Rumit, sulit, penuh dengan rumus, simbol, memusingkan, bahkan menjenuhkan. Inilah beberapa kesan yang hingga saat ini masih tertanam dalam benak siswa ketika berhadapan dengan matematika. Layaknya suatu momok, oleh sebagian besar siswa matematika masih dipandang sebagai mata pelajaran yang angker dan kurang diminati. Sikap siswa terhadap matematika cenderung pasif, tidak memiliki motivasi dalam belajar, dan bahkan ada yang memiliki pemikiran “untuk apa belajar matematika lebih dalam, kalau yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari hanyalah tambah kurang kali bagi?!”. Ibarat sebagai sebuah lukisan, matematika hanya dilihat dari sisi luarnya saja. Mereka belum mampu mendalami dan menyingkap indahnya nilai matematika dan cita rasa yang terkandung di dalamnya. Inilah fakta yang kian marak di bangku sekolah hingga perguruan tinggi. Suatu kenyataan bahwa matematika belum akrab bagi peserta didik di negara kita.
Berbagai riset dan pendekatan telah dilakukan dalam rangka memperbaiki kesan matematika di mata siswa. Mulai dari penerapan berbagai model pembelajaran, penggunaan alat peraga, hingga menyajikan matematika ke dalam hal nyata melalui permainan juga menjadi alternatif dalam mengatasi masalah ini. Semuanya dilakukan dengan satu tujuan, yakni agar matematika mampu diterima oleh semua kalangan, utamanya siswa. Agar matematika mampu mencuri hati bagi siapa saja yang mempelajarinya. Sehingga posisi matematika berubah, yang tadinya menjenuhkan kini menjadi layaknya sahabat yang akrab dengan para siswa. Oleh karena itu, penting kiranya bagi para guru untuk memikirkan bagaimana cara yang paling tepat dalam menyajikan tiap materi matematika dengan cara yang menarik perhatian siswanya. Layaknya sebuah bingkisan manis, unik, yang dikemas dengan pernak-pernik menawan namun tetap mantap baik dalam teks, konteks, maupun kontennya.
Perlu difahami bahwa konten atau isi matematika bersifat abstrak, relatif tetap, dan membutuhkan penalaran bagi siapa saja yang mempelajarinya. Bernalar, dalam hal ini merupakan proses berfikir yang disertai dengan cara yang logis, berpola, dan memiliki ciri yang terstruktur dalam mencari dan memaknai setiap kebenaran yang ada dan setiap kebenaran selalu didasarkan pada kebenaran sebelumnya yang telah diakui, ditetapkan, dan diterima nilai kebenarannya. Inilah ciri khas matematika yang dikenali dengan istilah penalaran deduktif. Memang terlihat kompleks dan sedikit rumit, namun ini bukan menjadi penghalang bagi kita untuk lebih dalam menggeluti matematika.
Sejauh ini paradigma pendidikan matematika telah mengalami perkembangan yang pesat. Perkembangan ini ditandai dengan perubahan mendasar dalam pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas. Perubahan ini ditandai dengan masuknya unsur psikologis dalam pendidikan matematika sekolah. Jika dalam keadaan mula-mula, siswa diajari bagaimana melakukan operasi perkalian dengan menerapkan sejumlah aturan, maka dengan melibatkan aspek psikologi, siswa dan guru akan mengalami perubahan peran. Siswa yang tadinya hanya menerima pengetahuan dari guru, maka kini siswalah yang bertindak sebagai aktor dalam menemukan pengetahuan itu sendiri, sedangkan guru bertindak layakya sebagai sutradara yang mengatur skenario pembelajaran di kelas. Dengan lingkungan dan kerjasama sosial, siswa dibimbiing oleh guru dalam menemukan konsep perkalian melalui demonstrasi misalnya permainan atau bahkan kompetisi yang dikemas dalam bentuk game. Inilah gambaran sederhana yang melibatkan aspek psikologi dalam pembelajaran matematika. Selain mampu mendayagunakan nalar siswa, sikap percaya diri siswa pun akan mulai nampak dan berkembang. Tentu jika hal ini terus menerus dilakukan, maka matematika akan terkesan menarik, memotivasi, dan bahkan siapapun akan merasa senang jika belajar matematika.
