Penyebab dan Pengobatan Batuk Darah | Batuk Berdarah

Penyebab dan Pengobatan Batuk Darah | Batuk Berdarah.  Di negara yang mempunyai kekerapan TB. Paru yang tinggi, penyakit ini merupakan penyebab tersering terjadinya batuk darah. Penyebab non TB. Paru antara lain adalah bronkiektasis, abses paru, karsinoma paru, bronkitis kronik dan pneumonia.

Asal anatomis perdarahan berbeda untuk setiap proses periode tertentu. Pada bronkitis perdarahan berasal dari pembuluh darah superfisial dimukosa. Pada TB. Paru perdarahan mungkin terjadi oleh karena robekan/ruptur aneurisma arteri pulmoner misalnya yang terdapat pada dinding kavitas karena proses erosif pada arteri bronkialis yang membesar. Perdarahan TB. Paru ini dapat juga terjadi bila terdapat ulserasi mukosa bronkus tetapi jarang menimbulkan perdarahan masif (Arif. N, 1993)

TB Paru sering mendapat julukan the great imitator yaitu suatu penyakit yang mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejmlah penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan, bahkan kadang-kadang asimptomatik. (Soedarsono, 2000) Gambaran klinik TB Paru dapat dibagi menjadi dua golongan, gejala sistemik dan gejala repiratorik.

Perawatan Batuk Berdarah

Perawatan klien batuk darah pada TB paru tergantung beratnya perdarahan yang terjadi. Perdarahan yang masif dan mengancam jiwa penderita memerlukan usaha agresif-invasif sedang batuk darah yang tidak/kurang massif dapat ditangani secara lebih konservatif. Pemilihan upaya agresif-invasif atau konservatif ini tidak hanya berdasarkan jumlah perdarahan yang terjadi saja, tetapi juga dipertimbangkan hal-hal klinis seperti kecenderungan perdarahan untuk berhenti atau bertambah, tanda-tanda asfiksia, kadar haemoglobin dan gangguan fungsi paru yang berakibat kegagalan fungsi paru (Arif, N. 1992).
Penatalaksanaan konservatif berusaha untuk menghentikan perdarahan yang terjadi dan mengganti darah yang hilang dengan tranfusi atau pemberian cairan pengganti. Nirwan Arif (1992) juga mengemukakan hal-hal yang perlu dilakukan pada upaya konservatif meliputi :
  1. Menenangkan penderita yang cemas sehingga perdarahan lebih mudah berhenti. Juga penderita perlu diberi tahu agar tidak takut untuk membatukkan darah yang ada di saluran nafas.
  2. Penderita diminta berbaring pada posisi bagian paru yang sakit dan sedikit Trendelenburg, terutama sekali apabila reflek batuknya tidak adekuat.
  3. Jaga agar jalan nafas tetap terbuka. Jika terdapat tanda-tanda sumbatan jalan nafas perlu dilakukan pengisapan. Pengisapan dengan bronkoskopi akan lebih baik tetapi memerlukan keterampilan dan tenaga khusus. Pemberian oksigen tidak selalu diperlukan dan hanya berarti apabila jalan nafas telah bebas hambatan/sumbatan.
  4. Pemasangan IVFD (Intravenous Fluid Drift) untuk penggantian cairan maupun untuk jalur pemberian obat parenteral.
  5. Pemberian obat obat hemostatis atau antikougulan (belum jelas manfaatnya pada penderita batuk darah), Meskipun demikian dapat diberikan antara lain asam traneksamat, Adona Ac 17 atau kougulan lain Vitamin K atau Vitamin C baik secara bolus intravena maupun perdrip infus.
  6. Obat-obat dengan efek sedasi ringan/anti anxietas dapat diberikan bila penderita gelisah. Obat-obat penekan reflek batuk hanya diberikan apabila terdapat batuk yang berlebihan dan merangsang timbulnya perdarahan yang lebih banyak
  7. Tranfusi darah dilakukan bila Hb dibawah 10 gr% sedangkan perdarahan masih berlangsung.
  8. Untuk penatalaksanaan pengobatan etiologi utama yaitu TB Paru yaitu OAT (Obat anti Tuberkuosis) dapat dilanjutkan bersamaan dengan penatalaksanaan diatas.
Bulecheck, G. & McCloskey, J. (1997) memberikan alternatif penatalaksanaan perawatan pada saat batuk darah meliputi :
(1) Monitoring
Kemampuan berbicara    – Pergerakan nafas rongga dada
– Suara nafas, dimana diperhatikan pergerakan aliran udara.
Suara nafas abnormal seperti stridor dan ronkhi
Tarikan supraklavikular dan interkostal
Kecemasan yang memungkinkan klien menjadi gelisah.(2) Pengaturan posisi
Penting untuk memperhatikan posisi terbaik dan kenyamanan klien.
(3) Pengisapan lendir atau darah yang mengganggu aliran nafas. Pengisapan jalan nafas mempuyai indikasi untuk mengeluarkan sekret paru dan untuk merangsang batuk sehingga mengerakansekret dari saluran nafas kecil ke saluran nafas besar (Sastrenski,M.S., Dumas, M. & Penalverr, L. 1996)