Stereotip, Kesamaan Gender, Perbedaan Gender

Stereotip gender. Stereotip gender adalah kategori luas yang merefleksikan kesan dan keyakinan tentang apa perilaku yang tepat untuk pria dan wanita. Semua stereotip, entah itu berhubungan dengan gender, etnis, atau kategori lainnya, mengacu pada citra dari anggota kategori tersebut. Banyak stereotip bersifat umum sehingga mejadi ambigu. Misalkan kategori “maskulin” dan “feminine”. Perilaku yang berbeda dapat dikaitkan pada masing-masing kategori seperti berkelahi dan memelihara jenggot  untuk maskulin dan main boneka dan mengenakan lipstick untuk feminine. Akan tetapi, perilaku dalam kotegori ini dapat dimodifikasi oleh perubahan cultural. Dulu otot yang besar dianggap sebagai cirri maskulin; tetapi pada waktu  yang lain tubuh yang kurus dan tinggi dianggap sebagai tubuh maskulin. Begitu pula pada usatu waktu tertentu di masa lalu, tubuh feminine yang ideal adalah gemuk dan bulat. Sekarang, tubuh ideal adalah ramping dan atletis. Pada awal abad ke-20, ketergantungan dianggap sebagai bagian dari aspek feminine, sedangkan dewasa ini penekannannya diarahkan pada sensitivitas perempuan terhadap orang lain dalam suatu ubungan. Perilaku yang dianggap umum yang merefleksikan suatu kategori juga dapat berfluktuasi menurut lingkungan sosioekonomi. Misalnya, individu dari kalangan kelas bawah dianggap bercitra masksulin yang kasa.

Stereotip sering kali negative dan dapat diselubungi prasangka dan diskriminasi. Sexism adalah prasangka dan diskriminasi terhadap individu karena jenis kelamin seseorang. Seseorang yang mengatakan bahwa wanita tak bias menjadi insinyur yang kompeten sama artinya orang itu menyatakan bahwa wanita tak bias menjadi insinyur yang kompeten sama artinya orang itu menyatakan sexism. Demikian pula seseorang mengekspresikan sexism apabila ia mengatakan bahwa laki-laki tidak akan bias menjadi guru taman kanak-kanak yang kompeten. Nanti kita akan mendeskripsikan beberapa strategi untuk menciptakan kelas yang non-sexist.

Stereotip, Kesamaan Gender, Perbedaan Gender

Kesamaan dan pebedaan gender dalam domain yang relevean secara akademis. Bnayak aspek dari kehidupan murid dapat dikaji untuk mengetahui seberapa mirip dan berbedakah anak lelaki dan perempuan itu (Crawford & Unger, 2000).

  • Penampilan fisik. Karena pendidikan jasmani adalah bagian integral dari system pendidikan di Amerika, maka penting untuk membahas persamaan dan perbedaan dalam penampilan fisik (Eisenberg, Martin, &Fabes, 1996). Pada umumnya, anak lelaki lebih unggul dibanding anak wanita di bidang olahraga, seperti lari, melempar dan melompat. Di masa SD perbedaan ini sering kali tak begitu besar; tetapi akan kelihatan jelas saat SMP (Smoll & Schutz, 1990). Perubahan hormonal pada masa pubertas menyebabkan pertambahan massa otot untuk lelaki dan menambah lemak untuk gadis. Ini akan menguntungkan anak lelaki saat beraktivitas dalam kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan, ukuran, dan energy. Meski demikian factor lingkungan juga memengaruhi penampilan fisik bahkan setelah masa pubertas. Anak perempuan biasanya tidak berpartisipasi dalam aktivitas dan meningkatkan keahlian gerak seperti bidang olahraga (Thomas & Thomas , 1988).
  • Keahlian matematika dan sains. Ada temuan yang beragam dalam penelitian soal kemampuan matematika. Dalam beberapa analisis, anak lelaki lebih bagus dalam matematika dan ini telah lama menjadi perhatian (Eisenberg, Martin, & Fabes, 1996). Namun, secara keseluruhan, perbedaan gender dalam soal keahlian matematika ini cenderungkecil. Pernyataan seperti “pria lebih unggul dibanding wanita  dalam bidang matematika ” seharusnya tidak dipahami sebagai klaim bahwa semua lelaki lebih unggul di atas wanita dalam bidang matematika. Pernyataan ini sebaiknya dipahami sebagai pernyataan rata-rata (Hyde & plant, 1995). Juga, tidak semua studi menunjukkan adanya perbedaan kemampuan ini. Misalnya dalam sebuah studi nasional, tidak ada perbedaan antara kemampuan matematika anak lelaki dan perempuan di grade empat, delapan, dan duabelas (Coley, 2001).
  • Kemampuan verbal. Sebuah ulasan terhadap perbedaan dan persamaan gender yang dilakukan pada era 1970-an menunjukkan bahwa anak perempuan punya kemampuan verbal yang lebih baik dibanding anak lelaki (Maccoby &Jacklin, 1974). Akan tetapi, analisis yang lebih baru menunjukkan bahwa dalam beberapa kasus hanya ada sedikit atau bahkan tidak ada perbedaan antara anak perempuan dan anak lelaki dalam keahlian verbal. Misalnya, sekarang ini nilai tes pria dan wanita dalam kemampuan verbal dalam ujian SAT adalah sama (Educational Testing Service, 2002).
  • Pencapaian pendidikan. Lelaki lebih besar kemungkinan drop out dari sekolah ketimbang  wanita, meskipun perbedaannya kecil (National Center for Educational Statistics, 2001). Perempuan (90 persen) lebih mungkin menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di AS ketimbang pria (87 persen). Bukti belakangan ini menunjukkan bahwa anak lelaki lebih buruk prestasi akademiknya di sekolah (Dezolt & Hull, 2001). Artinya, walaupun banyak anak lelaki yang prestasinya bagus, tetapi 50 persen dari jumlah murid yang prestasinya tidak bagus adalah anak lelaki. Persentase lelaki dalam perguruan tinggi selama 1950-an hampir  60%. Sekarang, persentase lelaki yang masuk perguruan tinggi turun menjadi kira-kira 45 persen (Dezolt & Hull, 2001).
  • Agresi dan regulasi diri. Salah satu perbedaan gender yang paling konsisten adalah anak lelaki secara fisik lebih agresif ketimbang anak perempuan. Perbedaan ini akan tampak jelas ketika anak diprovokasi, dan perbedaan ini ada di semua kultur dan tampak sejak awal perkembangan anak (White, 2001). Baik itu faktor biologis maupun lingkungan telah dianggap sebagai faktor yang menimbulkan perbedaan gender dalam agresi fisik ini. Faktor biologi itu mencalcup hereditas dan hormon; faktor lingkungan mencalcup ekspektasi kultural, contoh orang dewasa dan teman sebaya, dan penghargaan terhadap agresi fisik anak lelaki.