Untuk mewujudkan hal di atas, kiranya penting bagi siswa untuk memiliki beberapa tips yang diharapkan dapat menunjang keberhasilan mereka dalam belajar matematika. beberapa tips yang dapat ditawarkan antara lain :
1. Hindari kebiasaan menghafal
Dalam matematika, menghafal bukanlah satu-satunya cara yang handal dalam belajar . Menghafal hanyalah kebiasaan yang membuat kita tidak bisa memaknai setiap materi yang kita pelajari. Kebiasaan menghafal cenderung membuat kita pandai mengingat tapi tidak pandai memberi penjelasan yang benar tentang suatu materi. Jika semua rumus harus dihafal tanpa diawali dengan suatu pemahaman, tentu otak kita menjadi cepat lelah dan bisa menurunkan konsentrasi. Oleh karena itu, pelajari lah bagaimana rumus itu ditemukan, fahami tiap konsep yang digunakan, maka dengan begitu tanpa menghafalpun anda tetap bisa mengingat rumus tersebut dan menggunakannya untuk menyelesaikan setipa soal yang diberikan.
2. Belajarlah dengan pemahaman
Jika anda ditanya berapakah hasil dari 2 x 3 ? Tentu ini bukanlah hal yang sulit bagi anda. Pasti anda menjawab 6. Ya, jawaban yang benar. Namun jika anda ditanya, apakah 2 x 3 = 3 x 2 ? Untuk pertanyaan ini mungkin anda menjawab Ya, karena hasilnya sama-sama 6. Jika anda menjawab demikian, maka anda belum terbiasa belajar dengan pemahaman.
Konsep sangat penting anda fahami lebih awal, dengan pemahaman konsep yang matang, maka anda akan mudah dalam melakukan sejumlah prosedur atau aturan dalam matematika. contoh diatas sebenarnya menggambarkan konsep perkalian, yang dibangun melalui konsep penjumlahan secara berulang. Bagi anda yang faham konsep, maka jawaban anda pasti seperti ini : 2 x 3 = 3 + 3 dan 3 x 2 = 2 + 2 + 2. Meski jawaban sama, namun proses berbeda. Perlu diingat bahwa matematika bukan hanya menilai hasil akhir, namun proses juga sangat diperhatikan. Oleh karena itu, mulai sekarang jadilah siswa yang terbiasa dengan memahami konsep terlebih dahulu. Jika konsep sudah faham, bagaimanapun bentuk soalnya, dengan sedikit kreativitas manipulatif, maka anda pasti bisa menjawabnya.
3. Buatlah alokasi waktu belajar yang proporsional
Belajar matematika bukan hal yang mudah. Membutuhakn konsentrasi dan alokasi waktu yang cukup. Jika anda bisa mengatur waktu dengan baik, maka ini akan membantu tingkat konsentrasi anda ketika belajar. Bayangkan saja, untuk usia anak sekolah dalam satu hari harus mempelajari 5-6 mata pelajaran. Jika tidak disertai dengan manajement waktu yang baik, maka anda pasti keteteran dalam belajar. Anda mungkin bisa mempelajari semua, namun hanya kulitynya saja. Anda tidak akan pernah mendapatkan pengetahuan yang mendalam. Misalkan ketika pulang sekolah, gunakan waktu untuk istirahat sejenak. Ketika sore cobalah untuk mengulang tiap materi yang anda dapatkan hari ini, untuk malam harinya persiapkan diri anda dengan materi yang akan diajarkan esok. Jika ada tugas tambahan, maka gunakan waktu sebelum subuh untuk mengerjakannya. Jika dalam satu minggu anda sudah terbiasa menerapkan pola belajar ini, maka insyaallah anda menjadi semakin pandai di kelas, khususnya kelas matematika. Kebiasaan ini juga bisa membentuk pribadi anda menjadi lebih disiplain dan menghargai waktu.
