Artikel Jurnal Penelitian TB Paru Terbaru

Berikut ini adalah hasil penelitian TB Paru yang telah dilakukan oleh seorang mahasiswa di sebuah rumah sakit. Untuk pendahuluan tentang artikel ini, silakan baca posting saya tentang Contoh Proposal Penyakit TB Paru.

Artikel Jurnal Penelitian TB Paru Terbaru

Berdasarkan pada karakteristik responden didapatkan bahwa sebagian besar responden berusia 31-40 tahun (60,0 %). Hal ini dimungkinkan karena TB Paru dapat disebabkan oleh yang kemungkinannya besar terjadi pada kelompok usia produktif,. Selanjutnya berdasarkan pekerjaan juga didapatkan bahwa penderita sebagian besar bekerja tani (46,7 %). Hal ini dimungkinkan karena kelompok dengan pekerjaan tani merupakan kelompok yang sering dengan pendidikan rendah dan status ekonomi yang masih kurang; selain itu juga karena RSUD Ulin Banjarmasin terletak di daerah sekitar lahan yang dekat dengan pertanian dan secara finansial dapat dijangkau oleh klien dengan pekerjaan tani. Artikel Penelitian TB Paru

Berdasarkan tingkat kecemasan klien didapatkan bahwa sebagian besar klien mengalami kecemasan (80 %) dan 20 % yang lain tidak dikatagorikan mengalami kecemasan. Dari data juga didapat bahwa tingkat kecemasan klien berfariasi dari tingkatan tidak mengalami kecemasan; kecemasan ringan dan kecemasan sedang. Hal ini sesuai dengan pendapat Peplau (1963) dalam (Stuart & Sundeen, 1997) yang menyebutkan bahwa kecemasan dapat terjadi dalam suatu rentang (kontinum). Adanya tingkat kecemasan ringan sebanyak 22 responden (73,3 %) yang lebih banyak dari kecemasan sedang  5 responden (16,7 %). Namun hal ini dapat dijelaskan  kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor : 1) alat ukur yang digunakan merupakan alat ukur untuk mengukur derajat kecemasan umum sehingga mungkin kurang valid dalam mengukur derajat kecemasan perawatan batuk darah; 2) Tingkat kecemasan  yang diukur merupakan tingkat kecemasan yang telah mendapatkan inervensi keperawatan; sehingga kemungkinan derajat kecemasan yang terjadi telah mengalami penurunan setelah dilakukan perawatan batuk darah.

Berdasarkan perawatan batuk darah yang telah dilaksanakan oleh para perawat Ruang Paru RSUD Ulin Banjarmasin terhadap klien batuk darah; terdapat gambaran bahwa perawatan batuk darah yang memiliki rentang kurang sebanyak 12 (40 %) item dan  perawatan batuk darah yang cukup sebanyak 18 tindakan (60%). Namun dari seluruh responden tidak ada yang tidak  mendapatkan perawatan batuk darah. Adanya tindakan yang dalam tingkat yang berbeda dimungkinkan karena sewaktu pengambilan data terdapat perbedaan  derajat banyaknya batuk darah pada tia[ klien sehingga memungkinkan adanya perbedaan pemberian perawatan batuk darah pada klien setelah pengambilan data; dan hal ini tidak diikuti oleh peneliti sehingga seluruh tindakan kepeawatan selesai dilaksanakan.
Berdasarkan pada uji hubungan antara perawatan batuk darah dan tingkat kecemasan didapatkan adanya hubungan antara tingkat kecemasan dan tindakan keperawatan dalam signifikansi p = 0,047. Selanjutnya berdasarkan koefisien korelasi Spearman didapatkan nilai 0,365 yang berarti bahwa hubungan yang dibentuk antara perawatan batuk darah dengan tingkat kecemasan cukup kuat (Notoadmodjo, 1993). Hal ini secara teoritik dapat diterangkan bahwa adanya berbagai tindakan keperawatan merupakan bentuk dukungan profesional dan dukungan sosial yang dapat memberikan pengaruh baik fisik maupun psikologis sehingga klien merasa lebih aman dan akhirnya kecemasan dapat menurun (Barbara C. Long, 1997)
Baca juga Penyakit TB Paru dan Penyebab dan Pengobatan Batuk Darah