Penatalaksanaan Nyeri | Pengkajian Nyeri | Skala Pengukuran Derajat Nyeri

Penatalaksanaan nyeri. Menangani nyeri yang dialami pasien melalui intervensi farmakologis dilakukan dalam kolaborasi dengan dokter atau pemberi perawatan utama lainnya dan pasien sendiri. Terapi farmakologis yang dapat diberikan adalah analgesic yang dapat diberikan melalui rute parenteral, rute oral, rektal, transdermal, dan intraspinal. Ada tiga jenis analgesic yakni (1) Non narkotik dan Obat Anti Inflamasi Non Steroid (NSAID), (2) Analgesik narkotik atau Opiat dan (3) Obat tambahan (adjuvant) atau koanalgesik yang diberikan dengan tujuan untuk meredakan nyeri dan memperbaiki kualitas hidup pasien. (Smeltzer, S. C & Bare, B.G, 2001).

Salah satu tanggung jawab perawat yang paling dasar adalah melindungi klien dari bahaya. Ada sejumlah terapi non farmakologis yang mengurangi resepsi dan persepsi nyeri dan dapat digunakan pada keadaan perawatan acut dan perawatan tersier. Tindakan non farmakologis tersebut mencakup intervensi prilaku kognitif seperti imajinasi terbimbing, distraksi, relaksasi, biofeedback dan penggunaan agen fisik meliputi stimulasi kutaneus, massase, mandi air hangat, kompres panas, kompres dingin serta stimulasi saraf electric transkutan (TENS). (Potter dan Perry, 2005).

Pengkajian nyeri

Pengkajian keperawatan pada individu dengan nyeri termasuk deskripsi nyeri juga faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi nyeri yaitu pengalaman masa lalu, ansietas, usia serta respon  individu terhadap strategi pereda nyeri (Smeltzer, S. C & Bare, B.G, 2001).

Alat-alat pengkajian nyeri dapat digunakan untuk mengkaji persepsi nyeri seseorang. Agar alat-alat pengkajian nyeri dapat bermanfaat, alat tersebut harus memenuhi kriteria berikut : mudah dimengerti dan digunakan, memerlukan sedikit upaya pada pasien, mudah dinilai, dan sensitif terhadap perubahan kecil dalam intensitas nyeri. (Smeltzer, S. C & Bare, B.G, 2001)

Individu merupakan penilai terbaik dari nyeri yang dialaminya dan karenanya harus diminta untuk menggambarkan dan membuat tingkatnya.  Informasi yang diperlukan harus menggambarkan nyeri individu dalam beberapa cara:

    1. Intensitas nyeri. Individu dapat diminta untuk membuat tingkatan nyeri pada skala verbal, misalnya tidak nyeri, sedikit nyeri, nyeri hebat, nyeri sangat hebat atau 0 sampai 10: 0=tidak nyeri, 10= nyeri sangat hebat.

 

  • Karakteristik nyeri termasuk letak, durasi, irama, dan kualitas nyeri.

 

 

  • Faktor-faktor yang meredakan nyeri misalnya gerakan, kurang gerak, pengerahan tenaga, istirahat, obat-obat.

 

 

  • Efek nyeri terhadap aktivitas kehidupan sehari-hari misalnya tidur, napsu makan, konsentrasi, gerakan fisik, bekerja, aktivitas-aktivitas lain.

 

 

  • Kekawatiran individu tentang nyeri.

 

 

Skala Pengukuran Derajat Nyeri

Pemeriksaan nyeri dapat dilakukan menggunakan skala:

    1. Verbal Analog Scale (VAS). Pengukukuran derajad nyeri dengan cara menunjuk satu titik pada garis skala nyeri (0 – 10 cm) satu ujung menunjukkan tidak nyeri dan ujung yang lain mmenunnjukkan nyeri hebat. Panjang garis mulai dari titik tidak nyeri sampai titik yang ditunjuk menunjukkan besarnya nyeri. Besarannya dalam satuan millimeter,  misalnya 10 – 20 – 30 mm.