Meskipun anak lelaki selalu secara fisik lebih agresif ketimbang anak perempuan, tapi mungkinkah anak perempuan lebih agresif secara verbal (cerewet) ketimbang anak lelaki? Ketika agresi verbal diteliti, perbedaan gender biasanya menghilang atau kadang lebih menonjol dalam diri anak perempuan (Eagly & Steffen, 1986). Juga, anak gadis lebih mungkin melakukan apa yang dinamakan agresi relasional, yakni perilaku seperti berusaha membuat orang lain tidak menyukai seorang anak dengan cara menyebarkan gosip jahat tentang anak itu atau mengabaikan seseorang ketika dia marah kepadanya (Crick, dkk., 2001; Underwood, 2002). Keahlian penting lainnya adalah kemampuan untuk mengatur dan mengontrol emosi dan perilaku. Lelaki biasanya kurang mampu mengendalikan diri ketimbang wanita (Eisenberg, Martin, & Fabes, 1996). Kontrol diri yang rendah ini bisa me-nimbulkan problem perilaku. Dalam satu studi, rendahnya kontrol diri anak ber-hubungan dengan agresi, tindakan mengejek, bereaksi berlebihan terhadap frustrasi, kerja sama yang buruk, dan ketidakmampuan untuk menunda kesenangan (Block & Block, 1980).

Kontroversi Gender. Bagian sebelumnya memaparkan beberapa perbedaan subs-tansial dalam kemampuan fisik, membaca dan menulis, agresi dan regulasi diri, dan keterampilan dalam menjalin hubungan, namun hanya ada sedikit perbedaan dalam kemampuan matematika dan sains. Ada kontroversi tentang perbedaan dan persamaan (Hyde & Mezulis, 2001). Alice Eagly (1996, 2000, 2001) berargumen bahwa kepercayaan bahwa perbedaan gender itu sedikit atau tidak ada, adalah kepercayaan yang berakar pada komitmen feminis pada persamaan gender dan kesetaraan politik. Banyak kaum feminis mencemaskan bahwa perbedaan gender 101 akan diinterpretasikan sebagai defisiensi di pihak wanita dan dianggap sebagai perbedaan berbasis biologis. Mereka berpendapat bahwa kesimpulan itu dapat memunculkan kembali stereotip tradisional bahwa wanita pada dasarnya lebih inferior dan lemah ketimbang pria (Crawford & Unger, 2000). Eagly menyatakan bahwa sebagian besar riset tentang gender kini mengungkapkan perbedaan gender yang lebih besar ketimbang yang dikira kaum feminis. Kontroversi ini menunjukkan betapa sulitnya menegosiasikan sains dan politik gender.

Baca juga Makalah Gender