Sejarah Timbulnya Aliran al-Maturidiyah

Sejarah Timbulnya Aliran al-Maturidiyah. Setelah membahas tentang paham asy’ariah dan pandangan tentang wahyu, maka kali ini kita akan membahas tentang sejarah munculnya aliran al-maturudiyah.

Kalau berbicara tentang sejarah timbulnya aliran al-Maturidiyah tidak terlepas dari pembicaraan mengenai biografi al-Maturidi sendiri sebab nama aliran di ambil dari nama tokoh pendiri aliran tersebut yaitu Abu Mansur Muhammad ibnu Mahmud al-Maturidi.

Sejarah Timbulnya Aliran al-Maturidiyah

Sebenarnya al-Maturidi bukanlah nama yang sebenarnya ia hanyalah nama populer yang dinisbahkan kepada tempat kelahirannya yakni “Maturid” adapun nama sebenarnya adalah “Abu Mansur Muhammad ibn Mahmud al-Maturidi” tokoh ini lahir di kota Maturid, sebuah kota kecil di daerah Samarkand yang kini termasuk ke dalam wilayah Uzbekistan di Asia tengah. Tak seorang pun ahli sejarah yang memberikan keterangan secara pasti kapan tanggal dan tahun kelahiranya hanya dari Dr.  Ayub AH dapat diperoleh keterangan bahwa kelahiran al-Maturidi * sekitar 248 H/ 862 M. Namun mengenai tahun wafatnya sepakat ahli sejarah memberikan keterangan tahun 333H/944 M.

Al-Maturidi hidup dan dibesarkan dalam suasana pertentangan yang sangat tajam antara penganut mazhab Abu Hanafi dan penganut Mazhab Safi’i di bidang fiqih, * sedangkan di bidang kalam antara kubu ulama hadis dengan aliran Mu’tazilah. Maraknya perdebatan itu menjadi unsur positif  bagi al-Maturidi  karena menjadikannya dia berpacu terus bergiat mendalami berbagai bidang ke ilmuan.

Demikian juga stabilitas politik dan keamanan dalam negeri sangat mendukung karena saat itu Samarkand dan Bukharan berada dalam kekuasaan Dinasti Samaniah yang terkenal sangat arif dan bijaksana sehingga daerahnya sangat makmur dan masyarakat hidup sejahtera.

Sebagai pemburu ilmu ia praktis banyak memiliki guru yang memiliki popularitas yang menonjol. Menurut keterangan Dr. Fathullah Khalif, al-Maturidi banyak berguru ke pada ulama yang memiliki silsilah keilmuannya sampai ke Abu Hanafiah, diantaranya ialah Nasr bin Yahya al-Jauzari dan Muhammad bin Muqatil al-Razi melihat guru-guru al-Maturidi yang silsilah  keilmuannya bermuara kepada imam fiqih Abu Hanafiah  maka  pantaslah  jika corak pemikiran lebih berani menggunakan akal dalam bidang kalam, sebagaimana diketahui bahwa Abu Hanifah tergolong ahli al-Rayi. Kehadirannya dalam belantika pemikiran kalam, ternyata memberikan nuansa baru dalam pemahaman aqidah dan teologi.

Pada periode selanjutnya aliran al-Maturidiyah mengalami perkembangan lagi dengan kehadiran tokoh baru yang bernama Abu Yurs Muhammad al-Bazdawi lahir di Hudud sebuah negeri di Bazdah pada tahun 400 H dan wafat sekitar tahun 482 H dan ada juga yang meriwayatkan wafat tahun 493 H. seperti halnya al-Maturidi nama al-Basdawi juga disandarkan kepada daerah Bazdah tempat kelahirannya. Selama masa hidupnya ia lebih banyak berdomisili di Bukhara dimana di kota itu para ulamanya kebanyakan penganut pemikiran al-Asy’ari sehingga al-Bazdawi tidak luput dari pengaruh itu sehingga dalam pemikiran kalamnya lebih bercorak Maturidiyah al-Asy’ari.

Al-Bazdawi mempunyai nenek yang merupakan murid langsung dari al-Maturidi selanjutnya ia mengetahui ajaran al-Maturid dari orang tuanya sendiri, pada tahap pematangan diperoleh dari ulama-ulama yang dijumpainya di Asia Tengah yang pada umumnya ulama Hanafiah.

Dalam bidang aqidah pada mulanya al-Bazdawi berpedoman kepada al-Fiqh al-Akbar tapi dalam perkembangan selanjutnya ia menganut faham al-Maturidiyah. Meskipun ia menganut teologi ini namun pemikirannya tidak selama seirama dengan al-Maturidi yang lebih dekat kepada al-Mu’tazilah sedangkan ia lebih dekat kepada al-Asy’ari. Perbedaan ini melahirkan aliran al-Maturidiyah terbagi dalam dua golongan yaitu Samarkand yaitu faham al-Maturidiyah yang dianut oleh pengikut al-Maturidi sendiri dan golongan Bukhara yaitu faham al-Maturidiyah yang dianut oleh pengikut al-Bazdawi. Sejarah Timbulnya Aliran al-Maturidiyah