 

  • Verbal Descriptive Scale (VDS). Cara pengukuran derajad nyeri dengan tujuh skala penilaian yaitu nilai 1=tidak nyeri, 2=nyeri sangat ringan, 3=nyeri ringan, 4=nyeri tidak begitu berat, 5=nyeri cukup berat, 6=nyeri berat dan 7=nyeri hamper tak tertahankan.

 

 

  • Skala empat tingkat merupakan parameter pengukuran derajat nyeri dengan memakai 4 skala, yaitu 0=tidak nyeri, tidak ada rasa nyeri pada waktu istirahat dan aktivitas, 1=,ringan istirahat tidak ada nyeri, perasaan nyeri timbul sewaktu bekerja lama, berat dan penekanan kuat terasa sakit. 2=sedang, rasa sakit terus-menerus atau kadang timbul tetapi masih dapat diabaikan/tidak mengganggu, LGS normal, pada penekanan kuat terasa sakit, fleksi dan ekstensi sakit. 3=berat,  nyeri menyulitkan lansia hampir tak tertahankan dan gerakan fleksi/ekstensi hampir tidak ada/tidak mampu. (Pudjiastuti, S. S. & Utomo, B, 2003)

 

 

Tabel  2.2 Skala Tingkat Nyeri

RESPON

 

3

 

2

 

1

 

0

 

 

Perhatian

 

Lebih memperhatikan nyeri, sangat sulit dialihkanSebagian perhatian pada nyeri, mudah dialihkanSedikit perhatian pada nyeri, mudah dialihkanTidak ada perhatian pada nyeri, sangat mudah dialihkan

Anxietas

 

Tegang, mudah marah, kawatirAgak tegang, mudah marah, kawatirSedikit tegang, mudah marah, kawatirTidak tegang, tidak kawatir

Verbal

 

Ada nyeri hebatAgak nyeriSedikit nyeriTidak ada nyeri

Perspirasi

 

Ada perspirasi, Jelas lembab, DinginAda perspirasi, sedikit lembabSedikit perspirasi, sedikit lembabPerspirasi normal

Suara

 

Merintih dengan kerasMerintih dengan lembutMengeluh dengan dengkuran lembutBerbicara dengan tekanan normal

Nausea

 

Mengatakan ingin muntahMerasa sakit perutMerasa mualTidak merasa mual

Ketegangan

otot

Kaku, tekanan kuat terasa sakit, tegangAgak kaku, tekanan kuat terasa sakit, agak tegangSedikit kaku, tekanan yang sangat kuat terasa sakit.sedikit tegangRileks, tidak kaku,Tidak tegang

Interaksi Sosial

 

Sedikit komunikasi, lebih fokus pada nyeriPercakapan baik, sedikit fokus pada nyeriPercakapan baik, perhatian menurunKomunikasi normal

Ekspresi wajah

 

Kening mengerut, mulut dan gigi  terkatup,tdk menggeretakKening mengerut, mulut dan gigi tidak terkatupSedikit mengerutTidak mengerut

Aktifitas Persendian

 

Hanya mapu menggerakan sedikit persendian, mengganggu aktifitasFleksi dan ekstensi sakit, sedikit mengganggu aktifitasFleksi dan ekstensi tidak maksimalFleksi dan ekstensi normal.

No

 

1

 

2

 

3

 

4

 

5

 

6

 

7

 

8

 

9

 

10

 

Sumber : Marlina Malik  (Suyono, S., Waspadji, S., Lesmana, L., et al, 2001)

Keterangan :

1 – 10   : Nyeri ringan

11 – 20 : Nyeri Sedang

21 – 30: Nyeri Berat

Baca juga tentang faktor yang mempengaruhi derajat nyeri, definisi nyeri dan nyeri pada lansia.