Artikel Jurnal Penelitian TB Paru Terbaru
Berdasarkan tingkat kecemasan klien didapatkan bahwa sebagian besar klien mengalami kecemasan (80 %) dan 20 % yang lain tidak dikatagorikan mengalami kecemasan. Dari data juga didapat bahwa tingkat kecemasan klien berfariasi dari tingkatan tidak mengalami kecemasan; kecemasan ringan dan kecemasan sedang. Hal ini sesuai dengan pendapat Peplau (1963) dalam (Stuart & Sundeen, 1997) yang menyebutkan bahwa kecemasan dapat terjadi dalam suatu rentang (kontinum). Adanya tingkat kecemasan ringan sebanyak 22 responden (73,3 %) yang lebih banyak dari kecemasan sedang 5 responden (16,7 %). Namun hal ini dapat dijelaskan kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor : 1) alat ukur yang digunakan merupakan alat ukur untuk mengukur derajat kecemasan umum sehingga mungkin kurang valid dalam mengukur derajat kecemasan perawatan batuk darah; 2) Tingkat kecemasan yang diukur merupakan tingkat kecemasan yang telah mendapatkan inervensi keperawatan; sehingga kemungkinan derajat kecemasan yang terjadi telah mengalami penurunan setelah dilakukan perawatan batuk darah.
Berdasarkan pada uji hubungan antara perawatan batuk darah dan tingkat kecemasan didapatkan adanya hubungan antara tingkat kecemasan dan tindakan keperawatan dalam signifikansi p = 0,047. Selanjutnya berdasarkan koefisien korelasi Spearman didapatkan nilai 0,365 yang berarti bahwa hubungan yang dibentuk antara perawatan batuk darah dengan tingkat kecemasan cukup kuat (Notoadmodjo, 1993). Hal ini secara teoritik dapat diterangkan bahwa adanya berbagai tindakan keperawatan merupakan bentuk dukungan profesional dan dukungan sosial yang dapat memberikan pengaruh baik fisik maupun psikologis sehingga klien merasa lebih aman dan akhirnya kecemasan dapat menurun (Barbara C. Long, 1997)
Baca juga Penyakit TB Paru dan Penyebab dan Pengobatan Batuk Darah