bagi siswa kiranya tugas-tugas yang diberikan seorang guru/dosen jangan dijadikan beban akan tetapi tujuan tugas-tugas yang diberikan itu untuk memacu kreatifitas seorang siswa dalam menemukan, meneliti, memahami metode baru untuk menunjang metode-metode yang sudah lama dan tua.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, Drs. H. Joko Tri Prasty, Strategi Belajar Mengajar. Cetakan I; Bandung: CV. Pustaka Setia. 1997.
Hamailk Oemar, Dr. Psikologi Belajar Mengajar. Cetakan III; Bandung: Sebar Baru Algensinso, 2002.
Ibrahim R. Nana Syaodih, S. Perencanaan Pengajaran. Cetakan I; Jakarta: Rineka Cipta. 1996.
Nochi Nasution, M.A. dkk. Materi Pokok Psikologi Pendidikan Program Penyataraan D-II. Modul 1-6. Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Islam dan Universitas Terbuka. Jakarta Depag. 1997.
Subandijah. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Cetakan II; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 1996.
Syaiful BahriDjamarah. Guru dan Anak dalam Interaksi Edukatif. Cetakan I; Jakarta : PT. Rineka Cipta. 2000.
_______, Strategi Belajar Mengajar. Cet. I; Jakarta: PT. Rineka Cipta. 1996.