Psikososial yang Mempengaruhi Perkembangan Psikomotorik Anak [Part 2]

Psikososial yang Mempengaruhi Perkembangan Psikomotorik Anak [Part 2]. Setelah sebelumnya saya menjelaskan tentang pengertian perkembangan, ciri-ciri perkembangan dan perkembangan psikomotorik, dan Psikososial yang Mempengaruhi Psikomotorik Anak [Part 1] maka kini kita akan berbicara lebih lanjut tentang itu.

Psikososial yang Mempengaruhi Perkembangan Psikomotorik Anak

5. Stress
Stres adalah respon tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap setiap tuntutan beban, stres juga berarti gangguan pada tubuh dan pikiran yang di sebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan. Stres di akibatkan oleh adanya perubahan-perubahan diantaranya perubahan nilai budaya, sistem kemasyarakatan serta akibat ketegangan antara idealisme dan realita. Stress dapat mengakibatkan terganggunya keseimbangan mental emosional sama halnya stres ini juga dapat terjadi pada anak.

Stress adalah suatu kondisi yang di sebabkan oleh transaksi antara individu dengan lingkungan yang menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan yang berasal dari situasi dan sumber daya sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang. (Sulistiawati, 2005)

Stress pada anak akan berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya, misalnya bayi akan menarik diri, rendah diri, terlambat bicara, nafsu makan menurun dan sebagainya. (Soetjiningsih,2004)
6. Sekolah
Lingkungan kedua yang mempengaruhi perkembangan psikomotorik anak adalah sekolah. Sekolah merupakan lingkungan artifisial yang sengaja diciptakan untuk membina anak-anak, khususnya untuk memberikan kemampuan dan keterampilan sebagai bekal kehidupannya kemudian hari. Disini mereka akan menerapkan kebiasaan yang dilatih oleh orang tua masing- masiang. Anak-anak usia ini dapat diberikan materi pelajaran, diajari membaca, menulis, dan berhitung dan lain-lainnya. Jerome Bruner menyatakan, setiap materi dapat diajarkan kepada setiap kelompok umur dengan cara-cara yang sesuai dengan perkembangannya.
Menurut Supriadi (2002) Sekolah juga merupakan rumah kedua bagi si anak dan di tempat ini pula anak- anak memperoleh pendidikan formal dan berlatih untuk meningkatkan kemampuan berlandaskan tentang apa yang telah diperoleh dari keluarga. Di sekolah juga terdapat bermacam ekstrakurikuler sehingga si anak dapat memilih kegiatan itu sesuai bakat yang di miliki. Pada saat inilah anak- anak meningkatkan perkembangan psikomotoriknya. (Atmi, 2010)
Orang tua dan sekolah merupakan dua unsur yang saling berkaitan dan memiliki keterkaitan yang kuat satu sama lain. Terlepas dari beragamnya asumsi masyarakat, ungkapan “buah tak akan pernah jauh jatuh dari pohonnya” adalah sebuah gambaran bahwa betapa kuatnya pengaruh orang tua terhadap perkembangan anaknya. Supaya orang tua dan sekolah tidak salah dalam mendidik anak, oleh karena itu harus terjalin kerjasama yang baik diantara kedua belah pihak. Orang tua mendidik anaknya di rumah, dan di sekolah untuk mendidik anak diserahkan kepada pihak sekolah atau guru. (Novianarah,2009)
7. Cinta dan kasih sayang Orang tua
Mendapatkan cinta dan kasih sayang adalah hak anak. Anak memerlukan cinta dan kasih sayang serta perlakuan adil dari orang tuanya agar kelak menjadi anak yang tidak sombong dan bisa memberikan kasih sayangnya pula kepada sesamanya. Anak merasa senang apabila diberi perhatian dan perlindungan terhadap orang lain, hewan atau benda. Kasih sayang anak kepada orang tua atau saudaranya dipengaruhi oleh iklim emosional dalam keluarganya. Apaila orang tua dan saudaranya menaruh kasih sayang kepada anak, maka diapun akan menaruh kasih sayang kepada mereka. (Soetjiningsih, 2004) untuk itu kasih sayang pada anak harus diberikan dengan cara yang benar, ikhlas, dengan niat yang baik dan mencari keridhaan Allah SWT. Allah SWT pun berpesan kepada kita untuk menanamkan cinta dan kasih sayang dalam lingkungan keluarga, sebagaimana dalam firmannya Q.S Al-Balad : 17 yang berbunyi