4. Belajarlah sedikit tapi konsisten
Belajar matematika tidak perlu banyak, walau sedikit namun rutin. Mungkin anda pernah dengar istilah SKS (Sistem Kebut Semalam)? Hindari cara belajar yang begini. Belajarlah secara rutin dan terus menerus, jangan saat ada ujian saja. Dengan kebiasaan belajar rutin, maka anda akan semakin mudah menyerap materi dan memahaminya. Sedikit-demi sedikit kiranya ini lebih baik, jika dibandingkan dengan belajar satu kali dengan muatan materi yang banyak, ini bisa membuat anda menjadi stress dan percayalah, anda tidak akan berprestasi di kelas.
5. Berlatih menyelesaikan soal dengan rutin
Dengan berlatih mengerjakan soal, ini akan mematangkan konsep yang sudah anda kuasai. Perlu difahami bahwa dalam matematika ada dua jenis pengetahuan, yakni pengetahuan konseptual & prosedural. Dengan latihan yang rutin akan membantu anda untuk memiliki pengetahuan prosedural yang benar. Jangan malas berlatih mengerjakan soal matematika. Berlatihlah terus menerus dan berulang. Semakin banyak anda berlatih, ini akan membuat anda banyak menemukan model soal dan pemecahannya. Semakin bervariasinya model soal, maka pengetahuan anda akan semakin berkembang.
6. Carilah referensi yang lebih banyak
Semakin banyak buku yang anda miliki, maka semakin banyak variasi ilmu di dalamnya. Janganlah ragu atau sayang terhadap uang anda untuk membeli buku. Karena hal ini merupakan kebutuhan anda sebagai pelajar. Janganlah hanya menjadikan bahan/materi guru dikelas sebagai satu-satunya referensi yang kalian miliki. Kini sumber belajar bukan hanya dari buku saja, internetpun bisa menjadi sumber belajar yang efektif & efisien. Pandai-pandailah memanfaatkan fasilitas yang diberikan orang tua kepada anda. Buktikan pada orang tua anda, bahwa dengan fasilitas yang ada, anda bisa menjadi siswa yang berprestasi, bertanggung jawab, dan membanggakan tentunya.
7. Hindari kebisaan malu bertanya
Buang jauh-jauh rasa malu anda ketika ingin memperoleh pengetahuan. Bertanya boleh kepada siapa saja yang memang lebih pandai. Khususnya bagi para pelajar, biasakan diri anda untuk bertanya dengan membentuk kelompok-kelompok belajar. Optimalkan kegiatan kelompok anda dengan diskusi-diskusi ringan yang terkait dengan matematika. Dengan kebiasaan ini, makan rasa minder anda akan hilang sedikit demi sedikit. Percayalah, bahwa dengan budaya bertanya, maka anda akan menjadi orang yang kritis dan selalu berfikir dengan cermat. Ini merupakan ciri berfikir matematikawan. Oleh karena itu, jangan biarkan hati anda menyimpan hal sekecil apapun yang anda tidak fahami. Menyimpan ketidaktahuan sama halnya anda membiarkan diri anda menjadi bodoh.
Ini hanyalah sedikit tips yang bisa membantu anda memotivasi diri dalam belajar matematika. Selanjutnya bergantung dari niat anda untuk berbuat lebih banyak dan lebih baik lagi. Saya yakin, tiap orang punya potensi, namun jika potensi tersebut tidak digali, maka anda tidak akan berkembang. Oleh karena itu, ikuti Pola yang saya tawarkan berikut ini !
Potensi + Aksi = Prestasi
Selamat Mencoba dan Jadikan Diri Anda Sebagai Generasi yang Berprestasi.
Artikel Tips Belajar Matematika yang Asyik dan Menyenangkan ini ditulis oleh Rio Fabrika Pasandaran, Mahasiswa Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar, 2012.