Ajaran-ajaran Pokok al-Maturidiyah tentang Perbuatan Manusia dan Kehendak Mutlak Tuhan

Ajaran-ajaran Pokok al-Maturidiyah tentang Perbuatan Manusia dan Kehendak Mutlak Tuhan. Sebelumnya kita telah membahas tentang golongan samarkand dan bukhara pada al-maturudiyah, kini kita akan melihat tentang pandangan mereka terhadap perbuatan manusia dan kehendak mutlak Tuhan. 

Perbuatan manusia dan kehendak Tuhan menurut Maturidiyah Samarkand

Menurut al-Maturidiyah Samarkand segala perbuatan manusia terjadi atas kehendak dan kemauan Tuhan. Dalam hal ini ada dua perbuatan yaitu perbuatan Tuhan dan perbuatan manusia. Perbuatan Tuhan mengambil bentuk penciptaan daya sedangkan perbuatan manusia mengambil bentuk mempergunakan daya dan daya  itu sendiri diciptakan Tuhan secara bersama bukan sebelum perbuatan. Akan tetapi daya bagi Maturidi tidak sama dengan daya menurut al-Asy’ari, menurut al-Maturidi daya memberi peluang bagi manusia untuk  berperan dalam perbuatannya, maksudnya Tuhan adalah pencipta yang melahirkan wujud (insya) suatu perbuatan, sedangkan manusia adalah pelaku yang mempunyai pilihan (ikhtiar) dalam perbuatannya.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan tidaklah sewenang-wenang karena ada kemerdekaan bagi manusia untuk  melakukan perbuatannya sendiri, bukan dipaksakan oleh kehendak mutlak Tuhan, sehingga manusia wajib mendapatkan pengabdian-Nya. Jika daya yang ada pada manusia digunakan untuk  menciptakan perbuatan baik maka wajib ia mendapat upah berupa pahala, sebaliknya jika daya itu digunakan untuk  keburukan maka wajib mendapatkan hukuman. Maka tidak boleh tidak upah dan hukuman wajib Tuhan berikan berdasarkan kemerdekaan perbuatan manusia sendiri bukan berdasarkan kehendak mutlak Tuhan.

Perbuatan manusia dan kehendak Tuhan menurut Maturidiyah Bukhara

Menurut Maturidiyah Bukharah, dalam soal daya menurut mereka perwujudan perlu daya yaitu daya manusia, tetapi daya pada manusia adalah diciptakan oleh Tuhan. Manusia tidak mempunyai daya untuk  melakukan perbuatannya karena manusia hanya dapat melakukan perbuatan yang telah diciptakan Tuhan baginya.

Dengan demikian Tuhan dapat berbuat sekehendaknya terhadap manusia dan tak ada yang dapat menghalangi dan melarangnya. Namun kehendak mutlak Tuhan tidaklah sebesar seperti pendapat Asy’ariah, menurut Maturidiyah Bukharah Tuhan boleh saja melanggar janji-janjinya yang lain tapi Tuhan tidak mungkin melanggar janjinya untuk  memberi upah kepada manusia yang berbuat baik. Dengan demikian Tuhan tetap punya kewajiban terhadap manusia yang berbuat baik. Nampaknya inilah yang membedakan antara Maturidiyah Bukhara dengan Asy’ariyah.