Artinya :
Dan dia (Tidak pula) termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang.(S.Al-Balad: 17)
Berdasarkan  firman Allah SWT di atas, maka dapat dipahami bahwa yang menjadi  landasan  dasar keimanan seseorang salah satunya adalah cinta dan kasih sayang. Serta untuk nasehat menasehati dalam kesabaran dan berkasih sayang. seseorang tidak dapat dinamai  beriman apabila didalam jiwanya tidak terdapat kendali yang menghalanginya berlaku sewenang-wenang, tidak juga yang mengabaikan hak-hak anak yatim, orang miskin serta orang-orang yang membutuhkan uluran tangan.
Perhatian, kasih sayang, sensitivitas dan responsivitas orang tua sangat berperan dalam kehidupan anak. Orangtua hendaknya peka akan kebutuhan anak, mengapa anak berperilaku tertentu untuk menarik perhatian orangtuanya. Dari sinilah anak akan merasa dirinya sebagai orang yang penting, diperhatikan (bukan dimanjakan), memiliki harga diri dan rasa percaya diri yang tinggi. Orang tua tahu kapan membolehkan anak menjatuhkan pilihannya sendiri dan kapan tidak. Pada anak usia balita, dalam aspek psikososial, anak perlu belajar benar-salah, boleh dan tidak boleh. Hal ini berkaitan dengan karakteristik anak usia balita yang biasanya negativistik, karena dia sudah sadar akan eksistensi dirinya yang berbeda dari orang lain. Dari sini pula akan berkembang autonomi, jadi seni dalam mendidik anak adalah bagaimana menimbang-nimbang sampai batas mana anak dibolehkan dan sampai batas mana tidak dibolehkan. Bagaimana mengalahkan keinginan anak yang tidak dibenarkan dan memberikan alternatif sehingga autonomi anak tidak sampai dimatikan. (Anne Ahira, 2009)
Biasanya perilaku memanjakan terjadi karena orang tua sangat melindungi anak, dan khawatir kebutuhan anak tidak terpenuhi. Kemandirian anak perlu dikembangkan agar ia merasa aman, bisa beradaptasi dengan baik, dan di terima di lingkungannya. Dalam memberikan kasih sayang pada anak juga harus sewajarnya karena terkadang pola asuh orang tua adalah sebuah faktor penghambat psikomotorik anak disaat pola asuh orang tua terlalu otoriter ataupun terlalu memaksa, karena karakteristik seorang anak sangat sensitif ditambah setiap anak tidak dapat secara langsung dioptimalkan secara cepat dengan kata lain memaksakan kemampuan dengan waktu yang singkat. (Atmi, 2009)
Berkurang atau menurunnya kasih sayang dari orangtua yang dapat diamati anak-anak melalui tindak tanduk orang tua merupakan suatu pengalaman bagi anak-anak yang seharusnya dihindarkan. Begitu pula konteks dimana anak dibesarkan sangat besar pengaruhnya, kalau anak dibesarkan dalam konteks kekerasan, maka perilaku kekerasan akan menjadi bagian dari dirinya. Sebaliknya kalau anak dibesarkan dalam konteks yang positif, dimana hubungan antar anggota keluarga harmonis, memberikan contoh perilaku yang positif, memfokuskan pada tiga dimensi pengembangan anak secara seimbang, peka terhadap hal yang terjadi di lingkungannya, maka anak akan berkembang lebih positif. (Hendriati Agustian, 2006)
8. Kualitas interaksi anak-orang tua
Interaksi antara orang tua dengan anak merupakan proses sosialisasi dua arah, anak-anak bersosialisasi dengan orang tua, sama seperti orang tua bersosialisasi pula dengan anak-anak. Dari interaksi timbal balik antara orangtua dengan anak akan didapat banyak hal. Anak akan belajar bermacam-macam dari orangtua (atau orang lain di keluarga) ketika melihatnya (seperti cara berinteraksi, berkomunikasi dan lain sebagainya). Sementara orangtua akan mengetahui banyak hal dari anak, seperti bahasa, pergaulan, kemajuan yang dicapai, kematangan emosi dan lain sebagainya.(Ari susilo, 2009)
Interaksi antara orang tua dan anak merujuk pada hubungan emosional antara orangtua dan anak selama tahun-tahun pertama kehidupan anak. Interaksi orang tua dan anak secara timbal balik akan menimbulkan keakraban dalam keluarga dan jalannya komunikasi dua arah yang dapat memecahkan masalah yang dapat menghambat perkembangan anak terutama pada masa anak-anak. (Neil Niven, 2000)
Menurut teori tabularasa, seorang anak dilahirkan dalam kondisi putih bersih laksana kertas. Melalui interaksi dengan lingkungannya seorang anak akan belajar hidup, baik interaksi melalui mata terhadap setiap peristiwa yang dilihatnya, melalui telinga berdasarkan suara yang didengar, juga melalui panca indra lainnya seorang akan beraksi dan merespon. Orang tualah yang menentukan coretan atau lukisan hidup seorang anak. (Anne Ahira, 2009) Seperti firman Allah SWT dalam QS.An-Nahl /16:78
Artinya:
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan  dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial di usahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangannya bahkan sejak bayi masih dalam kandungan. dengan pemberian stimulasi dini pada anak melalui interaksi dengan orang tua dan lingkungannya, anak akan mencapai tumbuh kembang yang optimal. (Soetjiningsih,2004).
Terkadang orang tua sering lupa untuk berinteraksi dengan anak- anaknya. Ada diantara mereka yang lebih mementingkan pekerjaan dari pada melakukan hal itu. Mereka beranggapan bahwa materi yang dibutuhkan anak, padahal seorang anak tidak hanya membutuhkan materi namun juga perhatian dan interaksi dengan orangtuanya. Mereka membutuhkan komunikasi dengan orang tuanya. Mereka ingin menceritakan pengalaman apa yang mereka rasakan sehari-hari baik itu pangalaman yang baik maupun pengalaman yang buruk. (Susriana,2007)
Muhammad Nur Abdul Hafizh dalam bukunya ”Mendidik Anak bersama Rasulullah, mengatakan “Bersegeralah kamu dalam mendidik anak sebelum kesibukanmu melalaikanmu, karena sesungguhnya apabila anakmu telah berumur dewasa dan telah berakal tetapi tidak berpendidikan, dia akan menyibukkan hatimu dengan keburukan (Irwan, 2008). Firman Allah swt dalam Q.S.At-Tahrim/66 : 6
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Orang tua harus melibatkan diri secara langsung agar perkembangan psikologi yang positif dapat dihasilkan. Keterlibatan secara langsung ini tidak dapat kita amati pada kebanyakan orang tua saat ini. Mereka biasanya menyembunyikan perasaan mereka dan ini menyebabkan suatu jurang yang dalam dari segi hubungan orangtua dan anak mereka. Kaum lelaki dianggap sebagai daya penggerak keluarga dan beliau biasanya lebih memberi arahan daripada berinteraksi dengan anaknya. Beliau lebih suka menegur daripada bersikap mesra dengan anaknya. Anak-anak biasanya kurang diberi perhatian. Ayah mereka jarang menanyakan atau perhatian tentang pelajaran sekolah. Keterlibatan orangtua secara dangkal ini sepatutnya dihindarkan. Mereka harus melibatkan diri secara langsung untuk membantu perkembangan psikologi yang positif pada anak. Orangtua mesti siap bila anak-anaknya memerlukan mereka. Komunikasi adalah hal yang sangat penting antara orang tua dan anak. (Nur Rahman, 2010)